(POV Jui)
Saat itu adalah pagi yang indah dan dingin di bulan Juni. Kelas 1-F kedatangan tamu spesial dari stasiun TV paling terkenal di Jepang. Untuk pertamakalinya, para murid aneh itu akan diliput oleh televisi.
Hoshi dan Roman tidak bisa menyembunyikan rasa antusiasnya. Mereka ingin cepat-cepat masuk televisi. Rock dan Kensel berpenampilan lebih rapi dari biasanya. Shino dan Maggiana berdandan layaknya seorang model. Hashimoto gemetaran tanpa alasan. Siswa yang lain, bersikap sewajarnya saja.
Para kru televisi sudah berada di dalam Kelas 1-F. Mereka berencana meliput Kegiatan Belajar Mengajar sekaligus mewawancarai para murid. Salah seorang reporter perempuan sedang memegang mik dan siap memulai peliputan.
"Selamat pagi pemirsa Tokyo TV di mana pun anda berada. Saat ini, saya Fujiyoshi sedang berada di Kelas 1-F di SMA Subarashii Tokyo. Pemirsa di rumah tentunya sudah tahu mengenai enam belas murid aneh yang belakangan ini ramai di perbincangkan. Langsung saja—Hahahahahaha"
Reporter itu tiba-tiba tertawa.
"Hahahahahaha"
Kru yang lain langsung berbisik di pinggir ruangan "Fujiyoshi-san, kita sedang siaran langsung. Tolong kendalikan diri, jangan tertawa sekarang."
Tapi, sang reporter tidak bisa berhenti tertawa.
"Hahahahahahaha"
"Hahahahahahaha"
"Hahahahahahaha"
Akhirnya, para kru terpaksa mengganti Fujiyoshi dengan reporter cadangan.
"Mohon maaf atas kesalahan teknis dari kami. Baik, saya Harumi akan—Hahahahahaha"
Baru bicara sebentar, wanita itu langsung tertawa terbahak-bahak.
Para reporter kebingungan. Mereka sudah tidak punya reporter lagi. Sampai sekarang, reporter pertama masih tertawa di luar kelas. Reporter cadangan pun tidak bisa berhenti tertawa. Akhirnya, kamera dimatikan sejenak dan Channel TV langsung beralih ke program iklan.
Seisi murid kelas serempak melihat ke arah Hide.
"Ha ha ha ha ha." Hide tertawa mengejek.
Anak-anak jadi geram. Sebagai ketua kelas, Roman langsung turun tangan dan menggusur Hide keluar kelas. Hide akan diasingkan ke kelas lain supaya tidak mengganggu keberlangsungan acara. Hide tidak melawan, dia pasrah saja. Hide sepertinya tidak tertarik dengan acara peliputan ini.
Lima belas menit menit berlalu, kedua reporter itu sudah berhenti tertawa. Namun, mereka berdua tampak kelelahan. Suara mereka hampir habis. Kru yang hadir, memberi mereka minuman elektrolit untuk menyegarkan kembali kondisi tubuh.
Sekarang, kamera sudah dinyalakan kembali. Seisi ruangan disorot oleh kamera. Hoshi dan Roman melambai lambaikan tangan seolah ingin dinotice. Lev tersenyum seperti biasa. Ota pura-pura tidak melihat. Sera pura-pura baca buku. Kensel pura-pura mengerjakan tugas dengan wajah serius.
Aku pun disorot kamera. Aku juga tersenyum seperti Lev, tapi senyumku tidak natural. Terkesan dipaksakan. Aku tidak terbiasa disorot kamera, jadinya demam panggung.
"Baik, bisakah seorang di antara kalian maju ke depan?" tanya Fujiyoshi sang reporter.
Semua anak terdiam. Malu-malu anjing.
"Kamu, yang paling ganteng. Maju ke depan." Reporter itu menunjuk seorang lelaki.
Hoshi langsung keluar dari bangkunya.
"Maaf, bukan kamu. Tapi yang di sebelahnya."
Hoshi langsung salting dan duduk kembali.
Lev maju ke depan.
"Namamu Lev, kan? Yang kekuatan anehnya bisa membuat orang amnesia?" tanya reporter.
Kemudian dia mengarahkan miknya ke dekat mulut Lev.
"Iya benar," jawab Lev singkat.
"Wah hebat! Bisa kau praktekkan sekarang?" Reporter itu antusias.
"Boleh. Ayo bersalaman."
Kemudian mereka berdua bersalaman.
...
"Namamu siapa nak?" tanya reporter itu.
"Aku Lev," jawabnya sambil mengajak reporter bersalaman.
