Betapa sakitnya sebagai seorang istri ketika melihat suami pulang ke rumah membawa wanita lain. Bermesraan di depannya seolah tanpa dosa.
"Siapa dia kak?" Tanya Arumi.
"Bukan urusanmu. Kamu mau tahu dia siapa? buka telingamu. Dia kekasihku. minggir kamu." Hardik Rayyan.
"Tapi kak, kalian tidak boleh dalam satu rumah. Aku tidak akan membiarkanmu berzina dengan orang lain." Arumi semakin berani. Jika dia membiarkan suaminya berzina dengan wanita lain, maka dia juga akan berdosa karena tidak melarang. Sekarang sebisa mungkin dia mencegah suaminya berbuat zina.
"Kalo kamu tidak mau aku berzina, malam ini juga aku nikahi dia. " Rayyan meninggalkan Arumi begitu saja. Arumi hanya bisa menahan gejolak hatinya. Memandang laki-laki yang berstatus sebagai suaminya sekarang malah bermesraan dengan wanita lain. Mereka berdua masuk ke dalam kamar milik Rayyan.
Arumi menumpahkan semua rasa sesak dengan airmata yang terus berlinang.
***
DI KAMAR RAYYAN
"Kamu yakin akan melakukan ini?"
"Iya aku yakin Sher."
"Apa kamu tidak kasihan padanya? dia tidak tahu apa-apa Ray, Tapi dia yang harus menanggung akibatnya."
"Aku juga tidak tahu apa-apa Sher, tapi Aku yang harus menanggung semua kegetiran hidup yang disebabkan oleh Ayahnya dan ibuku. Aku dan ayahku sudah jatuh miskin ditambah perselingkuhan ibuku dengannya. Dan satu tahun belakangan aku harus rela meninggalkan Ayahku di rumah sakit jiwa. Arumi harus merasakan apa yang aku dan ayahku rasakan." Kata Rayyan pada wanita yang dia bawa.
"Terserah. Tapi jangan sampai kau menyesal karena telah menyakiti wanita sebaik dia."
"Bagaimana kamu tahu dia baik?"
"Dari ketulusan di matanya."
"Sudah tidak usah pikirkan dia. Sekarang mendesahlah dengan kencang. Agar dia bisa mendengarnya."
***
Arumi mendengar suara-suara desahan dari kamar suaminya. Bagaimana bisa Rayyan yang dulu terlihat baik dan alim bisa melakukan hal sekejam ini padanya. Arumi menutup telinganya. Tidak ingin mendengar semua itu.
Badannya meluruh kelantai. Sambil terus beristighfar.
"Ya Allah ampuni hamba yang tidak bisa mencegah suamiku berbuat Zina. Tolong buka pintu hatinya ya Allah. Kuatkan hamba ya Allah." Arumi terus berdoa. Dia harus kuat. Tidak boleh lemah. Hingga Akhirnya dia lelah dan tertidur.
Pagi Harinya dia memasak seperti biasa. Untung saja di rumah barunya dia tidak memiliki Asisten rumah tangga jadi tidak ada yang tahu kelakuan suaminya semalam. Arumi berusaha kuat dan seolah tidak terjadi apa-apa.
"Sayang, aku antar kamu ke kantor ya." Rayyan dengan sengaja mengatakan itu dengan keras agar Arumi mendengarnya. Arumi menoleh ke sumber suara. Melihat perempuan berambut panjang dan tubuh ramping dan kaki yang jenjang terlihat begitu mempesona. Arumi melengos dan melanjutkan aktifitasnya. Dia tidak peduli.
Rayyan merasa geram karena sedikitpun Arumi tidak merespon apa yang dia lakukan. Justru terlihat cuek dan tidak peduli.
"Kamu keterlaluan Ray." kata wanita yang bersama Rayyan ketika mereka berada di dalam mobil berdua.
"Aku tidak peduli. Aku hanya ingin menyiksa batinnya. lihat saja sampai sejauh mana dia bertahan."
Hari ini Rayyan diberi kepercayaan oleh Ferdi untuk menggantikan posisinya. Karena memang tidak ada yang jauh lebih mumpuni selain Rayyan yang jiwa kepemimpinannya seperti dirinya. Dia bangga pada menantunya yang pandai dan cepat belajar. Dia yakin Rayyan bisa membawa perusahaannya lebih maju lagi.
