Seketika saat menyentuh bungkusan martabak telur di atas meja tempat ia duduk. Andy tiba memegang bungkusan itu. Membuat Aliando tersentak mengingat sesuatu hal yang terlupakan.
"Kamu beli apa? Sebanyak ini?" tanya Andy menarik bungkusan plastik di meja nongkrongnya.
Aliando segera melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah hampir magrib, ia ke lupakan wanitanya di apartemen.
"Bro, aku pulang dulu ya. Ada yang harus aku kerjakan ... Sorry , aku tidak bisa lama. Ada saudaraku datang ke sini." Izin Aliando berpamitan pada Andy.
"Baiklah, kapan lagi kita bisa melakukan naena?" ucapnya kembali bertanya hal negatif.
"Kapan saja boleh," jawab Aliando.
****
Aliando Pov
"Maafkan aku, Prilly. kamu pasti menungguku terlalu lama. Kalau saja tidak ketemu dengan kekasih jenis ku. Mungkin kamu sudah menghabiskan makanan ini," batinku berkata.
Sampai di apartemen segera aku turun dan masuk ke lift. Mudah-mudahan dia masih bertahan menahan rasa lapar. Aku benar-benar lupa dengan dirinya. Begitu jahatnyakah diriku menyakiti anak di dalam kandungannya.
Pada saat aku masuk ke dalam apartemen, televisi menyala. ruangan gelap. Aku mencari sakelar untuk menghidupkan lampu. Aku letakkan bungkusan makanan di atas meja makan. Di sana bisa aku lihat, dia tertidur pulas. Pasti menungguku terlalu lama.
"Hei ... Prilly ... Bangun." Aku mencoba membangunkannya. Dia mengerang membuka matanya dari tidurnya..
"Eung ... Om ... sudah pulang." Di kucek kedua matanya. Dia menguap. Duduk berhadapan denganku yang jongkok menatap wajahnya yang begitu pucat.
Suara perut terdengar sangat jelas di gema telinga ku. Dia memegang perutnya menatapku saksama.
"Maaf ya. Buat kamu menunggu terlalu lama. Ayo, kita makan," ucapku merasa bersalah padanya.
Dia menatapku bergeming. Ada yang salah dengan ucapanku. Apa dia marah telah membuat dirinya menunggu lama. Dari yang aku baca di salah satu internet mengatakan awal ke hamilan biasa wanita suka mengumpat, marah tidak jelas permasalahan apa. Sebentar - bentar menangis.
"Kamu kenapa?" tanyaku.
Kenapa dia diam saja. "Tunggu di sini, aku ambil es krim dulu," ucapku lagi berdiri dan mengambil es krimnya. Aku beli yang baru karena yang tadi sudah meleleh. Semoga dia suka..
"Ini. Makanlah," ucapku. Dia terima membuka penutupnya. Kenapa tidak di sentuh.
"Om... kalau perut kosong, gak boleh makan es krim dulu. Nanti bisa sakit perut," katanya akhirnya bersuara.. Kenapa dia begitu manja sekarang, apa pengaruh anaknya. Aku tersenyum mau berbicara juga.
"Ya sudah, kita makan martabak ya. Om, panasi. Oke." Dia mengaku dengan wajah betapa polosnya. Ingin sekali mencubit pipi gembulnya itu.
Setelah itu, selesai memanaskan martabak mesir. Aku meletakkan di atas meja dekat pada dirinya. Dia langsung mengambil sendok untuk memakannya. Perlahan dia memakannya dengan sangat hati-hati. Bisa aku memperhatikan, dia benar sangat lahap karena pengaruh saking laparnya.
Kenapa aku mulai suka melihat dirinya seperti, walaupun dia labil. Kenapa hidupku seperti benar dunia berbeda. Saat bersama Andy rasanya dengan dia tidak ada lagi. Mengingat ada wanita di apartemen ku. Semua rasa gusar hilang. Apa aku mulai menyukai tingkah dia. Apa aku mulai mempunyai perasaan pada dirinya.
"Om ... Om ... Om Lando!" panggilnya membuat lamunan ku kembali ke alam nyata.
Aku meliriknya langsung untuk bertanya padanya.
"Ya ... kamu ingin makan lagi? Atau apa?" tanyaku secara tidak ada sambungannya.
"Gak, Om, sudah kenyang. Om gak makan?" jawabnya, dia kembali bertanya padaku.
Perutku ikut berbunyi, dia menyodorkan martabak mesir padaku. Aku melirik sekali, dia tersenyum. Jantungku. Kenapa hanya senyumannya saja sudah debar-debar. Apa ini aku mulai menyukainya, mencintainya. Sekali lagi aku meliriknya tanpa ragu.
