Pagi itu Arumi mengerjakan tugasnya sebagai ibu. Memandikan si kembar bergantian. Dengan hati-hati dia mengusap buah hatinya dengan air hangat. Setelahnya memberinya Asi juga bergantian. Kesibukannya sebagai seorang ibu membuatnya lupa akan hal pahit yang pernah ia alami.
"Assalamualaikum." Ada tamu yang mengucap salam di luar. Arumi yang sedang menyusui Axel kebingungan harus menemui tamu itu atau tidak. Akhirnya ia mengenakan jilbabnya yang berukuran sepaha dan membawa Axel yang masih menyusu.
"Waalaikumsalam." Arumi membuka pintu dengan hati-hati.
"Rum, maaf.. kamu lagi nyusul ya?"
"Bu Ema, tidak apa-apa. Ini Axel saya tutupi jilbab."
"Kasihan banget. udah sana lanjutin aja lagi. Ibu tunggu di sini aja ada Keenan juga koq. Ini ibu bawain bubur kacang hijau. Bu Fatma mana?"
"Makasih bu, Bu Fatma lagi ke pasar Bu."
"Oh ya sudah ibu di sini dulu aja nunggu bu Fatma."
"Maaf ya bu, saya permisi nidurin Axel dulu."
"Iya iya gapapa koq."
Sepeninggal Arumi yang menidurkan Axel, Bu Ema mengajak bicara Keenan.
"Ken, kamu ga ada perasaan apa-apa sama Arumi? Mama ga masalah kalau kamu menikahi dia. Bagi mama status Arumi yang janda dan punya anak dua, tidak jadi masalah. Mama sudah terlanjur sayang sama Arumi dan anak-anaknya."
"Mama ngomong apa sih? Ken belum terlalu mengenal Arumi, Ma. Ken hanya sekedar kagum saja dengan kemandiriannya. Tapi belum bisa disebut cinta."
"Cinta bisa datang dengan sendirinya, Ken. Apa yang kurang dari Arumi? dia baik, cantik, mandiri, keibuan. Kalau kamu nyari gadis belum tentu ada yang seperti Arumi."
"Nanti Ken pikirkan ,Ma." Keenan memang susah jika harus menolak keinginan ibunya. Dalam hati dia memang mulai mengagumi Arumi, tapi apa bisa disebut cinta? Keenan masih bingung dengan perasaannya sendiri.
Oeek oek oek oek..
"Ken, mama ke kamar Arumi dulu ya. sepertinya si kembar nangis semua."
"Iya, ma."
"Kenapa Rum?"
"Ini Bu, Axel tadi mau tak tidurin eh malah Aqila bangun, nangis. jadilah Axel ikutan bangun. Nangis semuanya."
"Ya Allah sini digendong Oma sayang." Bu Ema menggendong Aqila yang menangis kencang sekali. Sedangkan Arumi menggendong Axel.
"Kenapa Aqila, Ma?"
"Kebangun dan rewel sekarang." Arumi mengikuti dibelakang bu Ema dengan menggendong Axel yang juga masih menangis.
"Sini coba Ken gendong, Ma Aqilanya."
"Ini." Bu Ema menyerahkan Aqila ke gendongan Keenan. Keenan menimang-nimang Aqila dan sesaat kemudian Aqila berhenti menangis. Malah dia tertidur lagi digendongan Keenan.
"Wah.. Ken kamu hebat sekali bisa nidurin bayi. Udah cocok kamu jadi Ayah. Udah segerakan saja."
Arumi yang menimang-minang Axel mendengar apa yang diucapkan Bu Ema. Arumi berfikir mungkin Keenan akan segera menikahi pujaan hatinya. Dia tidak mau memikirkan lebih jauh. Toh itu bukan urusan dia.
"Mama...."
"Iya ya Ray... Kalian cocok lho. Kayak suami istri yang bagi tugas ngurus anak kembar." Bu Ema tak bisa menyimpan tawanya.
Arumi yang menyadari dirinya di sindir oleh bu Ema, memilih untuk tidak menanggapi. Keenan pun hanya diam memilih tak menanggapi ibunya.
"Maag bu, Axel saya taruh di kamar dulu ya Bu."
"Iya Rum. Ini Aqila juga tidur. Ken.. tolong bawa Aqila masuk ke kamar."
