Chereads / Istri Sang Juragan / Chapter 31 - Pertempuran Gaib Melawan Angin Hitam

Chapter 31 - Pertempuran Gaib Melawan Angin Hitam

Meskipun sulit menjelaskan dengan bahasa ilmiah, kesadaran manusis tidak bisa diukur secara konkret dan belum ada tehnologi yang membaca benak maupun kesadaraan seseorang. Karena kesadaran adalah sesuatu ysng tumit dan misterius.bisa begitu rumit dan misterius. Pada saat Murni kehilangan kesadaran ia hanya bisa sebatas mendengar hal-hal di sekitarnya, tapi otaknya tak mampu memahami mengapa ia berada di situ dan apa yang terjadi pada dirinya.

Richman meneteskan air matanya, Murni menunjukkan tanda kesadaran, ia melakukan pergerakan jari, dan mengeluarkan suara lirih.

Perawat jaga terkejut dan memanggil dokter. Dokter Bambang memeriksa kondisi Murni kemudian tersenyum ke Richman, "Alhamdulillah! Ny.Murni menunjukkan tanda kesadaran berarti otaknya masih berfungsi dan beraktivitas....walaupun sangat minim. Ini kemajuan yang luarbiasa. Ini keajaiban". Di lantai ruang ICU Richman menangis tanpa suara bersujud di lantai.

Dokter Bambang menepuk-nepuk pundak Richman. Ketika Richman sudah bisa menguasai diri, dr Bambang menjelaskan kembali. "Nyonya Murni menunjukkan kesadarannya mungkin sudah mulai kembali, tetapi ia belum sepenuhnya sembuh, ia belum mampu merespon seperti membuka mata atau bicara. Jadi, sangat sulit untuk membedakan apakah pasien koma masih sadar atau tidak. Saya mohon bapak bisa bersabar lagi". dr Bambang menjelaskan dengan serius, sedang Richman hanya ingat pesan Mamak Ping. Ia tidak punya banyak waktu, Murni harus segera di bawa pulang.

Sebelum sampai di rumah sakit, Richman meminta bantuan dr Andi temannya yang memiliki Home Care¹ untuk menyiapkan ruangan dan peralatan setara ruang ICU setara dengan Rumah sakit umum, di rumah Anggana.

Setelah melewati perdebatan yang alot, akhirnnya Murni berhasil dipindahkan. Murni dipulangkan secara paksa.

Pihak rumah sakit tidak bertanggung jawab akan akibat sesudahnya.

Di pondok pesantren para santri sedang melakukan tadarus al Qur'an di Musholla. Richman membawa Murni dengan ambulans dan masuk rumah lewat pintu depan. Sehingga tidak banyak yang tahu kalau Murni sudah ditempatkan di dalam rumah. Bahkan Maulana tidak tau kalau bundanya ada disini. Pesantren berada disebelah kiri Musholla. Jarak Musholla dengan halamam rumah depan 100 meter. Jadi kedatangan ambulans tidak terdengar dan tak terlihat. Terlebih sekarang mereka sedang khitmad mengaji.

Richman dengan dibantu Mbah Yam melakukan pengobatan sesuai perintah Mamak Ping. Setelah selesai di baluri minyak dari Mamak. Murni diminumi air rempah lalu tubuhnya di masukkan bath up lalu di rendamkan di air rempah yang hangat. Hal yang terjadi kemudian air di bathup itu berubah hitam dan berbau anyir seperti darah. Richman membiarkan tubuh Murni tetap berada di bath up berubah menjadi bening dan bau anyirnya pun hilang. Richman memindahkan Murni di ranjang membungkusnya dengan selimut. Mbah Yam memijit seluruh tubuhnya dengan minyak rempah. Sementara Richman membuang air mandi ke saluran air lalu membersihkan bath up.

Dan nun jauh disana, di lereng gunung Liangpram, hujan disertai angin dan petir menyambar pohon-pohon hingga bertumbangan. Angin besar dan bergulung terbang membawa ranting di pepohanan. Mamak duduk diam dengan mata terpejam. Ia telah memenangkan pertempuran melawan angin hitam dari Pegunungan Selatan. Pertempuran fisik dan bathin, secara gaib.

Pertempuran mempertaruhkan nyawa. Mamak memuntahkan darah hitam, sementara musuhnya tumbang tak bernyawa.

Murni membuka matanya. Tetapi tak melihat apa-apa. Menutup matanya kemudua mumbukanya lagi. Dia melihat ada orang di dekatnya. Ia ingin bicara dan bersuara. Tetapi ia kehilangan suara. Mencoba mengangkat tangannya tetapi tak ada daya. Samar-samar ia mendengar suara memanggilnya. Suara yang amat dikenalnya diantara kabut, hutan dan danau. Suara yang dirindukannya. Ia memejamkan mata. Dan laki-laki itu mencium keningnya dengan keharuan yang dalam. Ia sudah sepenuhnya pulang.

