"Kasih aku harus pulang sekarang, terimakasih mau makan nasi goreng yang sama sekali tidak layak untuk di makan." ucap Abimanyu tersenyum dengan garuk-garuk tengkuknya setengah malu.
"Tidak apa-apa, lama-lama juga nanti mahir memasak kalau tidak melamun masaknya." ucap Kasih yang tahu jika Abimanyu memasak sambil melamun.
"Hem, itu karena aku melamunkan dirimu, ehhh bukan, maksudku aku merasa tidak percaya diri saja saat memasak." ucap Abimanyu yang kelepasan bicara.
Kasih tersenyum kecil sambil menutup mulutnya.
"Yah sudah, cepat pulang kasihan pelanggan kamu yang menunggu kirimannya." ucap Kasih menahan tawanya melihat tingkah Abimanyu yang begitu polos.
"Hemm, baiklah aku pulang sekarang." ucap Abimanyu memasukkan kedua tangannya dalam kantong celananya.
"Hati-hati ya Abi." ucap Kasih yang sangat terhibur dengan kehadiran Abimanyu yang menurutnya sangat apa adanya.
Abimanyu tersenyum polos, kemudian beranjak dari duduknya, dan berjalan keluar dari rumah Kasih.
Kasih yang mengantar Abimanyu sampai depan rumah, melambaikan tangannya saat Abimanyu sudah keluar dari halaman rumahnya.
Di depan rumah Kasih nampak Gilang sedang mengepalkan tangannya menahan kemarahan yang sangat.
"Jadi laki-laki itu yang membuatmu jauh dariku, lihat saja... bagaimana aku bisa menghancurkan laki-laki yang kamu cintai Kasih." gumam Gilang dengan geram.
Mobil Gilang dengan cepat melaju mengikuti kemana arah motor Abimanyu yang di bonceng Jhonny.
Sampai di tempat perkampungan mobil Gilang berhenti dan melihat Abimanyu dan Jhonny masuk ke dalam perkampungan yang terlihat kumuh di mata Gilang.
"Jadi di sini rumahnya, sangat pas dengan gayanya yang norak dan kampungan, lihat apa yang bisa aku perbuat dengan kampung kumuhmu." ucap Gilang dengan senyuman sinis menjalankan mobilnya meninggalkan perkampungan Abimanyu.
Dengan perasaan yang berbunga-bunga, Abimanyu turun dari motor dan menunggu Jhonny.
"Bang, besok kita ada pekerjaan menjaga toko Bang Udin yang lagi umroh." ucap Jhonny setelah mendekati Abimanyu kemudian duduk santai di balai bambu.
"Memang berapa hari harus jaga toko Bang Udin?" tanya Abimanyu mengikuti duduk di samping Jhonny dengan wajah serius.
"Tiga hari saja Bang, tapi lumayan untuk buat makan anak-anak kan Bang?" ucap Jhonny menatap wajah Abimanyu yang terlihat gembira.
"Ya semoga hari ini aku berhasil mendapatkan uang dari Linda, Jhon." ucap Abimanyu masih dengan wajah sumringah.
"Bang dari saat datang senyum-senyum terus, ada apa sih, ooohh aku tahu nih, pasti berhasil ya makan siang dengan Bu Dokter. Bagaimana acaranya tadi?" tanya Jhonny dengan tersenyum.
"Bukan makan siang saja, tapi masak berdua di dapurnya." sahut Abimanyu dengan senyum simpul.
"Welehhhh pantesan Bang Abi seperti orang lagi jatuh cinta, selamat Bang..jangan lupa traktirannya." ucap Jhonny menepuk bahu Abimanyu.
Abimanyu tertawa malu.
"Tenang saja, ada rejeki kita akan minum-minum di tempat biasanya." jawab Abimanyu sambil matanya menerawang jauh ke jalanan.
"Malam ini bagaimana Bang? apa Bang Abi sudah siap dengan Tante Linda?" tanya Jhonny dengan serius.
"Aku mau tidur sekarang, nanti jam tujuh banguni aku, oh ya tolong belikan aku obat pencuci perut, aku harus mencari akal agar Linda tidak memperkosaku lagi." ucap Abimanyu memberikan uang sepuluh ribu pada Jhonny.
"Oke Bang, aku keluar dulu beli obatnya, kunci motornya Bang." pinta Jhonny pada Abimanyu sebelum masuk ke dalam rumah.
Abimanyu memberikan kunci motornya kemudian masuk ke dalam kamarnya dan tidur untuk memulihkan tenaganya.
