Chereads / PERNAHKAH KAU MENCINTAIKU? / Chapter 5 - PERMAINAN RAYYAN

Chapter 5 - PERMAINAN RAYYAN

Arumi seperti terjebak dalam situasi yang sangat sulit. Apakah dia harus bertahan sementara hatinya terluka setiap hari bersama laki-laki yang entah apa motifnya membuat rencana gila seperti sekarang. Namun, Jika dia memilih pergi, bagaimana dengan nasib ayahnya dan perusahaan milik Ayahnya.

Arumi menghela nafas panjang sambil memejamkankan matanya kemudian matanya terbuka ketika nafas ia hembuskan. 

"Bismillah, aku akan bertahan. Demi Ayah dan juga perusahaan yang menyangkut banyak orang. Aku yakin aku bisa bertahan." bisik Arumi.

Arumi meninggalkan ruangan rapat dan segera kembali ke ruangannya. Pikirannya hari ini benar-benar kacau. Dia hanya bisa memijit keningnya yang terasa berdenyut-denyut. Belum selesai masalah semalam, ditambah lagi dengan masalah pagi ini.

Dia membuat panggilan pada OB untuk membuatkan secangkir kopi hitam. Dia sama sekali tidak bisa berfikir. Dia butuh asupan Kafein untuk membuatnya lebih bersemangat. Tidak hanya sebagai stimulan, kafein juga dapat menghambat reseptor adenosin. Dampaknya dapat membuat lebih berenergi serta merasa lebih bersemangat.

Tak lama OB membawa pesanan kopi nya. Dia membiarkan kopi itu agar tidak terlalu panas. Aroma kopi yang menguar mampu membuat moodnya lebih baik.

"Siap bekerja." Arumi menyemangati dirinya sendiri.

tok tok tok...

"masuk" kata Arumi.

"Siang Bu Arumi.. " Nampak seorang lelaki berperawakan tinggi, dengan rambut belah samping dan berkulit putih. Berdiri diambang pintu dan bersandar di sana.

"Ah kamu ndre. Kirain siapa.. duduk sini. Udah deh ga usah tebar pesona sama aku. Aku udah nikah ndre." Ucap Arumi sambil memainkan jarinya di atas laptop. Mengetik sesuatu di sana.

"hahaha... Kirain kamu bakal tertarik sama aku rum."

"Udah deh ga usah becanda pagi-pagi. Aku lagi banyak kerjaan, Ndre." nama lelaki itu Andre. Sepupu sekaligus sabahat dan teman terbaiknya di Kantor. Lelaki yang menjabat sebagai manajer keuangan di perusahaan Arumi itu, selalu berpenampilan rapi setiap harinya. Selalu tampil modis bak model ketika berjalan. Tapi berkat otaknya yang encer, Arumi selalu bisa mengandalkan Andre Jika ada masalah terkait keuangan perusahaan.

"Beruntung sekali ya suamimu itu. Baru kerja berapa bulan udah menjabat direktur."

"Semua keputusan ada ditangan Ayahku, Ndre. Kita ikut saja. "

Andre menghampiri Arumi dan duduk di depannya.

"Tapi aku rasa ada yang tidak beres dengan dia, Rum."

"Tidak beres gimana maksudmu?

"Ah semoga hanya perasaanku saja." Arumi menatap Andre dan mengangkat sebelah alisnya."

"Aku tahu itu. Tapi aku tidak bisa bicara pada ayahku."

"Kamu tahu dan kamu diam saja, Rum?" Andre memajukan wajahnya tetap di depan Arumi. seolah meminta penjelasan dari Arumi.

"Sudahlah aku tidak mau bahas ini sekarang ndre, tolong kamu amati saja gerak geriknya dan tolong amati terus pergerakan keuangan perusahaan."

"Kamu gila Rum, Kamu mencurigai suamimu sendiri?"

"Suami? bahkan dia tidak pantas ku sebut sebagai suami. Aku akan ikuti permainannya. Demi Ayah dan perusahaan. Saat ini bagiku tidak ada yang lebih penting dari Ayahku."

"Kamu bisa mengandalkanku, Rum."

"Terimakasih , Ndre."

*******

Arumi harus naik taxi malam ini. Ya Rayyan dengan sengaja meninggalkan dia di kantor. Sama seperti tadi pagi dia harus berangkat sendiri. Arumi merasa enggan untuk pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan dia hanya bisa menatap kosong jalanan dari balik kaca taxi.

Tak berapa lama dia sampai di rumahnya.

"Terimakasih, Pak." Ucapnya pada supir taxi sambil menyerahkan sejumlah uang. Langkahnya terasa berat untuk masuk ke dalam rumah. Betapa terkejutnya dia melihat sepasang sepatu wanita berada di rak sepatu dan itu bukan miliknya.