"Ka-kamu tidak mau makan lagi. Nanti lapar lagi bagaimana?" Sebegitu gugupnyakah memberikan pertanyaan untuknya.
"Kan, Om ada beli camilan itu," ucapnya senyum.
****
Prilly duduk di sofa, sambil tonton televisi. Sedangkan Aliando duduk sambil melihat laptop, kemungkinan lusa dia ada jadwal penerbangan beberapa hari ini.
Prilly memegang perutnya sedikit buncit. Apalagi ia sering lapar terus. Sekarang saja ia mulai lapar lagi, padahal tadi baru saja selesai makan martabak mesir.
"Om ..." Panggil Prilly, "Hmm," sahut Aliando sedang fokus sama laptopnya.
"Om ... mau makan pempek Palembang," ucap Prilly menatap Aliando. Aliando menoleh langsung.
"Kamu lapar lagi?" tebak Aliando. Prilly mengangguk cepat.
"Pempek Palembang? Di sini apa ada?" ulang Aliando. Setahu dia tidak ada. Mau cari di mana, jam begini apa ada yang jual.
"Sama Mangga muda," lanjut Prilly.
"Yang lain saja ya, sayang." Sejak kapan Aliando memanggilnya "sayang". Sejak melihat senyuman Prilly.
" Tapi, aku mau pempek sama mangga muda," ucap Prilly mulai terisak tangisan. Aliando menggaruk dagu yang tidak gatal itu.
"Ya sudah, kita cari sama-sama ya?" usul Aliando. Prilly berhenti menangis dan mengangguk.
****
Aliando Pov
Cari di mana lagi jual pempek, aku saja baru pertama kali tahu di sini ada jual pempek. Begitu menyiksakah, seorang Ibu hamil permintaannya aneh-aneh.
"Om ... ke sana yuk!" bersuara Prilly menunjukkan jari di depan sana. Pasar malam. Aliando mengikuti arah tunjukan nya.
"Kamu mau ke sana?" tanya Aliando meyakinkan sekali lagi, angguknya. Mobilnya mengarah di sana memarkir nya.
Setelah itu, Prilly turun. Di sana Aliando menemani Prilly masuk ke dalam. Banyak permainan, ada yang jual baju monja sampai buah-buahan.
Aliando melihat Prilly berhenti di suatu tempat penjual buah. Prilly merasa ingin makan buah mangga yang asem.
Aliando mengerti, lalu mendekati penjual itu, dia berbisik padanya. Penjual itu mengerti maksudnya.
"Neng, mau beli apa?" tanya penjual itu.
"Ini sekilo berapa ya, bang," jawab Prilly menunjukan arah mangga muda itu.
"Sekilo dua lima ribu, Neng," ucap Penjualnya
"Gak bisa di kurang ya, bang? lima belas ribu ya, bang. Aku beli sekilo sama itu." tawar Prilly. Aku yang melihat dan mendengar tawar menawarnya. Selain labil, ternyata dia ahli tawar menawar juga. Salut lihatnya.
Setelah beli buah dan beberapa potongan baju untuk dirinya. Sampailah kami di salah satu penjual makanan. Tumben ada jual pempek. Biasa tidak ada yang jual. Apa Tuhan berikan untuk gadisku.
"Bang, pempek dua porsi ya," ucap Prilly memesan.
Aku dan dia duduk di sana sambil menunggu pesanan datang. Aku bisa lihat, dia bunga bungkusan mangga di sana. Mangga yang sudah di kupas oleh penjualnya. Aku yang lihat saja sudah asem tak karuan.
"Gak asem, sayang?" tanyaku merasa air liur sendiri pun mengalir.
"Gak, Om mau?" tawarnya. Aku enggan mau tapi di kasih paksa. Aku coba satu gigitan. Ya Tuhaaaannn asem banget kamu berikan padamu...
"Asem banget, di bilang manis. Begini ya idamnya." ucapku membuang gigitan asem mangga itu.
Prilly terus menggigit sampai habis. Aku yang melihat, serasa bagaimana tubuhku menerima asem'an itu. Akhirnya pesanan datang. dua porsi hanya untuk dirinya. Ya gak apa-apa untuk dirinya dan anakku juga. Asal sehat.
Tak lama kemudian, dia pun selesai makan pempek yang dia idamkan. Merasa dia sudah kenyang. Aku pun berdiri untuk bersiap pulang.
Sampai di mobil dia masuk ke dalam. Aku tutup kembali pintunya.
Dalam perjalanan, sunyi senyap tak ada suara mengundang cerita. Sejak pernikahan dengan dirinya hidupku jauh berbeda dari biasanya. Apa pengaruh anak yang ada di kandungannya. Aku melirik sebentar, dia tertidur cukup pulas. Pasti dia lelah banget habis jalan-jalan di pasar malam. Belum lagi sudah berapa dia makan buah mangga muda sama pempek.
