Chereads / PERNAHKAH KAU MENCINTAIKU? / Chapter 25 - KETAKUTAN ARUMI

Chapter 25 - KETAKUTAN ARUMI

Setiap malam sepulang kerja, Rayyan menyempatkan mencari Arumi. Memang sangat kecil kemungkinannya tapi setidaknya lebih baik mencari walau kecil kemungkinan dari pada hanya berdiam diri. Entah berapa jam malam ini dia memutar jalanan ibukota. Iya kalau dia masih di Jakarta. Kalau ternyata Arumi pergi dari Jakarta bagaimana? Hati Rayyan semakin galau tak karuan.

Setelah lelah mencari Arumi, Rayyan kembali ke rumahnya. Rumah yang ketika dia masuk di dalamnya selalu teringat semua kenangan bersama Arumi. Tapi tak banyak yang ia ingat.

Rayyan merebahkan dirinya. Hanya kesepian yang dia rasakan. Akankah Arumi akan kembali di sampingnya lagi atau tidak? Rayyan membenci dirinya sendiri. Kata Andre, dialah penyebab Arumi pergi. Sampai saat inipun dia tak habis fikir, apa ia bisa melakukan hal sejahat itu?

Rayyan tetap terjaga meski waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam. Dia mengambil air wudhu, kucuran air wudhu membuatnya merasa tenang. Meski sudah sholat isya' di masjid, ia ingin sholat sunnah tahajud meski dia belum tidur malam ini. Memang lebih afdhol jika tidur dulu. Tapi tak ada larangan menjalankan tahajud sebelum tidur. Seperti yang terjadi saat ini dengan Rayyan.

Rayyan menengadahkan tangan, berdoa pada sang khaliq agar suatu hari nanti Istrinya bisa kembali lagi, bersama anak-anaknya yang mungkin saat ini sudah lahir ke dunia. Air mata menetes manakala dia berdoa untuk istri dan anaknya. Anaknya laki-laki atau perempuan terasa sangat sesak saat mengingat itu.

****

"Ray.. kamu harus tanggung jawab pada adikku. Enak saja kamu tinggalin dia gitu aja!!"

"Maaf anda siapa? Saya tidak mengenal Anda."

"Jangan pura-pura lupa kamu Ray. Kamu pernah datang padaku untuk melamar Keisha setelah kamu mencampakkan Arumi."

"Anda kenal juga dengan Arumi?"

"Tidak penting bagiku untuk menjawab pertanyaanmu. Sekarang ikut aku ke rumah sakit. "

"Siapa yang sakit?"

"Adikku.. Keisha. Dia hampir bunuh diri kalau aku tidak mendobrak kamarnya."

"Bunuh diri?"

"Iya bunuh diri. Karena kamu meninggalkannya begitu saja. Dia hampir menyayat pembuluh nadinya kalau aku tidak mendobrak pintu kamarnya."

"Maaf aku benar tidak mengenal adik anda. Saya harus bagaimana?"

"Lelucon macam apa ini Ray. Kamu jelas-jelas membawa kabur adikku untuk menikah. Adikku juga cacat seperti ini gara-gara kamu."

"Aku??"

"Iya, Kamu!!

Rayyan merasa heran dengan omongan orang di depannya. Dia tidak tahu namanya siapa.

"Ayo cepat!! Kamu harus bicara padanya baik-baik kalau kamu ingin meninggalkannya. Jangan jadi pengecut Ray!"

Rayyan tak terima jika di bilang pengecut. Akhirnya dia mau pergi bersama Arsya untuk menemui Keisha yang sedang dirawat di Rumah sakit sekarang.

Arsya dan Rayyan menyusuri lorong Rumah Sakit. Tak lama kemudia mereka tiba di depan kamar Keisha.

Rayyan melihat Keisha yang nampak pucat. Dia merasa bersalah jika memang dia adalah penyebab semua ini.

"Ray.. Akhirnya kamu datang juga."

"Kenapa kamu melakukan hal bodoh seperti ini?"

"Aku tidak mau kehilanganmu, Ray. "

"Tapi aku sama sekali tidak mengingatmu, Key. Aku harus bagaimana lagi meyakinkanmu?"

"Kembalilah padaku, Ray. Arumi sudah pergi. Dia tidak akan mau kembali padamu lagi."

"Aku akan mencarinya sampai ketemu, dan meminta maaf padanya."

"Kenapa kamu harus mencari yang tidak ada?"

