Beberapa hari ini Arsya cemas dengan keadaan adiknya. Keisha sama sekali tak mau makan. Dia hanya menatap langit malam di balkon dekat kamarnya. Duduk di atas kursi roda, sesekali meneteskan airmata. Meratapi nasibnya yang sangat buruk. Dia ingat bagaimana dulu Rayyan menyatakan cinta padanya. Hingga akhirnya Keisha menjadi luluh dan jatuh cinta pada Rayyan.
Terkadang Keisha menyesali kebodohannya karena memberi ide gila pada Rayyan untuk menikahi Arumi secara pura-pura. Kini dia harus kehilangan Rayyan untuk selamanya. Rasanya tak adil untuknya dengan semua ini. Dia merelakan Rayyan menikahi Arumi agar Rayyan mendapatkan apa yang dia inginkan. Tapi ketika semuanya sudah dia dapatkan, Rayyan justru mencampakkannya.
Angin malam semakin dingin menusuk kulit. Arsya yang melihat adiknya duduk termenung hanya bisa prihatin dengan semua yang terjadi pada adiknya. Tapi bagaimanapun, ini adalah kesalahan Keisha sendiri.
"Kamu makan dulu ya Key, jangan biarkan dirimu terpuruk seperti ini. Kamu masih muda, masa depanmu masih panjang, Key."
"Enggak Kak, Aku ga mau makan. Biarin aja aku mati kelaparan, Kak."
Arsha menarik Keisha dalam pelukannya.
"Hush.. jangan ngomong gitu, Key. Kamu masih punya kakak. Key. Jangan biarkan dirimu terpuruk seperti ini terus."
"Aku harus bagaimana, Kak? Aku tak akan bisa kembali pada Rayyan. Karena dia sudah mentalakku 3, Kak."
Keisha menangis, airmatanya mengalir deras.
"Kamu harus ikhlas, Key. Kamu harus kuat. Karena kamu sendiri yang memulai permainan ini. Sekarang jika hanya kecewa yang kamu dapat, itulah konsekuensi yang harus kamu tanggung atas apa yang kamu lakukan."
"Kakak menyalahkanku?"
"Bukan begitu, tapi coba pikirkan, semua ini tidak akan terjadi tanpa sebab kan? Dan sekarang kamu harus memperbaikinya."
"Aku lemah kak."
"Tidak. kamu pasti bisa bangkit lagi. Kamu coba sibukkan diri dengan bekerja misalnya."
"Tapi aku cacat kak. Aku tidak bisa berjalan. Aku malu dengan karyawan-karyawanku."
"Kakimu bisa diterapi dan suatu hari nanti kamu pasti bisa berjalan lagi, Key."
"Aku tidak punya semangat untuk sembuh, Kak."
"Kalaupun tidak ada yang bisa menjadi semangat untukmu, jadikan dirimu adalah penyemangat untuk dirimu sendiri. Kamu harus bangkit Key." Lama Keisha berfikir. Benar juga kata Arsya. Dengan dia lemah dan terpuruk seperti ini, Rayyan dan Arumi akan senang melihat dia seperti itu. Dia harus sembuh. Dia harus bisa dapatkan Rayyan kembali. Dia tidak akan membiarkan Rayyan kembali pada Arumi lagi.
"Kak, Aku mau makan."
"Nah gitu donk." Arsya keluar dari kamar dan mengambilkan makanan untuk Keisha. Arsya juga patah hati namun dia berusaha kuat. Jika memang masih ada jodoh untuk dia dan Arumi, pasti suatu hari nanti dia akan bertemu dengan Arumi lagi.
*******
Rayyan setiap hari mencari Arumi. Dia tidak tahu lagi kemana mencari mantan istrinya itu. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Kata Andre, begitu banyak kesalahan yang dia perbuat pada Arumi. Dan sampai saat ini dia tidak habis fikir kenapa dia bisa melakukan hal itu.
Entah kenapa dia tiba-tiba ingin pergi ke rumah Arumi yang dulu. Andre sudah sering ke sana. Tapi nihil, rumah itu sepi seperti tak berpenghuni. Rayyan melajukan mobilnya sampai di rumah Arumi. Dia sengaja tidak memarkirkan mobil di depan rumah itu. Namun dia berhenti kira-kira seratus meter dari rumah itu.
