Malam semakin larut, namun Arumi masih belum juga memejamkan matanya. Arumi berbaring di samping suaminya, tapi saling memunggungi. Rasa perih dicampakkan di malam pertama ternyata seperti ini rasanya. Bisik Arumi dalam hati.
Arumi lelah berfikir yang tidak-tidak. Dia memilih untuk berdzikir hingga matanya lelah dan kemudian terpejam.
Asholaatu khoirumminannauum..
Sayup sayup terdengar adzan shubuh, Arumi bangkit dari tidurnya.
"Astaghfirullah.. Aku kelewatan tahajud."
Arumi duduk dan mengikat rambutnya asal. Dia segera mandi dan sholat subuh. Begitulah kebiasaannya di pagi hari. Mandi lebih dulu lalu sholat subuh. Setelah mandi, dia melihat suaminya masih tidur. Mau membangunkan tapi ragu. Padahal sebelum menikah, Rayyan selalu rajin ke masjid bersama Ayahnya. Tapi baru kali ini Rayyan tidak bangun saat adzan subuh berkumandang.
"Kak, bangun. yuk sholat dulu." Kata Arumi sambil menepuk lengan suaminya. Dia berharap Rayyan segera bangun dan menjadi imam sholatnya. Namun ternyata Rayyan hanya menggeliat.
"Mungkin kak Rayyan kecapean."bisik Arumi. Akhirnya dia sholat sendiri tanpa Rayyan.
Setelah sholat subuh, Arumi sudah berada di dapur. Bersama asisten rumah tangganya, dia membuat menu masakan kesukaan suaminya Sup jagung manis, dengan tahu tempe. Ya Selama tinggal di rumah Ferdi, Rayyan selalu tampil sederhana seperti makanan pun dia hanya mau tahu dan tempe.
Ferdi dari pagi sudah pergi jogging bersama teman-teman satu kompleknya. Hari ini rencananya dia akan memberikan hadiah rumah untuk anaknya. Ya dengan tinggal berdua mungkin mereka akan cepat memberinya cucu.
"Pagi, Sayang." bisik Rayyan di telinga Arumi.
"Pagi kak.. aku ambilin makan ya." Ucap Arumi
Pagi ini Rayyan bersikap manis pada Arumi, dia hanya ingin Ferdi yakin padanya kalau dia layak menjadi suami Arumi. Rayyan melingkarkan tangannya di pinggang istrinya, dagunya bersender di bahu Arumi. Tubuh Arumi menegang merasakan aliran listrik yang seolah menjalar di tubuhnya. Dia tidak bisa berkata apa-apa. Hanya perasaan bahagia yang dia rasakan saat ini.
"Wah wah wah... pagi- pagi pengantin baru udah mesra-mesraan nih. " Kata Ferdi yang tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu.
"Ah ayah.. " Arumi melepaskan tangan Rayyan dari pinggangnya.
"Gapapa Ayah juga pernah muda koq. Tahulah gimana rasanya jadi pengantin baru." Kata Ferdi yang membuat dada Rayyan terasa sesak mendengar itu. Ya Ferdi dengan bangga bicara seperti itu padahal dia juga berselingkuh dengan ibunya. Yang menyebabkan Ayahnya Rayyan frustasi.
Rayyan mencoba berperan menjadi suami yang baik bagi Arumi. Hal itu membuat Ferdi bahagia melihat kebersamaan anak dan menantunya.
"Kalian kalo bisa punya anak yang banyak ya. Biar rumah ini nantinya bisa rame kalo kalian datang. "
"Lho kita kan emang tinggal di sini Yah?"
Ferdi menyerahkan sebuah kunci rumah pada Arumi dan Rayyan.
"Apa ini Yah?" Tanya Arumi.
"Kunci rumah, Ayah sudah belikan rumah untuk kalian."
"Kenapa harus pindah rumah Yah, apa Ayah tidak suka kami di sini? nanti siapa yang akan menemani Ayah?" Tanya Arumi. Sedangkan Rayyan nampak menikmati apa yang dia dapatkan dari Ferdi. Dia akan lebih leluasa untuk menyakiti hati Arumi.
"Nggak usah repot-repot begitu Yah. Saya yang harusnya membelikan rumah untuk Arumi."Ucap Rayyan dengan pandangan sendu seolah dia sedih tidak bisa membelikan rumah untuk Arumi.
"Nak Rayyan. Kamu sudah Ayah anggap seperti anak sendiri. Ayah senang akhirnya kamu bisa menikah dengan Arumi. "
("Saya juga senang Yah.. Karena sebentar lagi kamu akan merasakan seperti apa rasanya menjadi kami dulu." batin Rayyan, dia tersenyum.)
