Setelah dihardik oleh suaminya sendiri, Keisha kembali ke kamarnya. Bagaimana bisa Rayyan hanya mengingat mantan istrinya bukan dirinya yang kini menjadi istrinya.
Keisha menangis sesenggukan. Apakah dia akan kehilangan Rayyan? Tidak itu tidak boleh terjadi. Keisha harus membantu Rayyan mengembalikan ingatannya.
Rayyan berdiri di dekat jendela kamarnya. Dia sudah menunggu Arumi dari tadi. Tapi Arumi tidak datang juga. Akhirnya dia punya inisiatif untuk menghubungi Sherly. Ponsel yang dia bawa waktu kecelakaan sudah hancur. Untung saja nomor kontak tersimpan di sim card jadi dia menyuruh asistennya untuk membeli ponsel baru dan memasukkan sim cardnya.
Rayyan mengingat semuanya tapi hanya hal-hal tertentu yang dia lupakan. Salah satunya adalah wanita yang mengaku sebagai istrinya. Mungkin Sherly bisa memberi tahu tentang kebenaran yang diucapkan perempuan tadi.
"Ray.. kamu kecelakaan kenapa ga bilang?" Ucap Sherly yang tergesa-gesa masuk.
"Kata dokter aku koma Sher, jadi ga bisa hubungi kamu."
"Sher, Arumi mana? Aku sudah mencoba menghubunginya tapi tidak tersambung. Apa dia tidak mencariku?" Sherly hanya diam.
"Memang kamu lupa Ray?"
"Lupa apa Sher?"
"Arumi kan sudah kamu ceraikan. Kamu sendiri yang cerita sama aku. Aku ga tau alasannya apa. Tapi sekarang kalian memang sudah bercerai."
"Tidak Sher. Tidak mungkin aku ceraikan dia. Aku mencintainya. Aku sangat sayang sama dia. Aku harus cari dia Sher."
"Tenang Ray. Kita akan cari dia tapi tidak sekarang. oke? Sudah kamu istirahat dulu aja. Kalau kamu sembuh, nanti kita cari Arumi."
Rayyan tampak terpukul dengan ucapan Sherly. Bagaimana mungkin dia bisa menceraikan Arumi? bahkan dia masih mengingat moment romantisnya bersama Arumi menikmati pantai di malam hari saat di Pulau Bira.
FLASHBACK ON
(YANG DIALAMI RAYYAN WAKTU KOMA)
Rayyan merasa dia berada di tengah padang rumput yang luas. Pakaiannya serba putih. Hingga dia kebingungan mencari jalan. Dia berada di tengah-tengah. Samping kanannya terlihat di disuguhi pemandangan yang menakjubkan dan Ada Arumi di sana bersama dua anak kecil melambai-lambaikan tangannya ke arah Rayyan. Dan di sisi kirinya dia melihat tempat yang gelap dan ada wanita cantik dan sexy yang tersenyum menggoda ke arahnya.
Rayyan mendengar suara tanpa ada orang yang mengucapkan.
"Rayyan, mana yang mau kau pilih? Jalan sebelah kananmu atau sebelah kirimu? jika kau memilih sebelah kananmu maka kamu akan melupakan semua kejahatan yang pernah kau lakukan, dan kamu akan menjadi pribadi yang baik dan kembali ke jalan Allah. Tapi jika kau memilih jalan di sebelah kirimu. Kamu akan tetap menjadi Rayyan yang jahat seperti sekarang. "
Rayyan memikirkan benar-benar pilihanya. Dia merasa tenang saat melihat sisi sebelah kanannya.
"Aku memilih sebelah kananku. Aku ingin bersama istri dan anakku."
"Baiklah semua ingatanmu tentang kejahatan yang pernah kau lakukan akan dihapus. Dan ketika kamu bangun, kamu akan menjadi pribadi yang baru Rayyan."
"Iya Aku bersedia. Rayyan berjalan ke sebelah kanannya dan ketika dia hendak meraih tangan Arumi, matanya terbuka. Dia melihat ruangan dengan dua dokter berada di sampingnya.
"Alhamdulillah, Pak Rayyan anda sudah siuman."
