" Kamu masak apa Bi?" tanya Kasih sambil melihat Abimanyu yang sedang mengiris bawang putih.
" Aku hanya bisa masak nasi goreng sih, apa kamu ingin sesuatu yang lain?" tanya Abimanyu tanpa mengalihkan matanya pada bawang putih yang di irisnya.
" Tidak, nasi goreng juga tidak apa-apa, aku jadi penasaran apa masakanmu enak atau tidak." Jawab Kasih ikut berdiri di samping Abimanyu.
Karena terlalu banyaknya bawang putih dan bawang merah yang di iris mata Abimanyu terasa perih dan berair.
Dengan mengedip-ngedipkan matanya, Abimanyu mencoba menahan rasa perih di matanya, tapi tetap saja airmata menetes dari kedua matanya.
Melihat Abimanyu yang kesulitan membersihkan airmatanya, Kasih mengambil tissue dan mengusapnya.
Jantung Abimanyu seketika berhenti, dengan mulut sedikit terperangah.
Karena hati dan matanya tertuju pada Kasih yang mengusap airmatanya, tak sadar tangannya yang masih mengiris bawang putih terus saja mengiris sampai ke jari telunjuknya.
" Auhhh," desis Abimanyu dengan gugup saat jarinya teriris dengan pisaunya yang lumayan tajam.
Dengan reflek Abimanyu memasukkan telunjuk jarinya yang terluka ke dalam mulutnya.
" Ehhh, apa yang kamu lakukan Bi?" ucap Kasih menarik telunjuk jari Abimanyu dari mulutnya.
" Biar darahnya berhenti Sih." jawab Abimanyu membiarkan telunjuk jarinya di pegang Kasih.
" Tidak boleh jorok Bi, kamu tahu kalau luka harus di obati yang benar, kalau seperti itu tadi kamu bisa infeksi." ucap Kasih berdiri dan keluar dari dapur dan kembali dengan membawa obat merah serta plester.
" Sini kemarikan tanganmu." ucap Kasih meraih jari telunjuk Abimanyu
Dengan penuh perhatian Kasih menetesi luka Abimanyu dengan obat merah, setelah itu di tiupnya berlahan hingga kering, baru Kasih menutupnya dengan plester.
Abimanyu melihatnya dengan mulut sedikit terganga, hatinya benar-benar sudah meleleh kemana-mana.
" Bi, mulutmu terbuka nanti lalat bisa masuk." ucap Kasih tersenyum, membuat Abimanyu tersadar dari keterpakuannya.
" Emm, trimakasih..kamu perhatian sekali." ucap Abimanyu mengusap telunjuknya yang sudah terplester dengan rapi.
" Kamu baiknya duduk saja di depan, biar aku yang memasak." ucap Kasih melihat Abimanyu yang selalu gugup dan tidak konsentrasi dalam bekerja.
" Ohh tidak Kasih, beri aku kesempatan untuk menyelesaikan ini, kamu saja yang duduk di depan ya, biar aku bisa tenang memasak." ucap Abimanyu dengan tanpa sadar.
" Apa kehadiranku di sini tidak membuatmu tenang?" tanya Kasih memicingkan matanya dengan tersenyum lembut.
" Ya, ehhh tidak, maksudku aku tidak terbiasa masak berdua dengan wanita, jadi kamu tahu sendiri aku sedikit gugup." jawab Abimanyu dengan jujur.
Kasih tersenyum seraya mengangguk-angguk.
" Baiklah, oke...kalau begitu aku tunggu hasil karyamu di depan ya?" ucap Kasih tersenyum manis, kemudian meninggalkan Abimanyu sendiri di dapur.
Abimanyu menghela nafas panjang.
" Akhirnya aku bisa bernafas bebas." ucap Abimanyu yang sejak ada Kasih nafasnya terasa tersumbat dan membuat dadanya sesak.
" Oke Abi, sekarang tunjukkan hasil karya terbaikmu, Semangattttt." ucap Abimanyu sambil mengecup jari telunjukya yang terluka.
Dengan bersiul kecil, Abimanyu memasak sesuai dengan kemampuannya, walaupun sebenarnya Abimanyu tidak bisa memasak.
Sebelum Fifi tinggal di rumahnya, hampir tiap hari Abimanyu makan me goreng, terkadang makan di warung jika di pasar.
Asupan makanan Abimanyu tidak mengandung makanan yang sehat, tapi Abimanyu bersyukur dia jarang sakit, kalaupun sakit hanya pusing karena uang habis untuk kebutuhan anak-anak angkatnya.
Abimanyu menatap hasil masakannya dengan miris, terlihat sepertinya kebanyakan kecap.
Dengan ragu, Abimanyu membawa dua piring nasi goreng ke depan di mana Kasih sudah menunggunya.
" Hemm, keliatan enak kalau dari baunya nih." ucap Kasih duduk tegak setelah duduk bersandar menunggu Abimanyu.
" Aku belum merasakannya, kamu boleh tidak memakannya kalau rasanya tidak enak." ucap Abimanyu sambil memberikan sepiring nasi gorengnya pada Kasih.
