Chereads / CINTA SEORANG PREMAN JALANAN / Chapter 15 - JANGAN MENANGIS

Chapter 15 - JANGAN MENANGIS

" Emm, aku hanya tanya kapan lagi aku memeriksakan luka yang ada di punggungku?" tanya Abimanyu dengan perasaan yang tiba-tiba terasa hancur.

" Harusnya besok Bi, tapi karena kamu sudah ada sini, tidak apa-apa aku akan memeriksamu." jawab Kasih dengan ramah.

" Tidak usah Sih, besok saja aku kesini lagi." ucap Abimanyu dengan tersenyum.

" Tidak apa-apa Bi, kamu tunggu di sana ya." ucap Kasih penuh perhatian.

" Tidak bisa Sih!! ini waktunya makan siang kita, waktuku hanya sedikit untuk bisa makan siang denganmu dan lagi siapa yang suruh berobat di jam istirahat." sahut Gilang dari dalam saat mendengar pembicaraan Kasih dan Abimanyu.

" Ya tidak apa-apa Lang, kan dia sudah di sini." ucap Kasih membela Abimanyu.

" Dia benar Sih, memang aku yang salah, sebaiknya aku pulang." ucap Abimanyu dengan perasaan tidak enak.

" Jangan hiraukan Gilang Bi, kamu tunggu di sana ya." ucap Kasih sedikit kesal dengan sikap Gilang yang tidak sopan pada pasiennya.

" Kenapa kamu tidak menuruti perkataannku Sih, apa aku tidak ada harganya di matamu! apa begini terus sikapmu padaku, selalu menentang perkataanku, apalagi demi laki-laki lain yang tidak ada hubungannya denganmu!! teriak Gilang dengan emosi yang sudah meluap-luap.

" Jaga bicaramu dan sikapmu Lang, dia pasienku." ucap Kasih mencoba bersabar.

Abimanyu yang mendengar pertengkaran di antara Kasih dan Gilang menjadi tidak enak dan ingin segera pergi dari tempat itu.

Namun langkah Abimanyu terhenti saat mendengar jawaban dari Gilang yang membuatnya naik pitam.

" Kamu memang tak ubahnya wanita yang ada di pinggir jalan, hanya karena laki-laki lain, kamu tidak menuruti kata-kata calon suamimu, apa kamu tak bisa menolak mereka hah!!! teriak Gilang sambil mencengkram lengan Kasih.

Dengan kasar Kasih melepas cengkeraman Gilang.

" Lepas, jangan sentuh aku lagi, jika kata-katamu masih saja seperti itu! ingat aku selalu bersabar selama ini, kalau kamu tak berubah juga aku bisa meninggalkanmu.! ucap Kasih dengan suara penuh tekanan.

" Apa yang kamu bilang? ingat kamu sudah di jual orang tuamu pada orang tuaku! kamu tak ubahnya seorang budak bagiku!! umpat Gilang.

Namun apa daya, belum lagi Gilang melanjutkan perkataannya bogem mentah dari Abimanyu mendarat di hidung Gilang.

" BUGGG "

Kepala Gilang oleng terkena pukulan Abimanyu pada hidungnya.

Darah segar keluar dari hidung Gilang.

Kasih yang mengetahui hal itu, berniat membantu Gilang, namun tangan Gilang mendorong kasar tubuh Kasih hingga terjatuh dalam pelukan Abimanyu.

" Lihat siapa yang selingkuh di sini, kamu terlihat suci padahal kamu tidak bisa menolak laki-laki yang datang padamu, ingat Kasih aku akan memberitahukan hal ini pada orang tuaku." ucap Gilang dengan penuh kemarahan.

Mendengar Gilang mengumpat pada Kasih, tangan Abimanyu bergerak hendak memukul Gilang lagi, namun tangan Kasih menghentikannya.

" Dan kamu siapa namamu? ingat jangan lagi kamu memukulku, kalau kamu tidak ingin kehilangan nyawamu." ucap Gilang beranjak dari tempatnya dengan menyeka darah yang mengalir dari hidungnya.

Setelah Gilang pergi dengan mobilnya.

Kasih duduk di kursinya dengan airmata yang mengalir di pipinya.

Abimanyu berdiri terpaku, tak tahu apa yang harus di lakukannya.

Melihat tangis Kasih yang tak kunjung reda, hati Abimanyu semakin terasa sakit.

Tanpa suara Abimanyu berjalan mendekati Kasih yang masih menangis terisak-isak.

Dengan berdiri di hadapan Kasih yang duduk, Abimanyu berlahan memegang pundak Kasih.

" Diamlah Sih, jangan menangis lagi." ucap Abimanyu dengan suara berat dan gugup.

Keringat dingin mulai menjalar keseluruh tubuhnya.

