Selama beberapa bulan terakhir ini ia asyik belajar jarak jauh dan membuka modul di internet hingga lupa waktu makan. Richman yang juga sibuk tidak memperhatian lagi perubahan fisik istrinya yang lebih kurus dari biasanya.
Belajar secara mandiri, dengan membaca modul-modul perkuliahan, membuat Murni sering mengurung dirinya di ruang kerja, menghindari gangguan anaknya. Maulana sudah sekolah di PAUD, dan sering mengganggunya rebutan laptop dengannya.
Sekali waktu ia meninggalkan Maulana dengan Rahmi, pengasuh Maulana, ke kampus diskusi dengan teman-teman kuliahnya yang berasal dari berbagai daerah Kaltim di kampus Universitas Terbuka Samarinda.
Saat sekarang ini dia mulai menyiapkan tahap akhir kuliahnya ujian skripsi, dengan ditemani Richman menemui dosen pembimbingnya, Ibu Nurwati. Masih ada banyak perbaikan, Sebelum ujian senin depan.
Richman menyentuh tulang pipi Murni yang kelihatan menonjol. Belakangamn ini Murni terligat kuang tidur dan terlalu sering bergadang. Tidurlah. Richman memaksa Murni tidur, mematikan lampu dan menggendongmya, bobot tubuhnya turun dratis, kurang dari 50 Kg. Richman menyelimurinya dan menepuk-nepuk punggung Murni hingga ia tertidur. Richman merapikan meja belajar Murni. Mematikan laptopnya, menyimpannya lebih tinggi, Menjauhkannya dari jangkaun Maulana.
Rabu depan Wisuda Murni. Ia bangga Murni mampu mencapai cita-citanya. Melampau anggapan orang tentang dirinya di masalalu. Karena ambisinya ini Murni melupakan banyak hal.
***
Beberapa hari ini, Murni sibuk mempersiapkan peresmian pembukaan PAUD Mega Cemerlang. Bu Mega didatangkan khusus dari Bandung, ia terkejut melihat perkembangan PKBM yang pernah dipimpinnya itu.
Hari ini Maulana sangat cerewet dan selalu minta di gendong dan mau ikut kemanapun ibunya pergi. Karena tubuh Lana yang berat Murni membiarkannya menangis. Pinggangnya terasa pegal dan sakit. "Biasanya kalau anak cerewet gitu mau minta adek itu", Bu Sunanik menggoda Murni. "Masa sih, bu?" Murni tak percaya. Ia belum siap hamil lagi. "He eh", bunda Paud lainnya menimpali. Mereka tertawa menggoda Murni. " Maulana mau adek ga?" bu Sunanik mencolek pipi Maulana. Tapi maksudnya menggoda ibunya. "Mau...tapi cowok!" Maulana berhenti nangis. "Cewek aja...asyik!" Bu Sunanik menggoda Maulana." COWOK!" Maulana mulai nerajuk. "Sssst!", Murni menutup mulutnya dengan ibu jari, " sama orangtua g boleh kasar, ya!" Murni mengelus rambut putranya dengan lembut. Maulana memasang muka manis. Bunda Paud rame-rame memberikan ciuman. Bocah itu memang menggemaskan. dan mengikuti Murni.
Tiba hari peresmiaan PAUD. Rumah belajar itu ramai dengan anak-anak PAUD berseragam sekolah, mereka imut dan lucu-lucu. Maulana salah satu siswa di PAUD dia terlihat bangga dengan seragamnya.
Ibu Nurwati dosen Murni ketika kuliah di Universitas terbuka datang bersama suaminya Pak Syamsir, Lurah baru di Kotabangun. Murni menyambut ibu Nurwati ia tak menyangka bakal bertemu lagi dengan dosennya itu.
Acara dimulai ditandai pengguntingan pita di pintu masuk sekolah oleh Pak Camat. Acara berlangsung meriah. Murni dan bunda Paud lainnya merasa bangga dan bahagia. Jerih payah mereka menuai hasil menyenangkan.
Di akhir acara Ibu Nurwati, istri pak Lurah mengobrol akrab dengan Murni. " bu Nurwati kenal Murni dimana?, ibu Mega heran. Ibu Nurwati tertawa."Murni mahasiswa saya". " Bu Nurwati dosen PAUD saya bu", jelas Murni. Para bunda Paud bertepuk tangan gembira."Cocok ! bu Lurah jadi kepala sekolah Paud kita", kata bu Sunanik bersemangat membuat bu Nurwati kaget dan bingung "Lho kok saya?" Bu Nurwati bingung. "Iya bu, Paud kami belum ada kepala sekolahnya, mau ya bu?" Murni memohon. Akhirnya rapat dadakan itu menetapkan bu Nurwati jadi kepala sekolah PAUD Mega Cemerlang.
Richman datang nenjemput. Tapi tiba-tiba saja pandangan Murni menjadi gelap.Bruk. Richman kaget, Murni jatuh di lantai tanpa sempat diraihnya.