Rayyan hampir putus asa, sebelum akhirnya dia melihat Pak Budi, sopir Arumi yang berjalan masuk dengan hati-hati. Tanpa pikir panjang, Rayuan segera turun untuk menemui Pak Budi. Dia berlari dan akhirnya dia bisa bertemu Pak Budi, saat dia akan membuka pintu rumah.
"Pak Budi." yang dipanggil menoleh ke belakang.
"Mas... Rayyan." Pak Budi terlihat gemetar saat melihat Rayyan.
"Pak, bisa saya bicara dengan Bapak?" Ucap Rayyan dari luar pagar. Pak Budi ketakutan. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
"Tolong Pak saya mohon. Saya tidak akan bertindak yang macam-macam."
Pak Budi melihat keputusasaan di mata Rayyan. Tatapan memohonnya membuat Pak Budi mau membukakan pintu gerbang untuk Rayyan, sekaligus dia ingin tahu apa yang dicari Rayyan agar bisa mendapatkan informasi untuk Arumi.
"Silahkan duduk Mas Rayyan."
"Terimakasih, Pak."
"Ada perlu apa ya, Mas."
"Pak, apa bapak tahu di mana Arumi saat ini?"
"Aduh maaf mas Ray, Saya sama sekali tidak tahu. Dia hanya menitipkan rumah ini ke saya. Mbak Arumi pergi tanpa memberi tahu kemana perginya."
"Bapak yakin?"
"Iya, Mas."
"Ya sudah kalau begitu. Saya tidak memaksa. Kalau dia tiba-tiba menghubungi bapak, tolong katakan saya sangat merindukan dia. Saya berharap dia mau kembali. Saya janji tidak akan menyakiti dia lagi."
"Iya mas, tapi saya tidak yakin kapan bertemu mbak Arumi. Apa mas Ray mencari mbak Arumi selama ini?"
"Sejak kecelakaan yang terjadi pada saya, saya sangat menyesal dengan perbuatan saya pada Arumi. Setiap hari saya mencarinya. Bukan untuk menyakitinya. Tapi saya hanya ingin minta maaf."
Pak Budi melihat ada ketulusan di mata Rayyan. Tapi mengingat semua kejahatan yang pernah dilakukan Rayyan, Pak Budi tidak akan mudah percaya begitu saja. Dia harus menyampaikan informasi ini pada Arumi.
"Iya mas Ray, nanti kalau misal mbak Arumi hubungi saya, saya akan sampaikan perkataan Mas Ray ini. "
"Terimakasih, Pak. Saya permisi dulu."
****
Setelah kepergian Rayyan, Pak Budi segera menghubungi Arumi.
"Halo, Pak Budi ada apa?"
"Mbak, maaf tadi saya kepergok sama Mas Rayyan."
"Aduh, koq bisa Pak?"
"Saya berbincang lama dengan mas Ray. Dia selama ini mencari mbak Arumi. Katanya dia ingin minta maaf pada mbak Arumi. Dia ingin mbak Arumi kembali. Dia juga janji tidak akan menyakiti mbak lagi. Saya melihat ketulusan saat mengucapkan itu mbak."
"Pak, tolong jangan percaya sama diam Bukannya saya su'udzon, tapi Rayyan itu seperti serigala berbulu domba. Dia pernah bilang akan mengambil anaknya setelah lahir. Dan mungkin ini adalah taktiknya untuk mengambil kembar dari saya. Saya mohon bapak jangan pernah lagi menemui dia. Dia itu licik, Pak. Dia sudah menyakiti saya berulang kali. Kali ini saya tidak akan pernah memaafkannya. Saya akan anggap dia masalalu saya. Yang harus segera saya hapus dari ingatan Saya."
"Ya sudah mbak.,saya hanya ingin memberitahu hal itu. Agar mbak di sana juga waspada. Bisa saja mas Rayyan sudah mengetahui jejak mbak Arumi."
"Iya Pak terimakasih."
Arumi kembali bersedih saat mendengar nama Rayyan. Memorinya berputar putar ke masalalu. Bagaimana dia bisa melupakan Rayyan, jika setiap dia melihat Axel selalu yang teringat adalah wajah Rayyan.