Langkahnya pun terhenti setelah mendengar ucapan sang ibu. Pria itu berbalik dan menoleh pada ibunya.
"Jangan bicara omong kosong mami. Aku rasa mami sudah tidak waras. Terlalu depresi karena tidak memiliki cucu," ucapnya dengan kejam.
"Aku masih waras anakku. Kau anak durhaka. Berani sekali mengatakan jika ibumu tidak waras." Wanita itu meringis menahan perih di hatinya. Apakah hukumannya tidak bisa berhenti? Sikap anak-anak menghukum kesalahannya di masa lalu terlalu berlebihan.
Wanita itu bangkit dari sofa. Ia berjalan ke arah lemari buku. Ia mengambil sebuah amplop coklat dari dalam laci. Seharusnya sang anak mengucapkan terima kasih karena ia akan memberi tahu rahasia besar.
"Kau dulu memperkosa seorang remaja. Dia hamil karena kau perkosa. Wanita itu melahirkan anakmu," ucap si wanita membuat putranya kaget dan shock.
Ia seperti tersambar petir. Ucapan sang ibu meruntuhkan pertahanannya. Pria itu berbalik dan menatap tajam pada ibunya.