"Aku ada di sini, Ray. Aku akan menemanimu. Tolong kembalilah padaku."

"Maaf Kei aku tidak bisa. Aku hanya mencintai Arumi. "

"Oke, kamu akan menemukan tak bernyawa lagi besok atau lusa."

"Terserah kamu, Kei."Rayyan berbalik lagi berjalan ke luar ruangan. Arsya yang menunggu di luar, kembali ke dalam saat melihat Rayyan keluar .

"Kamu jangan seperti ini, kei."

"Aku ga mau kehilangan Rayyan Kak." Keisha menangis di pelukan Arsya.

****

Arumi mendapat cuti dari Bu Ema. Bu Ema berharap Arumi bisa menjaga anaknya sampai nanti si Kembar benar-benar bisa ditinggal.

Arumi bahagia melihat kedua anaknya. Yang laki-laki mirip sekali dengan Rayyan. Dan yang perempuan mirip dirinya. Belum terlihat jelas hanya perbedaan di mata yang mencolok. Axel mewarisi mata sipit Ayahnya. Sedangkan Aqila cenderung lebih bulat seperti dirinya. Mengurus bayi kembar memang sangat repot. Untung ada Bu Fatma yang membantunya mengurus si Kembar.

"Mbak Rumi, Makan dulu. Mbak butuh makan yang banyak biar Asinya banyak."

"Terimakasih bu, Saya ngrepotin ibu terus."

"Tidak apa-apa mbak. Mbak sudah ibu anggap seperti anak sendiri."

"Terimakasih bu, saya tidak bisa membayangkan jika tidak ada ibu, bagaimana nasib saya dan anak-anak saya, Bu."

"Semua sudah diatur oleh Allah mb. Kita bertemu karena Allah dan berpisah juga karena Allah."

"Saya bersyukur masih dikelilingi orang-orang baik bu. Bu Fatma, Lilis, Bu Ema. Semua baik sama saya."

"Mas Keenan enggak baik mb?"

"Baik juga bu."

"Mbak Arumi koq wajahnya merah?"

"Masa sih, Bu?"

"Semoga ada jodoh buat kalian ya, Mbak. Ibu suka sama mas Keenan. Kalau sama orangtua sopannya minta ampun. Bu Ema juga sering cerita kalau mas Keenan itu dulu anak yang manis. Ga pernah nglawan orangtua.'

"Gitu ya, Bu?"

Arumi tidak tahu banyak tentang Keenan. Laki-laki itu minim bicara dan minim ekspresi kalau di depannya. Jangankan tahu tentang dia. Ngobrol-ngobrol saja tidak pernah."

"Kalau mau lihat laki-laki itu baik apa tidak, mbak bisa lihat dari caranya memperlakukan ibunya, mbak. Ibu rasa mas Keenan adalah laki-laki yang baik dan cocok buat mbak Arumi."

"Ah ibu, Saya belum memikirkan pendamping, Bu. Saya mau fokus bekerja untuk anak-anak saya. Axel dan Aqila nantinya akan butuh banyak biaya."

"Kalau saja perusahaan yang Di Bandung itu bisa jadi milik mbak Arumi, tentu kalian tidak akan kesusahan seperti ini ya mbak."

"Sudahlah bu, Saya sudah ikhlas. Biar saja Rayyan mengambil semuanya. Harta tidak dibawa mati kan bu. Saya masih muda. Saya masih bisa kerja untuk anak-anak saya. Ibu tidak usah khawatir. InsyaAllah anak-anak ini membawa rezeki masing-masing. Saya yakin pasti akan ada jalan."

"Iya mbak, Saya doakan mbak Arumi selalu sehat dan kerjanya lancar."

"Aamiin..makasih bu."

Arumi mendengar ponselnya berbunyi. Ada telpon dari Pak Budi.

"Halo Pak, ada apa?"

"Maaf mbak saya cuma mau bilang. Beberapa hari ini mas Andre sering datang ke sini. Tapi tidak saya temui. Lalu saya perhatikan ada yang mengintai rumah ini mbak. Mungki. suruhan Mas Rayyan.

"Makasih ya Pak. Bapak hati-hati dirumah ya. Jangan sampai kasih info apapun tentang saya."

"Iya mbak Arumi."

Arumi tampak Berfikir sejenak. Dia tahu mungkin Rayyan sedang berusaha untuk mengambil anaknya. Apa yang harus dia lakukan saat ini? Arumi kembali di dera ketakutan.