Senja telah berlalu, Murni mendapatkan dirinya di ranjang di temani Maulana. Bocah itu sedari tadi menungguinya. Ketika bundanya terbangun dia memeluknya, "bunda sudah bangun, Lana ambilkan minum ya?" tubuh mungilnya merosot dari ranjang dan mengambilkan segelas air. Murni duduk di ranjang menerima gelas yang disodorkannya."Bunda jangan bangun ya, bunda bobo aja,ya!", Maulana naik lagi keranjang merebahkanya dan menyelimutinya. Murni terharu. Maulana tanpak sangat pengertua dan manis. Wajahnya murung.
"Ada apa?" Murni meraih kepalanya dan memeluknya "Maafin Lana ya bun ...Karna Lana...bunda dan adek bayi jadi sakit..."Adek bayi? Murni bingung.
***
Kehamilan kedua imi lebih berat dirasakan Murni. Dokter kandungan menyarankan dia untuk mrngurangi gerakan dan bed rest, untuk menjaga kandungannya yang lemah. Richman khawatir dengan kesehatan Murni kemudian membawanya ke rumah sakit Samarinda dengan ambulans.
Selama Murni tidak ada Maulana di urus Mbo Minah dan Hasnah. Maulana lebih banyak di urusin sama Hasnah yang juga guru di PAUD Mega Cemerlang.
Hampir 1 bulan ini Maulana sangat lengket dengan Hasnah, mungkin karena jauh dari ibunya dan jarang ketemu ayahnya, ia Maulana memanjakan dirinya dengan Hasnah. Sulit berpisah tidur, makan, mandi, sekolah selalu dengan Hasnah. Hal ini sepertinya tidak masalah, tapi hal ini kelak jadi masalah.
Hasnah sudah cukup usia untuk menikah. Tetapi sampai sekarang dia tidak berfikir untuk menikah. Sudah beberapa pemuda yang datang melamar Hasnah, ia tapi selalu ditolaknya. Bila tidak ada lelaki yang diterimanya orangtuanya akan menjodohkannya dengan salah satu keluarga di Banjar. Orangtuanya akhirnya datang ke Kotabangun bersama adik bungsunya Radiah.
Sahril, pamannya Murni, duduk di sisi ranjang. Murni menyalami mencium tangan pamannya itu. Sudah 1 bulan paman dan keluarganya datang tapi baru bertemu sekarang. Radiah mendekati Murni dan mencium pipi kiri kanannya. Radiah paling dekat dengan Murni. Waktu Murni pindah ke Kotabangun, Radiah berumur 8 tahun. Radiah berparas manis, ia memiliki kulit coklat eksotik. Meski tidak secantik Hasnah ia sangat supel dan pemberani. Remaja 17 tahun ini putus sekolah. Ia lebih suka menjahit daripada baca buku atau di suruh sekolah. Tetapi ia adalah gadis yang pandai.
"Kak Richman... aku Radiah", Radiah mengulurkan tangan menyalami Richman sikapnya yang terbuka dan sopan membuatnya tidak sungkan dengan Richman yang diam dan jarang bicara. Richman tersenyum ramah Radiah. " Kalau ada perlu sesuatu bilang aja dengan kakak". Richman banyak mendengar tentang Radiah dari Murni. Rita menatap Hasnah, Richman tidak pernah seramah itu dengannya.
Radiah kepribadiannya berbeda jauh dari kedua kakaknya, Rita yang paling tua sikapnya suka mengendalikan orang lain, ia cenderung pemalas dan memanfaatkan adiknya Hasnah. Hasnah penakut dan penurut. Ia takut dengan Rita dan tidak punya pendirian. Tetapi Hasnah punya pendidikan tinggi dan cerdas. Rita lebih cantik dari mereka berdua. Tetapi ia tidak kelihatan cantik dengan sifatnya yang suka iri.
Keluarga ini tinggal semua di rumah mbo Minah. Dalam sebulan sudah terjadi keributan di rumah ini, Radiah bertengkar dengan Rita. Dua bersaudara ini mempunyai sikap tidak mau mengalah satu sama lain. Mungkin karena terlalu lama tinggal serumah Radiah cenderung nenghargai kakaknya Rita yang suka memerintah dan sok berkuasa atas rumah yang ditempati mereka. Padahal itu bukan rumah mereka. Ruko itu sudah lama tutup. Toko itu pada mulanya setelah mbo Minah menikah dengan om Aji diserahkan pengelolaannya dengan Rita. Tapi kamudian toko itu bangkrut dan tutup. Zul suami Rita bekerja di Bengkel di Banjarmasin. Kemudian ia bekerja lagi di perusahaan batubara, perusahaan tutup ia buka usaha sendiri bengkel motor di depan rumah. Menurut Radiah harusnya Kak Zul tidak buka di depan Ruko mbo Minah, ia harus cari tempat sendiri. Ruko itu sebaiknya digunakan jadi toko lagi seperti sebelumnya atau buka warung makan atau buka toko konveksi dan tukang jahit. Rita tersinggung, dan menuduh Radiah punya motif sendiri. Ributlah mereka. Hasnah nenceritakan pertengkaran antara Rita dan Radiah ini dengan Mbo Minah. Menurut mbo Minah, Radiah benar. Rita dan suaminya sepantasnya punya rumah sendiri dan tempat usaha sendiri. Tapi rupanya omongan mbo Minah ini nanti membuat tersinggung Rita dan sakit hati.
Agaknya kesulitan baru akan muncul kemudian.