Perlahan ia mendengar ayat-ayat suci dibacakan. Ia masih ingat bacaan itu, doa-doa itu. Ia mrngikutinya membaca dalam hatinya.

Mbah Yam mengoleskan minyak ke bibirnya, ke rambutnya. Kemudian meniup wajahnya dengan doa-doa. Bibirnya tersenyum. Senyum yang indah. Richman mencium bibir itu dengan lembut, membelai wajah yang perlahan berubah cerah.

***

1 minggu kemudian.

Secars fisik Murni telah sehat kembali. Perlahan-perlahan tubuhnya yang kurus sudah mulai terisi dan padat. Kulit tubuhnya telah berubah cerah dan menguning. Rambut Murni yang panjang di potong hingga sebahu, menjadikannya seperti ABG. Kecantikkannya sudah kembali. Hanya saja ia belum bisa mengenali orang terdekatnya di masa lalu. Ia lupa dengan Richman, lupa dengan Maulana. Murni seperti robot manusia memorinya perlu diisi. "Suster!" suster Ana terkejut. Ini pertama kalinya bersuara

Hari ini untuk pertama kalinya ia mampu bersuara dengan baik. Tapi Murni tidak bersuara lagi tangannya menunjuk keluar teras belakang. "Ibu mau kesana?" Murni mengangguk. Suster Lia yang bertugas bersama suster Ana, mencatat perubahan Murni. Suster Ana mendorong kursi roda ke teras belakang. Beberapa anak santri yang melihatnya berlari mendekat, Maulana yang sedang bermain dengan Zaid juga mendekat. Tetapi ia tidak berani bersikap akrab. Ia senang bundanya sadar dan bisa bangun tetapi bundanya tidak mengenalinya. Ayah juga sudah berpesan tidak membikin bunda kaget karena ia belum sembuh total.

"Sudah 3 hari ayah tidak datang. Ayah tidak melihat kalau bunda sudah bisa tersenyum. Ia cantik sekali!" Maulana menahan tangisnya. Ayah bilang Maulana harus kuat. Harus tabah. "Maulana kan laki-laki, kakak Zaid, jadi dia harus kuat, tidak boleh nangis', kata ayah sebelum berangkat pergi. "Jaga bunda, jaga Zaid ya. Ayah percaya Maulana pasti bisa". Maulana melepas ayah dengan tabah. Ayah harus kerja. Kerjaan ayah banyak. Maulana tidak boleh egois. Tidak boleh cengeng. Maulana melangkah mendekati Murni. Ia juga sudah berubah menjadi anak dan kakak yang kuat. Murna menatap Maulana. Ia seperti mengenal anak itu. Tangannya melambai ke Maulana. Anak itu mrndekat. "Namamu siapa?" Maulana terkejut. Bunda bisa bicara? Maulana tidak menjawab. Matanya berkabut menahan tangis. Murni meraih tangan Maulana. Bermaksud menghiburnya. Mungkin dia ingat orangtuanya. Murni mengira Maulana juga anak yatim disini. Murni mengelus-elus rambut Maulana ia merasa dekat dengan anak ini. Maulana tidak tahan. Akhirnya ia menangis memeluk bundanya. "Bundaa!!" Murni terharu. Kasihannya anak ini. Murni memeluk Maulana.

Suster Lia diam-diam sedang videocall dengan Richman. Di tempat lain Richman menangis melihat kejadian itu.

******

Di Kota Bangun, Rumah Om John sangat ramai.

Malam ini om John ulang tahun, ada pesta di rumah. Om John sering membuat pesta di rumahnya, pesta natal, pesta tahun baru, pesta ulangtahun istrinya dan malam ini pesta ulang tahunnya. Om John orangnya sangat ramah dan suka happy. Ia tak pernah tersinggung dengan Richman yang tak pernah datang di pestanya, karena memang pesta itu lebih banyak berhubungan dengan kegiatan keagamaan dari keyakinan yang dianutnya.

Tapi hari ini ia mengundang Richman secara khusus di pesta ulang tahunnya. "Pesta ini hanya di hadiri kalangan tertentu saja, hanya keluarga, sahabat dari rekan usaha dari Samarinda, Balikpapan dan Jakarta", jelas om John ke Richman di telpon, maksudnya supaya Richman jangan ngga datang.

_________

¹ adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komperhensif yang diberikan kepada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka .