Chereads / Istri Sang Juragan / Chapter 21 - Kata-kata itu lebih dari obat perangsang jenis apapun

Chapter 21 - Kata-kata itu lebih dari obat perangsang jenis apapun

3 Tahun Kemudian.

Selama ini Richman sangat tergantung kakeknya, menangani usahanya, dia masih cukup kerepotan dan belum pandai dalam akuntansi keuangan, meskipun ia mendatangkan guru khusus yang bisa mengajarinya. Tetapi akhirnya ia menyerah dan mempekerjakan orang lain. Kesibukannya semakin bertambah dengan banyak usaha yang dikembangkannya. Selain pangkalan minyak, penambangan pasir dan burung walet di beberapa tempat, Anggana, desa Liang dan di Kota Bangun.

Sekarang Kota Bangun sudah berkembang dengan cepat, disana sudah di bangun jembatan penghubung dengan daerah-daerah lainnya. Richman membangun beberapa rumah walet di sekitar jembatan Martadipura. Jalur ke kota pun semakin mudah dan cepat di lalui.

Richman mulai merambah usaha lain, bekerjasama dengan perusahaan kelapa sawit dalam pengelolaan kebun dan penangkaran bibit kelapa sawit unggul.

Pekerjaan ini meskipun membutuhkan spekulasi sehingga ia mencoba mencari jalur-jalur belakang agar memperoleh benih unggul, dari satu penangkar ke penangkar yang lain, dan menghindari peluang bibit palsu. Dia sangat serius dan hati-hati dalam usaha ini.

Richman sering keluar daerah dan menghadiri banyak seminar tentang hal ini.

Meski Murni sering menemaninya bepergiaan, tetapi karena sekarang ini ia lagi hamil anak pertamanya dan kondisi kandungannya cukup lemah, akhirnya ia mau tak mau di rawat secara khusus di Rumah Sakit di Samarinda, dan merelakan suaminya pergi sendirian.

Tingginya kesibukan Richman diluar dan pertemanannya dengan orang-orang baru cukup membuat Murni khawatir.

Richman membutuhkan teman-teman yang baik dan jujur dan karyawan yang bisa di percaya.

Kekhawatiran Murni tidak sebanding dengan rasa khawatirnya Richman kepadanya. Ia menyewa paviliun yang besar yang mampu menampung 10 orang di dalamnya dan membayar khusus biaya perawatannya.

Om Aji dan mbo Minah selalu standby 24 jam menjaganya, sehingga mengurangi kecemasannya.

Richman juga ikut sibuk mengurus keperluan istrinya, ia bolak balik Samarinda-Kota Bangun hanya untuk memadtikan kondisi istri dan calon anaknya. Secara keseluruhan kondisi ibu dan bayinya sehat. Mereka hanya mengatur dan menunggu persalinannys lewat operasi caesar.

Rozak dan Dewi sudah memiliki anak perempuan yang cantik berumur 3 tahun, mereka datang berkunjung dan bermalam di Hotel dekat rumah sakit. Mereka mengambil cuti bersama agar bisa memberi semangat kepada adik dan keponakannya ini.

Keluarga ini saling terkait satu sama lain. Dan saling memberikan dukungan. Orang beranggapan keluarga ini cukup rumit, setidaknya begitulah tanggapan Lina putri Bu Mega ketika berkunjung ke rumah sakit. "Sepertinya aku melihat keluarga mereka itu cukup kacau secara silsilah", kata Lina kepada ibunya setelah di rumah kostnya di bilangan Vorvo Samarinda. "Huss! jaga ucapannya", bu Mega menegurnya. Lina tertawa. "Haahaha ku fikir mereka bisa sinting kalau berseteru...", Lina terus ngoceh g karuan. Ibunya tidak suka Lina bicara begitu, "Berdoalah agar kau tidak masuk jajaran orang yang sinting karena mengurusi orang lain", ibunya marah kepadanya¹. Lina beranjak dari depan TV masuk kamarnya. Ibunya tidak asyik diajak bercanda.

Meskipun berada di rumah sakit dan hampir melahirkan Murni tidak patah semangat belajar nengikuti program Paket C. Gurunya mengalah mengajarinya datang ke rumah sakit dan membawakan modul pelajaran

Waktu ujian 3 bulan lagi, artinya ia bisa ikut ujian Nasional setelah melahirkan.

