" Nah Abi,...sekarang apa keluhanmu,...?" tanya Kasih menatap Abimanyu yang terlihat gugup.
" ehhh,..Dadaku terkadang berdebar-debar, jantungku berdegup kencang, dan itu pasti terjadi saat aku dekat dengannya,...apakah jantungku bermasalah,...?" tanya Abimanyu,...
Kasih hanya bisa menatap heran Abimanyu.
" Kamu tidak sedang bercanda kan...?" tanya Kasih, karena baru kali ini ada keluhan pasien yang di luar kewajaran.
" Aku tidak sedang bercanda,...jika dokter tidak percaya bisa periksa aku sekarang,.. sepertinya sekarang penyakitku kambuh lagi,...malah sekarang aku mengeluarkan keringat dingin,..apa yang harus aku lakukan dok,.?" tanya Abimanyu sedikit panik.
Kasih berdiri mendekati Abimanyu seraya memegang pundak Abimanyu.
" Apa yang harus kamu lakukan ya,...?" coba kamu tenang ambil nafas panjang ya,..." ucap Kasih menatap Abimanyu cemas.
" Dok,...dadaku terasa makin sesak,...degup jantung tak bisa berhenti dok,... coba periksa dok,. "
Kasih menghela nafas, sambil memijat pelipisnya yang jadi pusing hanya karena Abimanyu.
" Begini ya Abi,...jika kamu ingin sembuh dari penyakitmu ini,...coba kamu keluar dulu,..lima belas menit aja,...nanti kamu kembali ke sini lagi,..." ucap Kasih, yang sudah mengerti pokok masalahnya. Bagai anak kucing Abimanyu pun keluar dari ruangan Kasih, dan duduk santai di bawah pohon depan praktek Kasih. Lima belas menit telah berlalu, tak ada degup jantungnya atau debaran di dada Abimanyu, selain rasa kantuk yang mulai menyerangnya. Dengan menahan kantuk, Abimanyu masuk ke dalam ruangan Kasih yang sudah nampak sepi.
" Bagaimana,...Abi,...apa yang kamu rasakan di luar tadi,...apa kamu merasakan hal yang lain,..?" tanya Kasih dengan senyum tertahan.
Abimanyu menggaruk tengkuk lehernya yang sebenarnya tidak gatal,..
" Aku hanya merasa mengantuk dok,.." jawab Abimanyu dengan polosnya.
" Emmm,...sekarang,...kemarikan tanganmu biar aku memeriksa kecepatan denyut nadimu,.." perintah Kasih. Abimanyupun mengulurkan tangan kanannya di hadapan Kasih. Dengan telaten Kasih menggulung ke atas lengan kemeja Abimanyu. Keringat dingin Abimanyu mulai kembali nampak di area keningnya, dadanya mulai merasakan debaran yang tak tahu dari mana datangnya, dengan tangan kiri Abimanyu menekan dadanya sedikit keras agar bisa menghentikan debaran itu. Kasih yang melihat sikap Abimanyu mulai tertawa kecil,..sungguh sikap Abimanyu yang lugu dan polos membuat Kasih merasa terhibur.
" Abi,....." kamu tahu apa penyebab semua keluhanmu itu,..?" tanya Kasih
" Aku tidak tahu apa penyebabnya,.. ini sangat aneh bagiku, aku merasakannya hanya saat dekat dengan seseorang itu,..." jawab Abimanyu jujur namun tak berani mengatakan jika seseorang itu adalah Kasih.
" Kamu tahu Abi,..penyebab itu semua, karena kamu menyukai seseorang itu, kamu telah jatuh cinta padanya,.." jelas Kasih seolah tidak tahu siapa seseorang itu.
" Benarkah,....apa yang aku rasakan ini karena aku jatuh cinta,...?" sungguh menyiksa sekali,..!" keluh Abimanyu tanpa sadar.
Kasih tertawa terkekeh.
" Kenapa kamu merasa tersiksa Bi,..?" tanya Kasih lagi ingin tahu seberapa polosnya seorang Abimanyu preman pasar.
" Aku ingin selalu bertemu dengannya, saat malam aku tidak bisa tidur dengan nyaman, aku selalu mengingatnya, dan terasa sepi setelah tahu kalau dia tidak di sampingku,.."
Jawaban Abimanyu lagi-lagi membuat Kasih tertawa..
" Abi,...kalau boleh tahu,...siapa seseorang itu,..?"
tanya Kasih ingin tahu, benarkah itu memang dirinya.
Abimanyu terdiam sejenak, namun kemudian Abimanyu menatap Kasih dengan tatapan yang rumit.
" Apakah kamu ragu untuk mengatakannya Bi,..?" tanya Kasih semakin penasaran dengan kediaman Abimanyu.
Abimanyu menghela nafas panjang, masih menatap Kasih dengan ragu-ragu.
" Seseorang itu,..yang berada di hadapanku,.." jawab Abimanyu jujur melepas beban perasaannya.
