Arumi menemani Arsya hingga ke lobi kantor. Banyak yang terkesima dengan penampilan Arsya yang begitu modis. Pemilik perusahaan fashion ternama ini memang selalu memperhatikan penampilan dan selalu wangi.
"Rum, bagaimana kalau kita makan siang dulu? banyak yang ingin aku ceritakan sama kamu." Ucap Arsya dengan sopan.
"Bagaimana ya, Sya?" Arumi merasa enggan menerima, tapi juga sungkan untuk menolak. Bagaimanapun juga Arsya dulu adalah orang yang pernah ada untuknya di saat terpuruk.
"Sekretarismu biar ikut saja. Biar kita bisa pergi berempat. Kalau kamu enggan hanya berdua denganku. Siapa tahu sekretarismu dan asistenku ini malah berjodoh.hehehe." Arsya seolah tahu apa yang Arumi pikirkan. Dia akhirnya memberi solusi agar Arumi mau makan siang dengannya.
"Pak Arsya ini sering benar deh kalau ngomong. Hehehe.." Balas Fariz dan membuat Afika malu.
"Bagaimana Fik? kamu mau menemaniku?" Tanya Arumi pada sekretarisnya.
"Saya ikut Bu Arumi saja."