PART 5.
Prilly duduk di sofa, akibat kedodoran baju yang ia pakai. Bunyi ponselnya berdering. Di ambil ponselnya di lihat Nita menelepon.
"Halo"
"Lo di mana? Kenapa tidak masuk kerja hari ini? Jangan bilang tidak ingin bekerja lagi?!" suara seberang bertanya pada Prilly
"Maaf, gue masih mau kerja. Gue lagi di rumah Jo. Setengah hari ya, gue masuk. Lembur juga nanti juga gak apa-apa." jawabnya sedikit ragu sambil melirik Aliando.
"Ya sudah, gue pikir lo gak mau kerja. Tadi bos tanya," ucap Nita.
"Iya, maaf sekali lagi ya." Prilly sungguh bersalah banget.
Setelah mematikan ponsel miliknya, Prilly menghela nafas panjang. Aliando menutup laptop nya.
"Ini gara-gara Om." Prilly menyalahkan Aliando. Aliando tersentak mendelik mata menatap Prilly dengan wajah cemberut.
"Kok jadi, gara-gara aku! Yang minta begituan, kamu. Kenapa aku disalahi?" Merasa tidak ingin di salahi.
"Ya, salah Om lah. Kalau gak pelan- pelan mainnya. Untung gak di pecat. Kalau di pecat, gue kerja di mana lagi?! Menginap di mana lagi?!" rengek Prilly merengut bibirnya.
"Begini yang gak aku sukai, type cewek. dikit - dikit ambek. Baru juga main dua kali. Penuduhan tidak masuk akal. Dia yang minta. Aku yang di salahi. Benar cewek sialan, Cewek labil," batin Aliando berkata dalam hati.
"Ya sudah, terserah apa katamu saja. Paling malas melayani cewek seperti dirimu." ucap Aliando berdiri dan membuka pintu untuk Prilly agar bisa keluar dari tempatnya.
"Om.. mau ngapain?" tanya Prilly.
"Silakan keluar. Sebentar lagi kekasih saya datang," jawab Aliando dingin.
Prilly terdiam di sofa tanpa bergerak. Menatap Aliando saksama. Kenapa Aliando berubah, katanya dia akan menikahi Prilly. Sekarang mengusirnya.
"Kok... Om..." Belum juga omong semua dari mulut Prilly.
"Keluar! Dasar wanita jalang!" bentak Aliando secara tiba - tiba.
Prilly terkejut saat di bentak oleh Aliando. Hanya karena menuduhnya sembarang. Prilly harus di pelakukan seperti ini. Air mata Prilly sudah mulai jatuh. Tapi di tahannya.
"O-om..." Prilly masih tetap memanggil.
"Kalau kamu tidak mau keluar, biar aku keluar." Aliando berkemas barangnya dan kemudian untuk keluar.
"Tidak perlu, Om. Gue - gue - bisa kok pergi. Makasih, Om." Prilly berlalu pergi dari kamar nginap Aliando. Aliando melempar tubuhnya di atas kasur.
"Maafkan, aku. Prilly. Aku terpaksa lakuin ini agar kamu tidak terbawa suasana hypersex ku," batin Aliando menatap langit kamar.
Prilly keluar dengan kaki telanjang, masuk ke dalam mobilnya. Kemudian menuju tempat kerjanya. Supir taksi yang terus memperhatikan tubuh mulus putih milik Prilly dari balik arah kaca spionnya. Di betuli spionnya mengarah bagian pahanya.
Prilly yang sedang mengarah pandangan di jendela. Hatinya terluka saat mengenal Aliando dengan caranya seperti ini. Prilly tersadar dari lamunannya. Menyadari jalan bukan tempat menuju kerjanya. Prilly memukul tempat duduk pengemudi.
"Pak ... kita lewat mana. Ini bukan tempat arah tempat kerjaan gue! Berhenti, Pak." Prilly mulai panik. Tapi, tetap saja supir taksi tidak peduli.
"Neng ... tenang saja, ini untuk jalan pintas. Tadi di jalan Setia budi macet, neng," ucap Supir taksi itu mengarang.
"Tapi, Pak.. bukannya ini jauh sekali dari setia budi ke Ponegoro," kata Prilly. Prilly merasakan ada keanehan sama supir taksinya. Ponsel tertinggal di kamar Aliando.
***
Aliando tertidur, mata terbuka terdengar suara ponsel berbunyi. Aliando bangkit dari tidurnya. Mencari suara seringan ponsel. Ada di sofa, ponsel milik Prilly. Aliando melihat layar ponsel Nita calling...
"Halo!" jawab Aliando.
"Halo ... Lo siapa? Prilly mana?" tanya seberang si penelepon.
Aliando berkerut menjauhkan ponsel dari telinganya.
"Aku... Lando." jawab nya
"Kenapa ponselnya ada sama lo. Prilly ke mana?"
"Bukannya dia sudah berangkat dari tadi. Ponselnya tertinggal di rumahku," ucapnya berbohong.