Guru-guru PKBM asuhan bu Mega ini baik hati semuanya, kalau mereka datang mengajar selalu membawa oleh-oleh buah buahan, sebenarnya Murni merasa tidak enak tapi mereka senang melakukannya. Bu Sunanik rela datang jauh-jauh dari Kota Bangun untuk mengajar bahasa Inggris lanjutan, ia sebenarnya datang bukan semata-mata untuk mengajar tapi karena kangen dengan Dewi, mereka sudah 5 tahun tidak bertemu.

Waktu kelahiran akhirnya tiba, seluruh keluarga berkumpul dan berdoa bersama.

***

Mereka semua duduk cemas di depan ruang operasi. Richman sedari tadi hanya berdiri bolak balik berjalan tak karuan, hatinya dipenuhi kecemasan, mbo Minah duduk di sudut bersila membaca surah Yasin, sementara Om Aji sudah 3 kall toilet, ia lebih gugup lebih dari Richman, perasaan yang sama seperti dulu ketika dia dulu di sini ketika menunggu kelahiran Kartini, di ruang yang sama pula ketika Mariani melahirkan Rozak. Dia lebih takut dari Richman, cicit laki-laki pertamanya sebentar lagi akan lahir.

Selang satu jam dokter keluar dari ruang operasi, mereka semua lari mendekati dokter, ia bicara sebelum di tanya, "Jangan khawatir ibu dan bayinya sehat!". kata dokter. "Alhamdulillah". Richman sujud syukur di lantai, Om Aji juga. Sekarang dia sudah jadi seorang ayah.

Murni di pindahkan ke ruang Pavillun Rumah Sakit, dia sudah sehat dan tambah cantik, dia di sambut banyak orang dan di hadiahi banyak bunga. Richman memberikan mawar merah segar penuh cinta, beberapa buket bunga dari kain dan plastik diberikan para guru PAUD diletakkan di atas meja. Murni dihadiahi hadiahi balon cantik warna warni dari keponakannya, Jelita putri Dewi dan Rozak.

Richman tak henti-hentinya memberikan ciuman. Di duduk di ranjang pasien bersama Murni yang bersandar di badannya, kebahagiaan meliputi pasangan ini. Beberapa buah karangan bunga yang cantik memenuhi ruangan paviliun dari relasi bisnis Richman memberikan selamat atas kelahiran putranya.

Richman mengontrak sebuah rumah tidak jauh dari rumah sakit, untuk menampung sanak saudara dan temam-teman yang datang menjenguk dan bermalam di Samarinda. Membawa Murni dan bayinya pulang ke Kotabangun berisiko bagi mereka. Beberapa jalan masih ada yang rusak. Selain itu Murni akan terus di pantau kesehatannya setelah keluar dari rumah sakit, dia juga tidak terlalu jauh untuk pergi kontrol.

Sekembalinya dari rumah sakit Murni mendapati keluarga dan teman-temannya membuat acara syukuran dan aqiqah putranta Ahmad Maulana. Mbo Minah sudah memesan catering sehingga mereka tidak perlu repot memasak. Hasnah dan Rita sibuk menyambut anak- anak yatim yang di undang khusus di acara ini. Mereka membagikan amplop putih yang di sambut gembira anak-anak itu.

Murni sudah dirias sangat cantik wajahnya oleh Lina. Dia hanya duduk manis di kursi dengan gamis pink dan jilbab senada, menyambut para tamu yang datang, maklumlah dia belum pulih benar. Murni mrnjadi lebih cantik dan anggun dengan balutan busana Muslimah yang disediakan Lina. Sewaktu hamil Murni sudah memutuskan untuk berbusana muslimah dan berhijab. Selama ini Lina membawakan banyak busana muslimah dan hijab sesuai pesanannya. Selain membuka salon kecantikan dan rias pengantin, Lina juga membuka usaha butik di rumah baru mereka di Samarinda. Lina putri satu satunya ibu Mega, mereka sekarang tinggal di Samarinda setelah suami bu Mega meninggal dunia. Rumah PKBM nya di Kotabangun, sekarang di kelola bu Sunanik. Bu Mega juga sudah menjual rumahnya disana kepada Richman.

Dering telpon dari HP nya Lina berbunyi. " Halo....iya....benar....APA? Lina pinsan. Entah pesan apa yang diterimanya.

Lina rebah di samping Murni dan bu Mega, Richman segera mengangkat tubuh Lina membaringkannya di kamar di iringi bu Mega yang menangis cemas.

"Ibu....ibu...", Lina sadar. "Iya... Lina ada apa?" "Ibuuuu....dodiiii....dodiiii...meninggal...hikhik...ibu...ibu...Dodi....Dodiiii....!!!" Dodi pacar Lina.

Lina pinsan lagi. Ibu Mega menangis kebingungan.

****

Hari ini 28 September, 3 tahun yang lalu. Mereka berdua tidak pernah merayakan ulang tahun pernikahan. Bulan madupun tidak. Murni membuka paket yang di kirim untuknya. Seumur hidup ia belum pernah mendapat kiriman paket. Ia membaca kartu nama yang tertera,"Untuk istriku tercinta", Murni tertawa.Apaan sih! Pake kirim paket segala!? Melihat belakang kartu. "Bersiap Pukul 19.30 ku jemput." Gaun sutra warna biru muda dengan batu Swarovski yang anggun, jilbab senada, juga sepasang sepatu dengan permata yang sama. Murni memandang isi kotak dengan haru. krik...krik. Bunyi pesan masuk. "Ini kencan kita yang pertama!" Mata murni berkaca.

Murni memandang pantulan dikaca. Setelah 4 bulan melahirkan dia sudah bisa kembali ke bentuk semula. Hanya saja dadanya lebih berisi.

Mobil Richman tiba. Dia terlihat sangat tampan dengan stelan jas abu-abu dan gaya rambut yang membuatnya lebih maskulin. Murni tersenyum menyambut suaminya. Richman membukan pintu mobil. Bibirnya tersenyum menggoda. Murni tersipu di buatnya. Meski sudah lama menikah Murni masih bisa merasa malu.

Kencan ini diluar dugaannya. Sepanjang jalan mereka tak saling bicara. Richman membawanya ke studio Fhoto prefesional. Penata rias merapikan riasan wajahnya. Dan menata jilbabnya jadi manis. Mereka mengambil photo dengan berbagai gaya sesuai arahan photograper. Mereka berphoto bak pangeran dan putri raja.Klik. Sang penata gaya memberikan tiara di atas jilbabnya dan bunga tangan yang menawan.Klik. Lalu mengganti aksesories kepalanya dengan bunga biru.Klik. Memberinya sayap putih, ia seperi peri biru yang cantik.Klik. Richman meski dg stelan yang sama tetapi sang photografer nemberi efek kamera sehingga membuatnya seakan berganti busana. Richman berdecak kagum menatapnya hasil - hasil foto sementara.

Kemudian mereka keluar studio, yang ternyata Terhubung dengan restoran yang unik nuansa romantis yang terletak di tepi sungai mahakam. Mereka makan malam berdua. Sang photograper diam-diam mengikuti dan men gambil fhoto tersembunyi.

Usai makan malam Richman membawanya ke Hotel Mesra. "Rich!" entah mengapa Murni merasa gugup. Richman memeluknya." Aku menyiapkan malam pertama kita", Jantung Murni berdebar.

"Mei...dulu kita nikah seperti kilat, aku tidak pernah memanjakanmu, kita bahkan tidak pernah bulan madu... Mei....biarkan aku hanya mencintaimu dan cuma jadi milikmu". Richman memeluk Murni dengan lembut dan membelai lengannya. "Aku juga ingin menjadi satu-satunya milikmu". Richman terharu lalu menggendong Murni dan merebahkannya di rajang besar penuh bunga.

"Kamu sangat baik padaku..." "Kamu kan istriku.....aku bahkan tidak menyayangimmu dengan baik". Murni terisak. Ia merasa bersalah. "Kenapa kamu menangis". Murni membalasnya dengan ciuman hangat Richman mencium airmatanya. "Aku rela memberi apapun untukmu" Murni memeluknya. Ia masih ia berkata-kata tapi Richman menutup bibirnya dengan ciuman. Kata-kata itu lebih dari obat perangsang jenis apapun.