"Tapi Arumi ga tega ninggalin Ayah sendirian. Arumi takut ada apa-apa sama Ayah." Arumi sangat sedih meninggalkan Ayahnya.
" Di sini ada banyak ART, tukang kebun, dan sopir, Arumi. Ayah tidak akan kesepian. Kalian juga harus belajar mandiri.
*******
"Ayah, Arumi pasti akan merindukan Ayah." Ucap Arumi sambil memeluk Ayahnya. Seninggu berlalu, dan hari ini Arumi akan pindah ke rumah barunya bersama Rayyan. Dia berat sekali meninggalkan Ayahnya. Seburuk-buruk Ayahnya dulu, sekarang beliau sudah bertaubat dan lebih dekat pada Allah. Arumi sudah tidak lagi mengingat kejadian itu. Sebisa mungkin dia melupakan masa lalu yang buruk itu. Dia sudah memaafkan Ayahnya.
"Kamu kan bisa datang ke sini sewaktu waktu kalau kamu kangen kan Arumi." Ferdi menghapus airmata putrinya. Sebenarnya dia berat melepaskan anaknya untuk tinggal bersama suaminya. Tapi Anak dan menantunya butuh privasi. Dia hanya berharap Arumi bisa bahagia, dan Rayyan bisa menjaganya dengan baik.
"Ayah, Rayyan dan Arumi permisi dulu. Ayah jaga kesehatan ya. Jangan lupa hubungi kami kalau ada apa-apa ya, Yah."Ucap Rayyan , seolah dia adalah menantu yang baik.
"Tolong jaga Arumi baik-baik ya Ray. Didik dia dengan baik. Jangan sakiti dia, " Ferdi memeluk menantunya itu dengan erat. Kini tanggung jawabnya pada Arumi sudah berpindah ke tangan Rayyan.
"Assalamualaikum, Ayah."
"Waalaikumsalam, Nak. hati-hati di jalan ya."
Ferdi sedih karena dia kembali sendiri. Sama ketika istri yang sangat dicintainya itu meninggalkan dirinya untuk selamanya. Dia menyesal karena baru menyadari cinta itu ketika istrinya sudah pergi darinya untuk selamanya. Sejak itu dia ingin berubah lebih baik. Semoga dengan menjadi Ayah yang baik dan mendekat pada Allah,berkumpul dengan orang sholih membuat dia bisa menjadi lebih baik dan bisa berkumpul dengan istrinya di Surga nanti.
Harta berlimpah, tidak menjadikan Ferdi merasa bahagia. Kalau saja istrinya masih ada, dia ingin berbagi suka dan duka dengan ibunya Arumi itu.
******
Arumi dan Rayyan akhirnya sampai juga di rumah mereka. Rumah mewah bergaya klasik dengan sentuhan dinding marmer berwarna bumi (earth tone). Rumah mewah ini menggunakan pintu garasi minimalis putih sehingga rumah terlihat lebih minimalis dan elegan. Ferdi punya selera yang bagus. Pikir Rayyan
"Ayo kak kita masuk.. " Ajak Arumi pada Rayyan.
"hemm." Hanya itu yang Rayyan katakan. Arumi mulai merasa aneh dengan sikap suaminya. Sudah hampir dua minggu menikah, Rayyan belum pernah sekalipun menyentuhnya.
Rayyan menghubungi seseorang yang entah siapa. Yang membuat Arumi heran adalah Rayyan tidak mau sekamar dengan dia. Dia memilih kamar di sebelah kamar utama.
"Kak, mau kemana? "Tanya Arumi pada Rayyan yang sudah siap dengan jaketnya pertanda dia akan pergi.
"Bukan urusanmu." perkataan Rayyan berhasil membuat Arumi meneteskan airmata.
Arumi merasa tidak punya salah apa-apa tapi kenapa Rayyan bersikap dingin saat mereka sedang berdua. Arumi masuk ke dalam kamarnya dan membereskan semua pakaiannya. Koper yang berisi pakaian Rayyan sudah dibawa lelaki itu ke kamarnya sendiri. Ya mereka pisah kamar
Malam semakin larut. Arumi semakin cemas dengan suaminya. sesekali dia keluar, berdiri di teras rumah menunggu suaminya pulang. Akhirnya Arumi ketiduran.
ting tong ting tong.. suara bel rumah membangunkan Arumi dari tidurnya. Dilihatnya jarum jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari.
Arumi segera bangkit dan membukakan pintu untuk suaminya. Betapa kagetnya dia melihat siapa yang bersama suaminya. Arumi tak dapat menahan gejolak dalam hatinya. Apa salahnya?
**********