***
"Bang tiap kali kalau mau keluar dengan Tante-tante Abang selalu keren, kenapa saat ke rumah Bu Dokter Abang hanya pakai pakaian biasa?" tanya Stefi pada Abimanyu yang sudah rapi berpakaian.
"Semua yang aku pakai ini pembelian Tante Linda Fi, bagaimana aku bisa pakai untuk menemui Kasih, aku tidak mau sedikitpun mengingat apa pekerjaanku saat bertemu Kasih, aku malu pada Kasih." jawab Abimanyu dengan perasaan bersalah dan sedih karena tidak jujur pada Kasih, dan sedih karena tidak bisa menolak Linda karena dia butuh uangnya.
"Carilah pekerjaan yang lain Bang, aku pasti mendukungmu." ucap Stefi melihat jelas kesedihan di mata Abimanyu orang yang sudah mengangkatnya dari keterpurukan.
"Aku harus kerja apa Fi, aku hanya lulusan SMP di kota besar ini perusahaan pun tidak lagi menerima orang seperti aku, kalau aku bekerja sabagai kuli di pasar berapa bayarannya? jadi preman pasar, kamu juga tahu sendiri aku tidak bisa menekan mereka dengan memberi uang yang banyak, mereka juga juga membutuhkan uang buat keluarganya, sedangkan anak-anak kita di sini butuh tempat tinggal, butuh makan, butuh sekolah." ucap Abimanyu dengan wajah yang serius.
"Apa aku harus merampok?" tanya Abimanyu menatap Stefi dengan perasaan semakin rumit tidak tahu jalan mana yang harus dia tempuh untuk mengatasi keuangannya.
"Apa aku harus mengusir anak-anak yang yang sudah ku rawat dari kecil? agar mereka kembali di culik mereka yang berhati kejam untuk di jadikan lahan uang bagi mereka? di suruh mencuri, atau di suruh sebagai peminta-minta di jalanan? aku tidak bisa melakukan itu Fi, mereka sudah ku anggap sebagai keluargaku sendiri, susah senang mereka harus tetap bersamaku." ucap Abimanyu dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ya Bang, aku sangat mengerti perasaan Bang Abi semoga ada jalan keluar nanti ya Bang?" ucap Stefi yang ikut menitikkan airmata saat Abi mengeluarkan segala kesedihannya.
"Bang Abi ini obat pencuci perutnya." ucap Jhonny yang muncul dari balik pintu dan melihat adegan kesedihan antara Abimanyu dan Stefi.
"Ada apa Bang? kenapa Fifi menangis? dan Abang terlihat sedih, apa ada masalah?" tanya Jhonny dengan rasa penasaran.
"Tidak ada apa-apa Jhon, aku hanya memberitahu Fifi kalau saat ini aku tak berdaya dan terpaksa melakukan pekerjaan ini demi anak-anak kita." ucap Abimanyu pada Jhonny yang sudah ikut bersamanya selama bertahun-tahun dan tahu sepak terjangnya selama ikut dengannya.
"Oh, aku paham.. anak-anak Bang Abi tidak hanya satu atau dua orang Fi, kamu belum lihat ya? rumah Bang Abi yang menampung anak-anak itu? mereka tidak tinggal di sini tapi tinggal di kampung lain yang masih terjamin tempatnya, dan mereka juga sekolah, kalau di sini lebih kebanyakan anak-anak yang masih punya orang tua." Johnny menambahkan cerita anak-anak Abimanyu yang Fifi belum tahu.
"Bang, bagaimana kalau kita cari bantuan dana dari para dermawan yang kaya raya?" tanya Stefi yang sebenarnya anak orang kaya tapi salah jalan akhirnya di usir orang tuanya yang malu punya anak seorang banci.
"Tidak mudah Fi, ya hanya beberapa orang yang bisa bantu Bang Abi, dan yang lain malah menghina Bang Abi, karena Bang Abi hanya lulusan SMP mereka tidak percaya dengan Bang Abi karena Bang Abi bekerja sebagai preman pasar bukan orang yang baik-baik." jelas Jhonny dengan geram.
"Sudahlah, kalian berdua ngobrol saja, aku harus pergi, doakan semoga rencanaku ini berhasil, aku mendapatkan uang tanpa harus bercinta dengan Tante Linda." ucap Abimanyu membawa obat pencuci perutnya dan sebotol air mineral yang akan di minumnya sebelum bertemu Linda.