(POV Jui)
Sepertinya, Shuu hidup di zaman yang salah. Seharusnya Shuu hidup di zaman saat handphone belum ditemukan. Di zaman saat banyak anak-anak bermain di luar. Di zaman saat tangan orang-orang memegang buku, bukan handphone. Di zaman saat aku masih bersama dirinya. Yang terakhir enggak.
Apa mungkin Shuu itu orang zaman dulu yang datang ke masa depan, ya?
Shuu adalah muridku yang paling pandai menahan penderitaan. Bayangkan saja, jangankan cek notif Instagram, cek pulsa saja tidak bisa. Jangankan menelpon orang, mendengar kalimat 'nomor yang anda hubungi sedang sibuk, cobalah beberapa saat lagi' saja tidak pernah.
Meski begitu, Shuu selalu sabar dan tidak emosian. Berbeda dengan anak zaman sekarang. Koneksi lelet dikit handphone dibanting. Contohnya aku.
Anehnya, meski handphone Shuu tidak ada sinyal, Shuu selalu memainkannya. Tapi, tentu saja fitur yang dimainkan Shuu dan anak-anak lain sangat berbeda jauh. Anak-anak lain main Mobile Legend, Shuu main kalkulator. Anak-anak lain streaming YouTube, Shuu ngerekam semut berjalan.
Ah, sudah cukup membandingkan Shuu dengan anak-anak lain. Kasihan anak-anak lain.
Sekarang, aku ingin membahas kelebihan Shuu yang didapat gara-gara punya kekuatan aneh.
Gara-gara kekuatan anehnya, sekarang Shuu berubah jadi pebisnis yang handal.
Kok bisa?
Apa hubungannya meredam sinyal dengan menjadi pebisnis yang handal?
Tentu saja ada hubungannya. Aku dan kamu saja ada hubungannya.
Jadi, begini ceritanya tuan dan nyonya.
Gara-gara handphone Shuu gak ada sinyal, Shuu jadi sering pake aplikasi kamera. Karena keseringan pake, sekarang Shuu sangat handal memakai kameranya. Keahlian Shuu adalah memotret orang lain diam-diam tanpa ketahuan.
Shuu diam-diam sering memotret Akemi, Sera, Shino dan murid cewek lainnya di Kelas 1-F. Bukan cuma foto cewek Kelas 1-F. Foto cewek kelas 1-A, 1-B, 34-A, 36-B, 36-F dan foto para kakak kelas pun—Shuu mempunyainya.
Hasil jepretan Shuu tidak main-main. Semuanya bagus, seperti seorang professional. Angle, kecerahan dan ekspresi para cewek di foto itu sangat pas. Benar-benar foto langka dan berkualitas.
Shuu sering membuka lapaknya ketika pulang sekolah di tempat rahasia. Shuu mencetak foto hasil jepretannya dan menjualnya di sana.
"Shuu, aku pesan fotonya Akemi. Ada?" tanya Hoshi.
"Ada. Silakan dilihat-lihat dulu. Satu foto harganya 300 yen. Kalau beli 5 gratis 1. Silakan dipilih," promosi Shuu.
"A-aku pesan foto Sera saat pake baju olah raga, dong. I-ini bukan buat koleksi pribadiku, loh! Ini pesanan dari anak kelas lain yang sangat tergila-tergila pada gadis bodoh itu. Sungguh, aku tidak berbohong, kau harus percaya! Jadi, ada tidak fotonya?!" tanya Hide dengan penuh berkeringat.
"Ada!" Shuu mengeluarkan fotonya.
"Aku pesan foto Maggiana saat marah dong. Ada?" tanya Kensel.
"Ada!" Shuu mengeluarkan fotonya.
"Aku pesan foto Shino saat lepas kacamata dong. Ada?" tanya Hashimoto.
"Ada!" Shuu mengeluarkan fotonya.
"Aku pesan foto Hinako-sensei dong. Ada?" tanya Pak Kepala Sekolah.
"Ada!" kata Shuu.
Bisnis gelap Shuu ini sangat terkenal di SMA Subarashii. Kakak kelas pun banyak yang memesan foto pada Shuu. Kadang ada juga yang minta request buat fotoin seseorang diam-diam. Dan pastinya Shuu selalu berhasil.
Bisnis gelap Shuu ini sangat tersusun rapi, sehingga tidak ada satu pun murid perempuan yang tahu. Kecuali Shino.
Namun, Shuu punya rahasia lagi selain bisnis foto perempuan. Yap! bisnis foto laki-laki.
Dalam bisnis ini pun tidak ada murid laki-laki yang tahu.
Dalam bisnis foto laki-laki, foto Lev dan Gen adalah yang paling banyak diminati. Pembelinya bukan cuma cewek kelas 1, para senpai pun banyak yang memesan foto mereka bertiga. Namun, rekor penjualan terbanyak masih di pegang si anak Kepala Sekolah sekaligus Ketua OSIS SMA Subarashii. Ia adalah kakak laki-lakinya Mindy, namanya Sasahara Kenji. Ya, orangnya memang tampan, pintar pula.
Shuu bercerita padaku. Suatu hari, ia pernah bertemu dengan cewek yang cukup unik. Dia belanja di lapaknya.
"Hmmm... foto kamu tidak ada ya, Shuu?" tanya cewek itu sembari mengacak-ngacak ratusan foto yang ada di lapaknya.
"Eh, fotoku?" Shuu memastikan.
"Iya, aku ingin beli fotomu."
"Fotoku gak ada. Kalau mau, kamu foto saja aku sekarang. Gratis!" Shuu nyengir.
"Asik! Ayane-chan, fotoin aku dengan Shuu, dong!" Cewek itu memberikan handphone pada temannya.
"Eh?" Shuu agak kaget.
Kemudian cewek itu mendekat ke arah Shuu. Bahu mereka bertabrakan. Gadis itu berekspresi secara natural mengangkat dua jari sambil tersenyum. Sedangkan Shuu mati gaya—tersenyum kaku sambil sama-sama mengangkat dua jari.
*Cekrek!
Cewek itu langsung balik lagi, dan melihat hasil fotonya.
"Wah, hasilnya bagus. Makasih ya, Shuu!" Cewek itu berterima kasih.
"Eh. Namamu siapa, kamu kelas 1 juga, 'kan?" tanya Shuu.
"Oh, iya lupa. Namaku Miyano, panggil saja Miya. Aku dari Kelas 1-C."
"Oke. Sama-sama Miya."
Besoknya, Shuu iseng main ke Kelas 1-C. Dia ingin bertemu Miya lagi. Dia ingin meminta foto berduanya juga saat kemarin. Shuu menyadari, kalau Miya mungkin menyukainya. Shuu ingin memastikannya juga hari itu.
"Kamu cari Miya? Dia sudah pindah ke luar negeri hari ini," kata seorang lelaki di Kelas 1-C.
"APA??!!"
Sejak saat itu, Shuu mulai berhenti menjalankan bisnis gelap foto murid-murid. Ia sering melamun dan berubah menjadi jones yang selalu menyebut nama Miya.