" Tenang saja, aku pasti menghabiskannya." ucap Kasih sambil menerima nasi gorengnya dari Abimanyu.
Abimanyu menatap Kasih tak berkedip saat Kasih memulai makannya dengan satu sendok penuh nasi gorengnya.
Abimanyu melihat Kasih berhenti mengunyah saat Nasi gorengnya sudah berada di mulutnya.
" Bagaimana? enak tidak? pasti tidak enak ya?" tanya Abimanyu beruntun dengan wajah cemas.
Kasih memutar bola indah matanya, kemudian tersenyum.
" Uumm, enak kok..aku suka." jawab Kasih melanjutkan makannya sesuap demi sesuap.
Abimanyu hanya memandang Kasih yang sedang makan dengan lahap, rasanya tak percaya jika Kasih menyukai masakannya.
" Kamu tidak makan Bi?" tanya Kasih menatap Abimanyu yang diam tak bergerak hanya tatapannya saja yang menatapnya dengan tanpa berkedip.
" Hai,.. Abimanyu." ucap Kasih melambaikan tangannya.
" Ehhh ya, ya...aku akan makan." ucap Abimanyu segera memasukkan sesendok nasi kemulutnya.
" Hugghh, hugghh, hugghh,"
Abimanyu tersedak dan terbatuk-batuk saat merasakan nasi goreng dalam mulutnya.
Melihat itu Kasih mengambil sebotol air mineral dan memberikannya pada Abimanyu.
" Minumlah, hati-hati kalau makan Bi." ucap Kasih sambil menepuk-nepuk punggung Abimanyu.
" Nasi goreng ini, sangat asin sekali Sih, kenapa kamu bilang sangat enak." ucap Abimanyu dengan bibir mengkerut menahan rasa asin di mulutnya.
Kasih tersenyum sambil mengusap bibir Abimanyu yang basah kena air minum.
Jantung Abimanyu berdesir, kenapa Kasih selalu membuat jantungnya menjadi tak labil.
" Katakan Sih, kenapa kamu makan nasi goreng itu sampai habis padahal sangatlah asin?" tanya Abimanyu tak habis pikir.
" Bagiku rasa itu tak penting, yang terpenting siapa yang memasak dan bagaimana dia memasaknya." ucap Kasih menatap Abimanyu yang terlihat bingung tak mengerti dengan arti ucapannya.
" Aku tidak mengerti Sih, kamu tahukan otakku bebal, apa memang artinya?" tanya Abimanyu menyesal punya otak yang pas-pasan.
" Bagiku, rasa nasi gorengmu tidak lah penting, entah itu asin atau manis, karena aku tahu yang membuat adalah dirimu, kamu memasaknya dengan penuh semangat, jadi aku sangat terharu dan berterimakasih padamu." ucap Kasih menjelaskan dengan bahasa yang sederhana.
" Kamu menyukainya karena aku yang memasaknya, walau kamu tahu rasanya asin?" ucap Abimanyu mengulangi maksud dari Kasih.
" Seperti kata manis ini, mungkin kamu pernah mendengarnya, apapun yang kamu berikan entah itu racun sekalipun aku akan memakannya atau meminumnya, jadi intinya aku percaya padamu, sekarang kamu adalah temanku." ucap Kasih mengulurkan tangannya.
Walaupun sedikit bisa mencernanya, Abimanyu mengerti maksud Kasih.
Dengan senang hati, Abimanyu menerima uluran tangan Kasih.
" Drrrrttt... Drrrrttt... Drrrrttt "
" Sebentar ya Sih." ucap Abimanyu saat ponselnya berbunyi.
Abimanyu melihat sebuah nomor di ponselnya, dengan ragu Abimanyu menerimanya.
" Hallo Abi sayang, ini nomor baruku sayang." ucap Tante Linda di sana dengan manja.
" Ya Tante, ada apa?" tanya Abimanyu dengan suara pelan.
" Aku dengar dari Stefi kamu butuh uang banyak sayang." ucap Tante Linda yang tahu kalau Abimanyu butuh uang, dan dia butuh Abimanyu.
" Ya Tante." ucap Abimanyu mengaku memang membutuhkan uang untuk membayar kontrakan untuk anak-anak angkatnya.
" Aku akan memberikanmu uang cash, jika malam ini kamu menemani Tante sampai pagi, bagaimana?" tanya Linda dengan senyum kemenangan, karena pasti Abimanyu tidak bisa menolaknya jika membutuhkan uangnya.
" Baiklah Tante, kirim saja alamatnya, aku akan ke sana." ucap Abimanyu, kemudian menutup ponselnya.
Sungguh Abimanyu tak bisa berbuat apa-apa, selain menerimanya, dia membutuhkan banyak uang untuk membayar kontrakan yang sudah habis masanya.
" Dari siapa Bi? serius sekali?" tanya Kasih melihat wajah Abimanyu yang terlihat sedih dan sendu.
" Bukan siapa-siapa, hanya seorang pelanggan minta tolong mengirim barang." jawab Abimanyu dengan perasaan yang tiba-tiba terluka saat membohongi Kasih.