"Kok belum terlihat batang hidungnya. Gila itu anak. Ke sasar ke mana lagi sih. Lo tahu dia pakai taksi apa?" tanya Nita mencemaskan keadaan Prilly.
"Hah?? Aku gak tahu. Dia langsung pergi begitu saja," jawabnya.
****
"Pak, gue mau bawah kemana?!" teriak Prilly mencoba mencari cara agar keluar dari taksi ini.
"Bawa kamu tidur, neng," ucap Supir nya. Prilly terpaku diam.
Berhenti di salah satu tempat. Tidak di ketahui ada di mana. Sebuah gedung kosong. Supir taksi keluar, membuka pintu belakang. Menarik tangan Prilly paksa keluar. Prilly meronta-ronta tidak ingin keluar. Dia lebih memilih kabur.
"Ayo, Neng... percuma teriak, di sini sepi neng," ucap supir itu. Karena lelah. Supir itu pun masuk ke dalam mobil di kuncinya langsung.
Prilly terus mundur, supirnya semakin mendekat. "Pergi! Jangan mendekat!" Prilly terus menghadang wajah supir bejat itu dari wajahnya.
"Tolong! Toloooonggg!" Prilly terus berteriak.
Supir mulai merajalela mencium tubuh manis milik Prilly. "Pak, gue mohon! Jangan lakuin!" Prilly mulai terisak. Supir mana mau tahu. Otaknya sudah ter virus nafsu bejatnya.
"Tolloo-eemmm..." Supir mencium bibir manis milik Prilly.
Prilly tidak bisa berbuat apa-apa. Dia pasrah, tenaga yang ia dapat tidak sebanding dengan tenaga milik supir itu.
"Hiks... Gue... hiks... Mohon... Pak.... hiks...." Prilly menangis merasakan seluruh tubuhnya penuh dengan bercak merah. Tamparan dari supir bejat itu. Setelah melepas nafsu bejat itu.
Supir itu mengusir Prilly dari mobilnya. Bajunya terkoyak diman-mana. Prilly menjadi korban pekorsaannnya.
****
Aliando kalang kabut mencari sosok prilly. Di tanya pada bagian perhotelan meminta melihat CCTV. Di sana Prilly naik taksi bukan tujuan arah tempat ia kerja.
Aliando mengumpat, dia segera masuk ke mobil menghubungi seseorang.
"Halo"
"... "
"Kamu sudah menemukannya?" tanya Aliando.
"..."
"Aku sudah menemukannya."
Aliando memelankan mobil berjalan, melihat sosok tubuh mungil milik Prilly dengan baju terobek di mana-mana. Meringkuk tidak berdaya. Aliando merasa sangat bersalah tega mengusirnya.
Aliando menghentikan di pinggir jalan. Keluar, mengejar Prilly di sana. Prilly menangis, berhenti saat seseorang menghalangi jalannya. Di angkat kepalanya. Menatap wajah pria yang sudah mengusirnya. Aliando terkejut dengan wajah memar pada dirinya.
"Om ... puas! Om.. Puas sekarang!" bentak Prilly memukul dada Aliando. Aliando diam tidak melawan.
"Gue jijik! Gue jijik! GUE JIJIK!" teriak Prilly menangis histeris.
Aliando menarik tubuh Prilly dalam pelukannya. Prilly menangis terisak-isak. Aliando tahu, ia sangat bersalah. Tega mengusirnya. Sekarang polisi sedang mengejar supir bejat itu.
Aliando membawa Prilly ke suatu tempat. Yang pastinya bukan hotel tempat penginapan. Bisa jadi apartemen milik Aliando. Tempat jauh dari Jakarta. Selama ini Aliando lebih memilih tinggal sendirian di hotel daripada apartemennya.
Sampai di apartemennya, Aliando membaringkan tubuh Prilly ke atas ranjang. Aliando membersihkan diri, setelah itu ia akan mengobati luka di wajah Prilly.
****
Aliando Pov
"Maafkan aku, tega mengusirmu. Aku tidak pantas menjadi pria yang baik. Pantaskah aku menjadi suamimu. Sekarang saja, aku sudah membuatmu menderita, menyakiti perasaanmu. Kamu pasti akan membenciku setelah ini," batin Aliando berkata dalam hati.
Sambil mengobati lukanya, aku begitu jahat. Jahat sekali. Andai saja tadi pagi gak mengusir dia. Pasti dia sudah ada di tempat kerja. Ini anak orang bukan untuk dimaini.
"Eung ..." mengeluh Prilly saat sesuatu melukai kulitnya.
Dia terbangun, apa aku sudah melukai wajahnya.
"Om..." panggilnya pelan. Syukurlah dia tidak apa-apa. Aku benar mengkhawatirkannya. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada dirinya.
"Kamu diam dulu. Aku obati luka memar mu," ucapku. Ku oleskan salep khusus luka. Dia diam dan menuruti apa yang aku ucap.
"Om... masih marah ya sama gue?" tanyanya. Aku tetap mengobati luka memar itu. Kenapa ada pria tua kasar sama cewek secantik ini sih.