Mendengar suara Abimanyu yang menyuruhnya berhenti menangis.

Tangis Kasih semakin keras, merasa malu pada Abimanyu karena harus mengetahui pertengkarannya dengan Gilang.

" Hai, jangan menangis lagi." ucap Abimanyu masih berdiri tegak di hadapan Kasih.

" Apa kamu tidak bisa membujuk wanita yang sedang menangis Bi?" tanya Kasih mendongak menatap wajah Abimanyu yang terlihat tegang.

" Aku sudah melakukannya Sih, tapi kamu malah menangis?" ucap Abimanyu tak tahu lagi harus berbuat apa.

" Kapan kamu melakukannya?" tanya Kasih yang sedikit terhibur dengan kehadiran Abimanyu yang begitu kaku di hadapannya.

" Aku sudah menyuruhmu berhenti menangis bukan?" ucap Abimanyu dengan polosnya.

" Apa kamu membujuk seorang wanita sambil berdiri?" tanya Kasih lagi menahan senyumnya, entahlah kenapa rasa sakit di hatinya begitu saja hilang dengan kehadiran Abimanyu yang begitu polos.

" Aku harus bagaimana? katakan padaku?" tanya Abimanyu dengan serius dengan tanpa sadar Abimanyu duduk di samping Kasih.

" Katakan sekarang apa yang harus aku lakukan untuk membujukku?" tanya Abimanyu lagi menatap wajah Kasih.

" Pegang pundakku, dan katakan yang kau katakan tadi." ucap Kasih menjelaskan pada Abimanyu dengan menahan tawa.

Abimanyu terdiam, apa harus di memegang pundak Kasih, wanita yang di anggapnya sangat suci.

" Apa untuk membujukmu aku harus memegangmu?" apa tidak cukup dengan kata-kata?" tanya Abimanyu semakin gugup dengan tantangan Kasih.

" Abi, apa kamu belum pernah membujuk seorang wanita?" tanya Kasih menatap mata Abimanyu yang nampak begitu jernih.

" Pernah, tapi aku tidak memegang pundaknya." jawab Abimanyu jujur.

" Lalu apa yang kamu lakukan?" tanya Kasih lagi sangat penasaran dengan pribadi Abimanyu.

Abimanyu terdiam lagi, apa dia harus mengatakannya pada Kasih kalau dia membujuk Tante Linda ataupun lainnya hanya langsung menidurkannya di ranjang, maka begitu mudah hati mereka meleleh dan memberikan semua apa yang di minta Abimanyu.

" Tidak ada." ucap Abimanyu menundukkan wajahnya, dengan hati mulai gelisah dengan kebohongannya.

Kasih menatap wajah Abimanyu dengan penuh tanda tanya, namun Kasih merasa belum waktunya dia bertanya-tanya soal pribadi Abimanyu.

" Oh ya Bi, bukannya kamu tadi ingin memeriksakan lukamu, ayo kita ke ruang praktekku, aku akan memeriksanya di sana " ucap Kasih mengalihkan pembicaraan yang sepertinya Abimanyu merasa tak nyaman.

" Tidak, aku ke sini tadi ingin mengajakmu makan siang, itu kalau kamu mau, aku tidak akan marah kalau kamu tidak mau, jadi kamu jangan takut kalau kamu menolak." ucap Abimanyu dengan jujur.

" Kamu mengajakku makan siang?" tanya Kasih tak percaya.

" Ya, maaf kalau membuatmu kaget." sahut Abimanyu saat melihat wajah Kasih yang terbelalak.

" Oh, aku memang kaget sedikit, tapi ini sudah hampir mau kerja lagi, bagaimana kalau kita makan di sini saja Bi." ucap Kasih mengajak Abimanyu makan di rumah.

" Lalu kita makan apa? apa kita pesan makanan?" tanya Abi yang sedikit takut kalau Kasih akan memesan makanan yang mahal-mahal, karena niat Abimanyu akan mengajak Kasih makan di luar di warung tapi yang cukup bersih dan makanannya enak rasanya.

" Tidak perlu pesan Bi, aku yang akan masak untukmu bagaimana?" tanya Kasih dengan tersenyum.

Jantung Abimanyu terasa mengembang hingga sedikit susah buat Abimanyu untuk bernafas.

" Begini Sih, karena aku yang berniat mengajakmu makan, biar aku yang memasak untukmu, kamu maukan?" tanya Abimanyu ragu-ragu.

" Wah, mantap sekali itu Bi.., ayo kita ke belakang sekarang." ucap Kasih bersemangat, kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan ke belakang.

Abimanyu yang masih duduk, terpaku sejenak namun dengan tiba-tiba Abimanyu berdiri dan berteriak pelan tanpa merasakan sakit di lengan dan di pundaknya.

" Yess,.. kamu pasti bisa Bi,... semangat!!!