Rayyan seharian merasa gelisah. Dia ingin sekali bertemu dengan Arumi. Apa mungkin sekarang anak-anak mereka sudah lahir? lima bulan berlalu sejak kecelakaan itu. Rayyan seperti menjadi pribadi yang baru setelah koma. Dia sekarang benar-benar menjadi pribadi yang baru. Anehnya semua kejahatan yang pernah dia lakukan, hilang begitu saja.
Rayyan bahkan tidak mengingat siapa Keisha sampai detik ini.
Flashback On
"Ray, aku ini istrimu. Kamu ga bisa ninggalin aku gitu aja." ucap Keisha yang saat itu mendatangi Rayyan di kantornya. Sejak keluar dari rumah sakit, Rayyan tidak pernah lagi bertemu Keisha. Dia meninggalkan Keisha di rumah sakit sendirian.
"Kamu punya bukti kalau kita ini sudah menikah?"
"Kita menikah siri, Ray. Ada saksinya koq kalau kamu mau tahu."
"Nikah siri? Aku tidak bisa percaya begitu saja tanpa ada hitam di atas putih. Jangan becanda kamu."
"Oke, besok aku akan bawa penghulu dan saksi pernikahan kita ke sini."
"Walimu? kenapa tidak walimu saja yang kamu aja ke sini?" Keisha mulai kelimpungan mendengar pertanyaan Rayyan.
"Aku... kita menikah dengan wali yang kamu bayar waktu itu. Karena orangtuaku tidak setuju dengan pernikahan kita."
"Oke fix.. berarti kamu cuma mengada-ada nona."
"Aku bicara terus terang, Ray." Keisha menangis tersedu-sedu. Merasa tak dianggap itu menyakitkan.
"Lalu mau kamu apa? Aku sama sekali tidak mengingatmu. Kamu bilang kamu istriku, aku tanya surat nikah kamu bilang kita nikah siri, tak tanya wali kamu juga ga bisa jawab. Malah bilang aku bayar orang. Kamu gila apa? Itu sama saja aku mempermainkan pernikahan. "
"Tolong percaya aku, Ray."
"Kalau kamu bersikeras dengan pernikahan kita, Aku juga akan membuat keputusan. Aku menceraikanmu langsung talak 3. Maaf aku tidak bisa percaya kamu. Sudah ya. Jangan ganggu aku lagi. Di antara kita sudah tidak ada apa-apa lagi sekarang. Silahkan kamu keluar dari ruangan saya."
"Kamu tega ya Ray.. Ingat Ray. Aku tidak akan biarkan hidupmu bahagia kalau kamu dan Arumi bersatu lagi. INGAT ITU!!" Keisha menjalankan kursi roda dengan tangannya. Dia akan pergi dari kantor Rayyan.
Flashback off
"Andre, tolong ke ruanganku sekarang."
"Oke Bos!" Sejak kecelakaan itu, Sherly sering ke rumah sakit menjaga Rayyan. Suatu waktu Sherly mengajak Andre menjenguk Rayyan. Dan di situlah Andre jadi tahu kalau Rayyan adalah sepupu Sherly yang pernah diceritakan dulu.
Rayyan mengingat Andre. Tapi dia tahunya Andre masih bekerja untuknya. Rayyan meminta maaf pada Andre atas semua yang diceritakan Andre padanya. Dan sejak saat itu Andre kembali bekerja untuk Rayyan.
"Ndre,kamu sudah dapat kabar dari Arumi?" Rayyan terlihat sangat sedih. Sejak empat bulan lalu, dia mencari Arumi. Tapi belum ketemu juga sampai sekarang."
"Belum, Bos. Saya sudah coba tanya sodara-sodara tidak ada yang tahu. Rumah Arumi juga sekarang sepi seperti tidak berpenghuni."
"Kemana lagi kita harus cari Arumi, Ndre? Aku tidak bisa tenang kalau dia belum kembali padaku."
"Bos repot sendiri kan jadinya. Dulu Arumi tulus mencintai Bos, tapi anda sia-siakan. Sekarang anda kelimpungan setelah Arumi pergi."
"Sudahlah, Ndre. Semua memang salahku. Aku yang sudah menyakiti Arumi. Saat ini yang terpenting, menemukan dia segera dan membawanya kembali ke sini."