Arumi datang terlambat saat pagi itu diadakan rapat direksi membahas pengalihan kepemimpinan dari Ayahnya ke tangan Rayyan.
"Maaf, Yah Arumi terlambat. " kata Arumi sambil mencium tangan ayahnya.
"Tidak apa-apa, Nak. Rayyan sudah bilang ke Ayah kalo kamu kecapean dan dia menyuruhmu istirahat. Kamu beruntung punya suami pengertian seperti dia, Nak."
"Pintar sekali kamu Rayyan mengambil hati ayahku." Batin Arumi. Dia menatap tajam pada suaminya.
"Ada masalah apa ayah?" Tanya Arumi. Karena tidak biasanya Ayahnya mengadakan rapat pagi-pagi sekali seperti ini, kalau bukan untuk urusan yang penting.
"Ayah sudah tua,Nak. Sudah saatnya Ayah menyerahkakan semua tanggung jawab perusahaan ke tangan orang lain. Dan Ayah telah memilih Rayyan menjadi pengganti Ayah." Arumi seperti tersambar petir saat mendengar penuturan Ayahnya. Itu artinya Rayyan akan lebih semena mena terhadap dirinya.
"Tapi Yah..."
"Sudah Arumi, Ayah tidak memilihmu karena kamu perempuan. Harusnya laki-laki kan yang menjadi pemimpin. Jadi biar suamimu saja yang menjadi pengganti Ayah." Ferdi menepuk pundak sang menantu idamannya itu.
Arumi semakin kecewa dengan sikap Ayahnya. Ayahnya harus tahu tentang Rayyan yang sebenarnya.
Rayyan nampak tersenyum sumringah mendengar hasil rapat hari ini. Sungguh semua seperti berpihak padanya.
Arumi menunggu semua pergi dari ruangan itu. Sekarang hanya ada dirinya dan Rayyan yang saling berhadapan. Arumi menatap suaminya dengan tajam. Sedangkan Rayyan hanya melempar senyum kemenangan ke arah Arumi.
"Apa maumu sebenarnya Rayyan?" Arumi tidak lagi memanggil nya kakak. Karena laki-laki di hadapannya ini memang tidak pantas untuk dihormati.
"Kita lihat saja nanti." Hanya itu yang Rayyan katakan sambil mengetukkan pulpennya di atas meja.
"Aku akan mengatakan semuanya pada Ayah tentang semua yang kamu lakukan semalam."
"Lakukan saja jika kau ingin lebih cepat melihat ayahmu meregang nyawa."
"Astaghfirullah.." Arumi menahan rasa sesak di dadanya. Dia tahu ayahnya punya sakit jantung. Dan sudah dipasang ring satu tahu yang lalu. Apa jadinya jika Ayahnya tahu Rayyan yang sebenarnya. Tapi kalau tidak di beritahu, perusahaan ayahnya akan berantakan. Semua terlihat jelas sekarang. Rayyan menikahi Arumi karena harta. Begitulah anggapan Arumi saat ini.
"Apa salahku sama kamu sampai kamu lakukan semua ini padaku dan ayahku ha? Arumi berdiri sambil berlinangan airmata dia menanyakan itu pada Rayyan. Harusnya dia bisa menahan airmatanya. Tapi airmatanya mengalir begitu saja seiring rasa sesak di dadanya.
"Kamu tidak salah apa-apa Arumi. Tapi Ayahmu yang salah."
"Apa salah Ayahku padamu.Bukankah selama ini hubungan kalian baik-baik saja? kenapa sekarang kamu bilang ayahku yang bersalah?"
"Kamu jangan memaksaku untuk mengatakan semuanya. Saat ini nikmati saja permainanku sayang."
"Lepaskan Aku. Ceraikan aku Rayyan. Aku tidak mau kamu menyakiti Ayahku."
"Tidak semudah itu Arumi. Aku tidak akan melepaskanmu. Camkan itu!"
Rayyan meninggalkan Arumi dalam keadaan yang memprihatinkan. Arumi tidak tahu apa yang harus dia lakukan setelah ini.
*********