"Om..."
"Diam!" bentakku. Aduuh... aku bukan bermaksud membentaknya.
"Maaf, aku bukan bermaksud membentak mu," ucapku lembut.
Dia dia menatapku begitu lama, apa dia akan menangis. Sudah, jangan menangis lagi. Aku tidak kuat.
"Om... benar masih marah sama gue?" tanya lagi.
"Tidak," jawabku.
"Om... soal jadi suami. Gue berubah pikiran," ucapnya.
Aku langsung menatap wajahnya. Apa maksudnya. Tentu, tentu aku bahagia tidak menjadi suami mu. Tapi, aku pasti bersalah jika tidak menanggung jawab atas perbuatan padamu.
"Maksud kamu?" Aku tidak mengerti apa maksud ucapnya. Aku sudah berjanji akan menikahinya.
Kenapa dia berubah. Why? Hellowww?
"Gue merasa tidak pantas menjadi istri baik untuk, Om. Apalagi, hidup gue sudah hancur. Gue sudah tidak cocok bersetubuh dengan Om lagi. Apalagi, Om tahu. Kalau gue sudah di nodai oleh supir taksi. Gue sendiri merasa jijik. Om pasti jijikkan sama gue," ucapnya gemetar menahan tangisannya.
"Siapa bilang aku jijik sama kamu. Justru aku menerima dirimu apa adanya. Supir itu hanya bejat. Sebentar lagi dia di tangkap sama polisi. Kamu adalah milikku." kataku tegas.
"Apa yang kamu pikirkan, Lando.. Kamu sudah bebas. kenapa mulutmu berkata lain. Bagaimana keadaan Andy. Andy kekasihmu!" teriak dalam hati.
"Tapi... Om benar yakin. Benar akan menikahiku. Om benar yakin akan menjaga, dan melindungiku," ucapnya.
"Aku yakin, aku akan melindungimu dan juga menjagamu sampai kapan pun," ujarku berjanji. Dia langsung memelukku, entah perasaan apa membuat dirinya yakin bahwa aku benar akan menjaganya.
****
Prilly Pov.
Gue bahagia banget, kalau dia benaran tulus menerima gue jadi suaminya nanti. Bagaimana tidak bahagia, impian gue sebentar lagi akan terwujud, Impian New York. bulan madu ke sana. Jangan ke kanada saja. Honeymoon. Waahh... gue bahagia banget.
Prilly : Hai...
Jo : Hai juga...
Ada apa?
Tiga hari lagi gue pulang indo.
Sudah kangen kah dirimu padaku?
Prilly : Tentu, gue ingin beritahu padamu
Jo : Oh ya?
Apa itu?
lo akan pulang ke rumah?
Prilly : Sialan lo...
Senang banget lo, klo gue pulang
Jo : Trus, apa dong?
Prilly : Gue akan menikah.
n pastinya gue mo lo jd wakil orangtua gue.
Jo : What?!!!
Serius?
Prilly : Ya... serius.
Dia adalah Om Pilot
My Captain is perfect Sex(y)
hihihi...
Jo : Lo tidak sedang kesurupan?
Gue gak salah baca ini?
Kapten pilot?
Prilly : Iya. Lo tahu..
selain melakukan ena-ena itu
ternyata menyenangkan.
Lo harus mencobanya.
Jo : Oh my god, Prilly
Lo sudah melakukannya.
Hei! lo benaran cewek gila
Prilly : Ya, gue gila. karena lo.
coba saja lo gk tolak gue.
Mungkin gue gak bakalan kyk gini juga.
Jo. : Helloww.. Prilly.
Adik manja. super gila, labil.
lo tahu, gue blm siap lakuin hal begitu
apalagi pacaran dengan lo.
Lo sudah gue anggap adik gue sendiri.
Prilly : Whatever.
Ya sudah. oleh gue jgn lp.
bye. I miss you, my brother.
Setelah chatting dengan Jo, si sahabat baik gue. Gue turun dari ranjang. Bersihkan diri. Jo adalah Johannes Darmawan. Dulu gue pernah menyukainya di masa sekolah menengah atas. Tapi, itu semua hilang, dia telah menolak gue mentah-mentah. Ya walau di tolak terus. Hubungan gue dengannya tidak pernah ada retak. Gue sudah anggap dia abang gue. Abang angkat.
Dia tahu segala tentang diri gue. Keluh kesah gue, dia tahu. Gue nyaman dengannya. Hidup dia dulu memang playboy. Tapi tidak pernah memainkan wanita. Gue saja yang terlalu labil. Sedikit galau, minum - minum. Sedikit baper, begadang keluar sama para badboy. Entahlah mungkin di mata orang lain gue cewek perusak.
Orang tua sendiri saja tidak peduli dengan keadaanku. Sekarang saja, gue sudah ada di apartemen Om Pilot. Sudah ganteng, berotot, atletis, sixpack, eightpack, kekar, sexy. Selalu buat gue menggoda.