Singkat saja , esoknya , Naija berpapasan dengan Niel , bahkan sempat lengannya bertabrakan dengan lengan Niel. Naija merasa bahagia tanpa dia sadari. Naija masuk ke dalam kelas dengan perasaan sumringah. "Naija , kamu kenapa? Kok tumben senyum sendiri?" Tanya Noah. "Oh , ah , Noah , bukan urusanmu ," jawab Naija dengan senyum kecil yang menghiasi mukanya. "Hayo , Naija sudah bisa suka dengan orang ya?" Goda Noah. "Eh , engh , enggak ya. Aku hanya bahagia saja ," timpal Naija dengan muka senang. "Jarang liat Naija bisa senang seperti ini ," ungkap Yeshiva. "Ah , Yeshiva bisa saja ," balas Naija. "Aku ingin tanya kepada kalian , mengapa aku sekarang sering memikirkan Niel? Hanya bertabrakan dengannya saja malah buat aku senang ," ungkap Naija. "Itu artinya kamu suka dengan Niel ," balas Fera. "Cepat jadian ya , hahahaha!" Timpal Shanala yang sudah berharap dapat pajak jadian. "Eh , kan baru suka ," elak Naija. "Ya , yang penting , kalo udah cocok , cepat jadian yaaa~ "
Saat pulang sekolah , Naija pergi menuju pos satpam , tempat ia menunggu jemputan. Ia melihat ke arah kaca pos tersebut. Niel pun melewati pos , tapi , anehnya , Niel menatap tajam ke arah Naija. Muka Niel menjadi tidak ramah , tetapi Naija yang tidak begitu mengerti maksud Niel , dia hanya melihat Niel dan dia sangat senang di dalam hatinya. Saat di rumah , Naija terus memikirkan hal itu , sampai ia tak bisa tidur dengan tenang. Hatinya bergejolak. Tetapi , saat esok dia masuk sekolah , Naija tidak menemukan Niel di tempat biasa. Naija merasa aneh dengan sikap Niel yang seakan-akan hilang dari hatinya. Entah itu perasaan aneh apapun , Naija tetap merasakan hal itu. Saat pulang pun , Naija melihat Niel melintasinya , sedang berbicara dengan temannya , tapi ia sangat cuek dengan Naija. Hal itu terus berlanjut sampai dua hari. Naija kembali tidak semangat.
Saat di rumah , Naija merenung. "Apa yang terjadi dengan Niel?" "Terakhir dia menatapku tajam , lalu sekarang dia ...." "Mengapa dia menjadi cuek?" "Mengapa perasaanku ada yang hilang?" Seluruh pertanyaan di hati Naija pun terngiang-ngiang. "Mengapa aku malah memikirkan hal itu? Bukankah hal itu kurang penting untukku?" Naija mengambil segelas air dan meminumnya. "Sadar , Hwang Naija Akirani. Kalau kamu mencintai orang yang tak pasti , maka kamu akan sakit sendiri. Sementara orang yang kamu cintai? Emang iya dia bisa merasakan hal yang kamu rasakan?" Naija memandang ke langit. Cuaca yang mendung. "Pasti akan turun hujan ," gumam Naija. "Aku harus segera mengangkat jemuranku." Naija segera mengangkat jemurannya ke dalam rumah , ke tempat khusus mencuci baju dan menjemur baju di saat tidak ada sinar matahari atau mendung. "Ada apa dengan Niel? Mengapa ia menjauh dariku?" "Apa sih yang membuatnya menjadi dingin seperti itu?" Naija terus memikirkan hal itu. "Ayolah Naija , sadar. Baru pertama kali kamu memikirkan hal tidak penting sampai seperti ini. Kamu itu kenapa sih , Naija?"
~~~~~∆∆∆∆∆~~~~~