"Saya akan bantu, Bos. dia sepupu saya, Saya sangat kehilangan dia saat ini."
"Tolong bantu aku cari Arumi ya Ndre."
"Pasti bos. Tapi kali ini bukan akal-akan bos lagi kan? karena Bos sudah nyakitin Arumi berkali-kali."
"Kamu bisa pastikan Aku yang sekarang, bukanlah aku yang dulu."
*****
Arumi tampak bahagia setelah bisa pulang ke rumah bu Fatma bersama kedua anaknya. Dia di antar keenan dan Bu Ema.
"Kalau ada apa-apa hubungi ibu saja ya, Rum."
"Iya bu. Terimakasih sudah bantu saya,Bu. Pak Keenan terimakasih sudah bantu saya selama ini."
"Ya." Hanya itu yang keluar dari mulut keenan.
Arumi dibantu bu Fatma merapikan pakaian-pakaian bayi. Yang sebagian dibelikan oleh Keenan. itu menurut penuturan bu Ema. Arumi tidak menyangka walau terlihat dingin dan minim ekspresi, Keenan rupanya senang dengan anak kecil.
Sudah tujuh hari setelah kelahiran si kembar. Hari ini dia akan mengadakan aqiqah. Tadinya dia hanya bisa mengadakan aqiqah untuk putrinya saja dulu. Karena uangnya tidak cukup jika harus membeli 3 ekor kambing. Namun lagi-lagi Keenan dengan tanpa izin pada Arumi, sudah memesankan 3 ekor kambing untuk anak Arumi. Dan sekalian dimasak di penjualnya.
"Pak, anda tidak usah repot-repot seperti ini. Saya bisa bikin aqiqah untuk anak perempuan saya dulu. Nanti kalau ada uang lagi, Akan saya adakan aqiqah lagi untuk anak laki-laki saya."
"Kamu bisa menggantinya kapan saja." Wajah datar Keenan mendominasi. Dan dengan santainya dia mengatakan seperti itu.
"Iya, Pak nanti kalau saya punya uang, akan saya ganti Pak."
"Iya." Keenan tidak sungguh-sungguh dengan ucapannya. Dia hanya ingin tahu Arumi adalah cewek matre atau tidak. Dia pantang untuk mengambil lagi setelah dia keluarkan.
Keenan menghampiri si Kembar yang sedang di pangkuan Bu Ema dan Bu Fatma.
"Rum, nama anakmu siapa ini? sudah dapat namanya belum?"
"Sudah, Bu. " Arumi telah memberi nama untuk buah hatinya. Dia memikirkan semuanya sendiri. Tanpa ada suami yang mendampinginya.
"Yang cowok namanya Axel dan yang cewek Aqila."
"Namanya keren sekali, Rum. Axel nanti kalau sudah besar pasti ganteng sekali dan digilai banyak perempuan. Kecil aja gantengnya begini. Hidung mancung, kulit putih, rambut lurus. Matanya sipit kayak oppa oppa deh." Bu Ema kalau sudah bicara pasti suka lebay. Tapi itulah yang membuat Arumi merasa nyaman.
Bu ema, memandang Keenan yang sedang bermain dengan Axel. Anak laki-lakinya itu terlihat dingin namun setelah bersama anak kecil, sisi dinginnya berubah jadi hangat bahkan bisa melucu di hadapan Axel. Bu Ema hanya geleng-geleng kepala melihat Anaknya. Sepertinya tidak ada salahnya menjodohkan Arumi dan Keenan.
Bu Ema mendekati Keenan yang sedang bersama Axel.
"Halo Axel, kamu senang ya main sama Papa." Keenan langsung menoleh ke arah Mamanya. Begitupula dengan Arumi dan bu Fatma yang duduk tak jauh dari mereka. Arumi dan Keenan sejenak saling menatap. Tapi mereka buru-buru mengalihkan pandangannya.
Arumi sudah tidak berharap banyak dengan laki-laki lain. Hal yang terjadi dalam hidupnya kemarin telah membuat dia trauma untuk memulai lembaran baru pernikahan bersama lelaki lain. Sudah cukup hanya satu Rayyan dalam hidupnya. Yang sudah menghancurkan hidupnya. Sekarang Arumi hanya ingin fokus menjaga buah hatinya.