Kasih menoleh ke belakang, ke kanan dan ke kiri,,... kemudian menatap Abimanyu kembali.
" Apakah itu aku,..?" tanya Kasih meyakinkan apa yang di pikirkannya.
Abimanyu mengangguk dan mengalihkan pandangannya ke sebuah lukisan.
Dddrrrrrrttttttt,....ddrrrrtttt,...ponsel Kasih bergetar nada panggilan. " Gilang is Calling "
" Kasih apa kamu lupa, jika aku pulang hari ini,..?" suara kesal Gilang di sana, terdengar sampai di telinga Abimanyu.
" Eh,..maaf Lang,...sungguh aku lupa,...ini juga aku masih ada pasien,.." jelas Kasih dengan mengelus dada.
" Cepatlah ke sini,...aku sudah cukup lama menunggumu,..." perintah Gilang kasar.
" Ya,...tunggu sebentar Lang, aku segera ke sana,." ucap Kasih bersabar hati menghadapi sikap Gilang yang sedikit temperamental. Dengan mempunyai emosi yang mudah meledak saat situasi hatinya tidak baik.
" Abi,....emm,..aku ada perlu mau ke bandara sekarang,.. kamu tidak apa-apa kan jika ada waktu kita lanjutkan obrolan kita,..." ucap Kasih pada Abimanyu yang menatapnya dengan tatapan yang rumit.
" Eehh iya,..kalau begitu aku pamit pulang sekalian,...." makasih ya,..." balas Abimanyu seraya berjalan keluar dengan langkah gontai.
Di atas motornya pikiran Abimanyu masih pada Kasih. " Siapa itu Lang,...?" apa pacarnya Kasih, atau siapa,..kenapa,...terlihat kasar sekali saat bicara dengan Kasih. Dan kenapa Kasih begitu sangat sabar menghadapi laki-laki seperti itu.
Tangan Abimanyu mencengkeram keras pada stang motornya.
" Ciiiiiiiiittttttttttttt " Abimanyu mengerem motornya dengan cepat saat dia hampir menabrak sebatang pohon besar yang menghalangi jalan.
" haduhhhhhhh,.hampir saja,..." umpat Abimanyu semakin kesal dengan suasana hatinya yang sudah tidak enak sejak nama Lang di sebut oleh Kasih.
Abimanyu turun dari motornya, berniat menyingkirkan batang pohon besar itu. Namun gerakannya terhenti saat beberapa orang dengan perawakan yang besar menghampirinya secara bersamaan. Tanpa memberi kesempatan Abimanyu untuk bertanya ke enam orang itu langsung menghajar Abimanyu yang belum menyiapkan diri.
" Bug,..bug,....bug,...secara bertubi-tubi bergantian keenam orang itu menghajar Abimanyu tanpa ampun, sesekali Abimanyu menghindar dan juga membalas, namun pada saat dia lengah di antara ke enam orang itu mengambil sebatang kayu dan memukul keras punggung Abimanyu berulang-ulang hingga Abimanyu tersungkur ke tanah, masih dengan kekuatan yang tersisa Abimanyu mencoba bangun dan melawan, darah sudah keluar dari hidung, pelipis bahkan punggung Abimanyu sobek dan berdarah, akibat pukulan kayu yang tiada henti. Abimanyu menatap satu persatu ke enam orang itu dengan mata yang mulai berkunang-kunang.
" Akan aku ingat wajah kalian semuanya,..." ucap Abimanyu dengan suara bergetar, terlihat darah mengalir dari sudut bibirnya. Ke enam orang itupun sedikit menciut nyalinya, melihat Abimanyu yang tak juga tumbang, Dengan saling pandang, Akhirnya ke enam orang itupun pergi dari tempat Abimanyu berdiri. Dengan tertatih Abimanyu kembali ke tempat motornya, semua tubuhnya terasa remuk dan patah, bahkan untuk melihatpun mata Abimanyu sudah tak sanggup lagi, dengan lemah Abimanyu meraih ponselnya yang di dalam kantongnya, dan menekan tombol panggilan pada Jonny.
"Jon,..cepatlah ke sini, di jalan Andalas, aku sudah tak kuat lagi,..." ucap Abimanyu lirih, dan tubuhnya ambruk ke tanah.
Jon yang posisi masih di pangkalan pasar, segera mengajak beberapa temannya segera ke tempat Abimanyu berada.
Di jalan Andalas, tubuh Abimanyu terkapar lemas setengah sadar, ada beberapa orang yang berada di dekatnya. Jonny yang baru tiba segera menyeruak orang -orang menutupinya.
" Ayo bantu angkat Abimanyu ke mobil,..?" teriak Jonny pada temannya.
Di bantu temannya Jonnny mengangkat tubuh Abimanyu ke dalam mobil.
" Bang,...bang Abi,..." panggil Jonny menepuk pipi Abimannyu. Abimanyu melenguh kesakitan.
Darah sedikit mengering di mana-mana di sekujur tubuh Abimanyu.