FLASHBACK OFF
*****
Arumi bekerja seperti biasa setiap pagi. Kali ini dia akan berangkat lebih awal. Karena pesanan online kemarin saat dia hendak pulang banyak sekali. Dan dia ingin menyelesaikan pagi ini. Arumi bergegas hingga tak sadar tubuhnye menabrak seorang laki-laki.
"Maaf saya tidak sengaja." Ucap Arumi sambil menundukkan kepalanya.
"Hemm." Laki-laki itu hanya berdehem lalu pergi dari hadapan Arumi.
"Dasar orang yang aneh."
Arumi berjalan cepat ke arah ruangan tempat kerjanya. Intan dan Mita sudah berada di sana untuk membungkus pesanan yang menggunung.
"Ah kalian sudah ada di sini? maaf ya aku telat."
"Tidak apa-apa teh. Kami juga baru saja sampai."
Arumi segera menyalakan laptop yang tersedia disana. Dia mengecek banyaknya pesanan yang harus dikirim hari ini.
"Sejak ada teh Arumi, pesanan online jadi meningkat ya?" Kata Intan sambil menempelkan kertas alamat di sebuah paket.
"Ah kamu bisa aja Tan."
"Emang iya koq teh."
"Alhamdulillah kalau memang begitu."
"Teteh hamilnya udah berapa bulan teh?"
"Baru empat bulan Tan."
"Suami teteh orang sini ya?" Arumi terdiam. Dia belum memberitahu mereka kalau dia sudah bercerai. Dan sekarang, Arumipun masih dalam masa iddah sampai dia melahirkan. Namun karena sekarang dalam keadaan darurat artinya tidak ada yang menanggung hidupnya, akhirnya dia harus bekerja. Apalagi dia akan melahirkan anak kembar. Tentu dia akan membutuhkan banyak biaya. Akhirnya dia harus bekerja. Dan tidak boleh bekerja sampai malam. Dia harus tetap menjaga diri dan pandangannya. Oleh sebab itu sekarang dia memilih menggunakan cadar untuk menutup separuh wajahnya.
"Yuk kita bungkus lagi yuk." Arumi memilih untuk mengalihkan pembicaraan. Dia tahu akan semakin menjadi fitnah jika tahu dia yang sebenarnya. Yang penting Arumi sudah mengatakan yang sebenarnya pada bu Ema. Pemilik Pabrik ini.
Arumi segera pulang ke rumah bersama Lilis setelah jam pulang kerjanya. Arumi melihat laki-laki yang tadi pagi menabraknya sedang berbincang dengan bu Ema. Bu Ema yang tahu ada Arumi berjalan di depannya, segera memanggil Arumi.
"Arumi..." Panggil bu Ema.
Arumi segera menghentikan langkahnya. kepalanya menunduk lalu menghampiri Bu Ema.
"Iya bu ada apa?"
"Arumi makasih yah.. Berkat kamu, usaha online kami sekarang maju pesat."
"Sama-sama bu. Memang ini sudah menjadi bagian pekerjaan saya Bu."
"Oh Ya Arumi, kenalin ini anak saya namanya Keenan. Rain Keenan Prayudha. Dia sekarang memegang perusahaan kami yang ada di Singapura. Jadi dia jarang sekali di sini."
"Ma...." Ema tahu Keenan tak pernah mau menyebutkan nama lengkapnya. Dia benci dipanggil Rain.
Arumi hanya menangkupkan tangannya. Dia tidak berani melihat lelaki itu.
Keenan merasa pernah melihat wanita yang ada didepannya. Entahlah tapi sekarang Arumi bercadar jadi dia tidak tahu seperti apa wajahnya.
"Bu Maaf Bolehkah saya pulang, Bu? Sudah mau maghrib soalnya."
"Oh ya Arumi, maaf. Iya silahkan maaf saya malah menahanmu di sini."
"Tidak apa-apa Bu." Arumi menunduk lalu mengucap salam.
"Kasihan dia.. masih muda tapi sudah jadi janda. Sedang hamil pula." Ema bercerita pada Keenan. Keenan mendengar perkataan ibunya dengan seksama. Ada sedikit iba, tapi baginya semua perempuan itu sama. Hanya menginginkan harta dari seorang laki-laki. Keenan belum pernah menjalin hubungan dengan wanita sebelumnya. Dia hanya ingin mencari wanita yang tulus mencintainya.