...
"Namamu siapa nak?"
"Aku Lev."
...
"Namamu siapa nak?"
"Aku Lev."
...
Sudah sepuluh kali, reporter itu melupakan nama Lev. Para kru yang melihat takjub melihatnya
"Namamu siapa nak?" tanya reporter itu.
"Aku Lev." Kali ini, dia tidak mengajak reporter itu bersalaman.
"Kekuatan anehmu apa?"
"Aku bisa membuatmu lupa padaku."
"Wah hebat! Bisa kau praktekkan sekarang?" tanya reporter itu.
Lev tertunduk lesu.
"Tadi sudah saya praktekkan berkali-kali. Tanya saja para kru. Anda benar-benar lupa pada saya." Lev mengucurkan keringat dari pelipisnya.
Reporter itu langsung melihat ke arah kru. Para kru mengangguk.
Akhirnya, Lev kembali ke bangkunya.
Tiba-tiba Fujiyoshi merasa pusing karena terlalu sering melupakan Lev. Jadinya, dia diganti dengan reporter cadangan, Harumi.
"Baik, sekarang giliran murid perempuan. Kamu, yang pake syal merah maju ke depan," pinta Harumi sambil menunjuk dengan jarinya.
Akemi maju ke depan.
"Kekuatan anehmu apa, nak?" tanya Harumi.
"Kepintaran tanpa batas," jawab Akemi, datar.
"Wow, bisa kau praktekan?"
"Coba anda tanya apa saja, saya pasti bisa menjawab."
Harumi bertopang dagu. "Hmm... ada berapa jumlah pasir di muka bumi?"
"Sekian," jawab Akemi.
"Loh, katanya bisa jawab." Harumi memandang ragu.
Akemi menghela napas. "Baiklah, akan saya sebutkan. Jumlahnya ada sembilan ratus tujuh puluh triliun triliun triliun triliun triliun triliun triliun triliun triliun triliun triliun triliun triliun triliun triliun triliun triliun triliun triliun... tujuh ratus delapan puluh enam miliar dua ratus lima puluh enam juta enam ratus delapan puluh enam ribu tujuh ratus tiga puluh satu."
Harumi tertegun. "Kamu tidak mengarangnya, bukan?"
"Kalau tidak percaya, hitung saja sendiri."
Harumi berkeringat dingin. "Baik, baik. Aku beri pertanyaan yang lebih mudah saja. Etto... tanggal berapa sekarang?"
"23 Juni 2020."
"Benar! Waah, anda sangat hebat!"
"..."
Seketika kelas hening.
***
Kali ini, giliran Roman yang diwawancara. Dia ditanyai tentang macam-macam kekuatan aneh yang ada di Kelas 1-F.
"Kekuatan aneh kami memang bermacam-macam, ada yang bisa langsung aktif seperti Maggiana, Lev, Hide dan Hoshi. Ada juga yang butuh persyaratan, seperti kekuatan aneh saya, Sera, Ota, Lullin, Rock, dan Nana. Kekuatan aneh kami termasuk yang jarang aktif," papar Roman.
Harumi masih mengarahkan miknya pada Roman.
"Yang terakhir, ada juga kekuatan aneh yang dipaksa aktif tanpa bisa dikendalikan, seperti kekuatan aneh Akemi, Gen, Shino, Kensel juga Shuu. Aku merasa kasihan pada Shuu, dia tidak bisa merasakan internetan."
Kamera langsung menyorot wajah Shuu.
Shuu senyum-senyum di depan kamera, dia tidak merasa terganggu. Dia malah meneriakan nama seseorang.
"Miyaa. Kau ada di manaaa?"
Lalu Harumi mengarahkan miknya lagi pada Roman.
"Meski begitu, kami tidak pernah kesulitan dalam urusan belajar. Kami semua bisa mengatasi kekuatan aneh kami dengan sangat baik. Kecuali kalau kekuatan aneh Rock yang aktif. Tapi, itu jarang aktif sih," ucap Roman yang diselingi tawa kecil.
Tiba-tiba terdengar suara kentut.
*Tut.
Semua orang melihat ke sumber suara. Ternyata, yang kentut Fujiyoshi, si reporter.
"Maaf. Gara-gara pusing ini, aku jadi kelepasan buang angin," aku Fujiyoshi dengan malu setengah mati.
Semua anak panik.
"SEMUA BERLINDUNGGGG!!!!!!!!" Kensel berteriak sambil lari keluar kelas. Aku pun panik dan membereskan barang-barangku.
Untuk kedua kalinya, Rock mengamuk lagi di SMA Subarashii.