Arumi membuka pintu rumah dengan  kunci cadangan. Sekali lagi dia dikejutkan dengan pemandangan panas di depan matanya. Ya suaminya bermesraan dengan wanita yang sama seperti semalam.

"Harus kuat Arumi." Arumi menyemangati dirinya sendiri.

Arumi melangkah menuju kamarnya tanpa menghiraukan dua sejoli yang sedang dimabuk asmara itu. Arumi menumpahkan gejolak hatinya sedari pagi di sini. Ya di dalam kamarnya. Dia tidak menyangka telah membuat keputusan yang sangat salah dalam hidupnya.

Dia membuka pintu kamar mandi dan berendam air hangat di sana. Dia ingin melepaskan semua beban pikirannya. Setelah satu jam dia berada di sana, Dia pun keluar. Arumi membuka ponselnya dan membuka aplikasi murrotal dan membunyikannya keras-keras. Dengan harapan dia tidak mendengar suara apapun. Dan berharap suaminya mendengar dan ingat pada Allah kalau yang mereka lakukan adalah dosa.

"Dia pintar sekali membunyikan murrotal. Aku tahu apa maksudnya."

"Dia bahkan tidak mau melihatmu tadi waktu kita berada di ruang tengah."

"Dia sedang mencoba kuat. Padahal aku yakin sekarang dia sangat sedih dan terpukul."

"Kamu hentikan saja semua permainan ini, Ray. Aku tidak tega melihat istrimu. Aku juga wanita. Aku tahu apa yang dia rasakan. "

"Jadi kamu ga mau bantuin aku lagi, Sher?"

"Bukan begitu Ray, tapi aku hanya tidak tega menyakiti hatinya."

"Sudah tidak usah pikirkan dia. Kamu tidur aja sana. Aku akan tidur di sofa." Ucap Rayyan.

********

Arumi menyiapkan makanan sendiri dengan telinga yang dipasangi dengan headset. Tujuannya tetap sama dia tidak mau mendengar suara suami dan perempuanya itu. Dia menikmati alunan sholawat dan menirukannya.

Rayyan yang sedang melintas di depan dapur, untuk sesaat melihat sosok istrinya yang ternyata sangat mempesona. Arumi sengaja memakai kaos putih longgar dan celana pendek selutut dengan rambut yang diikat asal. Arumi memang sengaja berpenampilan sexy untuk menggoda suaminya. Arumi masih bersenandung tapi ekor matanya awas melihat suaminya yang nampak tidak berkedip melihatnya.

"Lihat saja siapa yang akan kalah nanti." batin Arumi dengan sudut bibir tersungging.

Rayyan buru-buru pergi ke kamarnya setelah melihat penampilan baru istrinya tadi. Jantungnya berdegup kencang saat melihat penampilan Arumi.

"Kamu kenapa Ray?"

" Ga aku gapapa. Ayo buruan berangkat Sher."

Rayyan melingkarkan tangannya dipinggang sherly saat berjalan keluar kamar. Arumi yang sedang menikmati nasi gorengnya membuang mukanya ke arah lain. Dia tidak mau melihat kemesraan itu.

*******

Arumi buru-buru masuk ke dalam kantor dengan baju kerja muslimah warna marun yang terlihat cocok di tubuhnya. Dia segera masuk ke ruang kerjanya.

"Rum,Arumi gawat.. !"

"Ada apa, Ndre?"

"Rayyan benar-benar gila. Dia tidak lagi memperpanjang kontrak kerjasama dengan beberapa investor besar di perusahaan kita Rum. Apa dia ingin membuat perusahaan ini bangkrut?"

"Apaaa..." Arumi terperanjat dari duduknya. Dia setengah berlari menuju ruang kerja suaminya.

Tanpa permisi Arumi masuk menemui suaminya.

"Apa sebenarnya maumu Ray? kenapa kamu lepas investor besar kita. Kamu mau kita bangkrut? kamu bisa kerja ga sih? " Arumi tahu dia tak seharusnya berkata dengan nada tinggi pada suaminya. Tapi apa yang bisa dia lakukan sekarang untuk menyelamatkan perusahaan Ayahnya?

Rayyan mendekati Arumi. Arumi semakin mundur hingga tubuhnya menghimpit dinding. Rayyan mencengkram dagu istrinya dan menatap manik mata Arumi. Untuk sesaat manik mata mereka bertemu.

"IKUTI SAJA PERMAINANKU, Nona Arumi." kemudian dia lepas tangannya.

"Keterlaluan kamu Rayyan!"

**********