"Semoga kamu sehat, saat aku tidak ada di sisimu. Aku kerja untuk dirimu dan anak kita nanti," batinku dalam hati.
****
Sampai di apartemennya, Aliando turun kemudian membuka pintu pelan agar Prilly tidak terbangun. Aliando segera mengangkat tubuh Prilly yang kecil ini keluar dari mobil. Menggunakan kakinya menutup pintu mobilnya.
Prilly masih tidur dengan pulasnya. Untung Aliando kuat menggendongnya, walaupun tubuh Prilly sudah di tambah satu penghuni yaitu anaknya. Masuk ke dalam lift, Aliando menggunakan sikunya menekan tombol tujuan tempatnya. Setelah lift berdenting terbuka lebar, Aliando keluar perlahan, melihat wajah manisnya yang begitu tenang. Aliando sudah menyediakan kunci di tangannya untuk membuka sedang menggendong dirinya.
Setelah pintu terbuka, dengan satu kaki ujung sepatu menutup kembali pintu tersebut. Di buka sakelar menggunakan kepalanya menahan agar hidup. Lampu pun terang seluruh ruangan. Dibawa ke kamarnya. Kemudian membaringkan tubuh Prilly di atas ranjang. Tidak lupa menyelimuti tubuhnya hingga ke dagu. Aliando mengusap sebentar kepalanya di kecup keningnya. Aliando senyum padanya.
"Mimpi yang indah sayang, dan jangan nakal ya sama mama. Baik - baik sama mama, saat papa tidak ada di rumah," ucap Aliando pelan takut membangunkan Prilly. Di cium perut ratanya. Bukan rata, mulai melemah.
Aliando berdiri untuk keluar, di lihatnya sekali lagi. Wajahnya begitu tenang. Di tutup perlahan. Prilly membuka matanya pelan - pelan. Dia mendengar apa yang di ucap oleh Aliando. Dia memegang perutnya. Di elus-elus, malahan dia senyum kembali memejam matanya menyambut malam mimpi indahnya.
Sedangkan Aliando melempar tubuhnya di atas ranjang miliknya sendiri. Di ambil ponsel miliknya di lihat galeri saat dirinya melihat senyuman Prilly memakai busana pengantin nya. Dia cukup sangat bahagia. Di gesernya lagi, foto seorang pria mencium pipinya. Dia adalah Andy. Andy Hermawan kekasih jenisnya.
Dia ingin mencoba menghapus memori dirinya bersama Andy. Dia ingin hidup kembali seperti pria yang benar normal. Tiba ponselnya berbunyi tanda panggilan menelepon. Panjang umur. Andy meneleponnya.
"Ya, bro."
"Kapan, kamu mulai bekerja?"
"Lusa aku sudah mulai kembali bekerja,"
"Akhirnya, kita bisa bersama lagi. Aku sudah merindukanmu,"
"Ya, aku juga merindukanmu. Jangan terlalu rindu. nanti berat kalau kamu rindu padaku,"
"Tidak apa-apa, biar aku saja menerima berat beban rindumu itu. Seperti Dylan. hahhaha."
"Kamu suka nonton film itu?"
"Kamu tidak suka? itu seru. Serasa masa muda dulu. Biar nanti aku pinjamkan videonya,"
"Oh ya? Aku baru tahu,"
"Hahaha.. makanya jangan jadi cupu. Ya sudah, sampai ketemu lusa, sayang. Muaaccchh.. I love you,"
"I love you to more."
Selesai pembicaraan telepon selesai, Aliando kembali ke kasurnya. Menatap foto pernikahannya. Betapa manisnya Prilly saat tersenyum.
Kenapa aku suka sekali lihat senyumannya. Begitu manis. Apalagi membayangkan gemuk apa gak tambah tembam pipinya. Seperti Bakpao. Batin Aliando dalam hati.
Aliando senyam senyum tiba tiba di cium foto nya cukup lama. Jantannya kembali sesak hanya melihat foto istrinya. Dielus adiknya untuk menahan nafsu. Aliando membuka celananya. Ternyata adiknya sudah tegang. Terpaksa dia horny sendiri. Di kocok sendiri sambil membayangkan wajah Prilly saat bercumbu dengannya.
Onani sendiri dan keluar secara perlahan. lengket di jarinya. Aliando tergeletak di ranjang dengan junior mulai surut turun. Di pandang langit-langit kamarnya. Wajah Prilly muncul kembali. "Oh fuck!" umpatan Aliando keluar lagi. adiknya kembali tegang. Dia frustrasi benar-benar frustrasi. Dia benar butuh seseorang memuaskannya.