Keenan tak bisa menyembunyikan jantungnya yang berdetak tak karuan. Dia mengikuti Arumi dari belakang. Bu Ema hanya bisa senyum-senyum melihat kebersamaan Arumi dan Keenan.
Arumi meletakkan Axel di kasur yang pinggirnya sudah di beri pembatas guling. Sedangkan Aqila berada di box bayi. Ya karena Arumi hanya mampu membeli satu box bayi. Akhirnya si kembar harus bergantian memakainya.
Keenan melihat kamar Arumi yang menurutnya sempit.
"Kenapa tidak beli box lagi?"
"Aku cuma bisa beli satu."
"Nanti aku belikan satu lagi."
"Memang mau ditaruh dimana? Kamar segini mau dikasih 2 box bayi mana muat? "
"Muat.. Nanti aku yang atur." Keenan nampak mengutak atik hpnya. Entah sedang apa dia.
Keenan lalu keluar dari kamar Arumi. Dia menghampiri ibunya yang sedang berbincang dengan bu Fatma.
"Mau pulang sekarang, Ken?"
"Nanti, Ma. Ken lagi nunggu box bayi buat Axel. Nanti Ken mau nanyain kamarnya Arumi dulu ma."
"Ya sudah, mama sama bu Fatma masak aja dulu ya. " Bu Ema menyenggol lengan bu Fatma. Keduanya tersenyum bahagia.
Tak lama kiriman box bayi yang dipesan Keenan telah tiba. Box itu diturunkan.
"Rum, kamu keluar dulu ya. Biar aku natain kamarmu dulu." Keenan terlihat bersemangat membenahi kamar si Kembar.
"Iya Ken.." Keenan pun mulai beraksi. Dia membenahi kamar si kembar. dua box bayi dia letakkan di samping kiri tempat tidur Arumi.
Satu jam keenan membenahi kamar tidur Arumi agar nyaman untuk si Kembar. Keenan keluar kamar dengan berpeluh keringat.
"Udah, Rum. Kamu bisa masuk."
"Terimakasih, Ken. maaf jadi ngrepotin kamu."
"it's okey."
"Yuk makan dulu." Ajak Bu Ema yang datang bersama bu Fatma dari dapur.
Arumi membawa Axel untuk diletakkan kembali ke dalam box dan Keenan membawa Aqila. Mereka berdua seperti sepasang suami istri.
Arumi dan Keenan bersama Bu Ema dan Bu Fatma makan siang bersama. Mereka terlibat perbincangan ringan.
"Ken.. gimana pembangungan pabrik sepatu kita di Bandung?"
"Sebentar lagi selesai, Ma."
"Iyan juga katanya punya perusahaan di Bandung Ma. Kemaren Ken sempat telpon dia."
"Udah sukses ya si Iyan sekarang."
"Iya, Ma."
"Kamu harus undang dia di acara peresmian pabrik baru kita nanti, Ken."
"Iya, Ma."
"Kapan-kapan mau jenguk Om Yudha. Udah lama mama ga jenguk."
"Eh Rum, tahu ga Kalau lihat Axel dan Aqila, ibu jadi inget saudara kembar ibu di Jakarta. Tapi sayang sekarang dia ada kelainan mental gara-gara masalah di masalalunya."
"Maksud ibu, ibu ini kembar seperti Axel dan Aqila?"
"Iya, ibu punya saudara kembar namanya Yudha. Dia sekarang di rawat di Rumah Sakit Jiwa di Jakarta."
Arumi hanya mengangguk tak berani menanggapi, karena itu urusan keluarga mereka.
"Rum, besok kalau acara peresmian Pabrik kita di Bandung,kamu datang ya sama si Kembar. Axel harus tahu sejak kecil, kan kalau dia besar nanti bisa jadi pewaris R2 Leather.
"Uhuk uhuk..." Arumi tersedak mendengar pembicaraan Bu Ema. Kalau Axel jadi pewaris mereka, itu artinya dia harus menikah dengan Keenan. Melihat Arumi tersedak, spontan Keenan mengambil air putih untuk Arumi.
"Maaf Rum gara-gara ibu kamu tersedak ya? Ah, Ken kamu romantis sekali sama Arumi." Bu Ema terkekeh melihat putranya yang mulai menunjukkan perkembangan hari ini. Mulai menjadi ayah yang baik untuk Axel dan Aqila, menata kamar Arumi dan sekarang terlihat perhatian pada Arumi.