Chereads / Istri Sang Juragan / Chapter 28 - Bersabar bila ingin Meraih lebih banyak lagi

Chapter 28 - Bersabar bila ingin Meraih lebih banyak lagi

Richman menempatkan posisi yang aman untuk Murni, Ruang ICU, dan membuat daftar nama siapa yang boleh menjaga dan menunggunya. Ia tak ingin orang lain tau banyak tentang kondisi Murni, setidaknya untuk sementara. Meski ia berpesan kepada Hasnah untuk tidak bercerita kepada orang lain tentang keadaan Murni sekarang. Tetapi ia tidak yakin, apakah Hasnah bisa dipercaya atau tidak. Sekarang yang perlu dilakukannya saat ini yakni memindahkan sekolah Maulana ke pondok pesantren Cahaya Murni di Anggana miliknya. Ia akan mempercayakan pendidikan putranya dengan ustadz Abdullah, disana juga ada adiknya Maulana Zaid, di samping itu ada mbah Yam yang mengasihinya. Entah mengapa hati kecilnya mengatakan ia harus menjauhkan putranya dari Hasnah. Ia tak ingin berhutang lebih banyak lagi padanya.

Maulana membuang muka menghadap jendela mobil. Sepanjang perjalanan ia berdiam diri tak bicara. Ia protes tidak mau dipindahkan sekolah begitu saja. Ia tidak mau pindah. Ia suka sekolahnya, temannya. "Please...ayah...Lana g mau pindah....Lana mau disini saja...Hik..hik", Maulana menarik-narik tangan ayahnya. "Trus...kamu mau tinggal dimana...rumah di vorvo itu bukan rumah kita", Richman berbohong, rumah itu sudah dibelinya. Maulana terdiam. "Lana mau ke Kotabangun aja sama Tante..." Maulana melipat kedua tangannya di dada. Richman menatapnya tajam. Wajahny a merah. Maulana ketakutan. Ia belum pernah melihat ayahnya marah.

Sesampainya di Anggana, mereka disambut dengan suka cita anak-anak disana. Zaid yang sudah bisa berjalan menghampiri Maulana seolah ia tau Maulana kakaknya. Maulana terkejut, sudah 3 bulan ia tak bertemu adiknya. Ia berusaha menggendongnya. Zaid terlalu berat untuk ukurannya.Seketika ia melupakan kemarahannya. Dalam beberapa menit ia sudah membaur dengam para santri. Richman menarik nafas lega. Maulana sudah mempunyai banyak teman sebayanya. Ia menyesal kenapa tidak melakukan ini jauh hari sebelumnya.

Sejak Zaid dilahirkan, Dia dan Murni telah menyerahkannya bayi itu ke pasangan ustadz Abdullah, istrinya melahirkan bayi pada hari yang sama dengan Murni. Dia begitu berduka. Ketika pertama kali menyusui Zaid, luka hatinya hilang begitu saja. Apalagi Murni tak mampu menyusui dan memeliharanya. Mulai hari itu Zaid dalam pengasuhan mereka. Menjadi permata hati mereka. Zaid mendapatkan kasih sayang yang melimpah dari semua orang di pesantren. Bayi itu juga tumbuh cerdas. Di usianya 10 bulan ia sudah mampu menghafal surah-surah pendek. Richman terharu melihat perkembangan putranya. Ia sudah memberikan kedua putranya pada pasangan itu. Biarlah ia menangis sekarang daripada menangis darah kemudian. Ia telah menempatkan buah cintanya di tempat yang aman.

Ia memberikan uang untuk biaya anak-anaknya dengan ustadz Abdullah. Tapi dia menolaknya. "Pak haji...uang hasil rumah walet melimpah disini, uang itu lebih dari cukup untuk operasional disini, oya pak Haji, kami minta izin untuk menggunakan uang hasil walet itu untuk membuat pagar dan asrama tambahan serta mobil operasional", ustadz Abdullah menyerahkan proposal perencanaan pengemban pesantren. Richman menandatanganinya. " Ustadz mulai hari ini pengembangan dan pengelolaan pesantren ini saya serahkan ke ustadz, ini dokumen yang diperlukan ada juga surat serah terimanya, mohon ditandatangani". Gantian Richman yang menyerahkan dokumen. Ustadz Abdullah tanda tangan. Mereka bersalaman. Richman menarik nafas lega.

Setelah beberapa saat menemani Maulana di pesantren, Richman melihat putranya itu sudah merasa nyaman dengan tempat barunya. Sekarang anak itu tidak kesepian dan tertekan melihat bundanya yang sakit. Richman menyesal terlambat mengambil keputusan. Ia kemudian pamit dengan Mbah Yam, dan Ustadz Abdullah mengurus Murni di rumah sakit. Murni tersayang entah kapan deritanya hilang.

*"*

Sementara itu, pada saat pulang kembali ke Kotabangun dari rumah sakit, sepanjang jalan ia berkirim pesan dengan kakaknya Rita.

"1 jam lagi aku sampai kak!". "Jangan lupa oleh-olehnya".

"Apa? " Makanan yang enak?

"Iya apa?

"Roti coklat Bridlife, Ayam KFC".

"Sudah"

"Daster"

"Sudah...apalagi?"

"Banyak duitmu hah?"

"Hahaha!"

"Mentang-mentang kawin dengan orang kaya".[Emoji marah]

"Hahaha"

"Mentahnya aja"

"Oke"

"Sombongnya!"

"Hahahaha1000x"

"Hah. keterlaluan"

"Awas kamu kalau pelit kayak Murni"

"Ooo...tak mungkin!!!

Hasnah kecikikkan sendiri di mobil, Budi supirnya sampai memperhatikan tingkahl aku Hasnah di kaca spion.Ia geleng-geleng kepala. Ia tak tau harus bicara apa. Tetapi ia harus bisa menjaga rahasia siapapun penumpangnya.

Tiba di Kotabangun Hasnah menjemput Rita, lalu mereka ke Villa Murni.

Setelah sampai ke Villa pak Budi menyerahkan kunci ke security, mengambil sepeda motor di parkiran, pulang istirahat di rumahnya di Senoni¹. Mematikan hapenya sesuai perintah Richman. Lalu menghidupkan no hape yang lain.

Begitu masuk ke rumah, dua bersaudara itu tak henti-hentinya tertawa. Terlalu banyak cerita yang ingin disampaikan Hasnah. "Cerita sudah...aman disini"

"Mulai dari mana,ya".

"Mulai saat kamu menikah aja".

Rita tak datang saat Hasnah dan Richman menikah. "Mana foto-fotonya?" Hasnah membuka hapenya, memperlihatkan fhotonya. "Kenapa jelek begini hasilnya"."Perawat mengambil sambil sembunyi-sembunyi".

"Ada yang tau?"

"Ga ada"

"Simpan di email".

"gimana caranya?"

"ih bodohnya". Rita mengambil hape Hasnah mengirim foto-foto itu, lalu menyimpannya di emailnya.

"Kok, kakak tau?"

"Ih Hasnah Hapemu bagus gitu, masa g tau!"

"Ah aku ga pernah otak atik hspe ini. ga ada waktu".

"Alasan! Mana mentahnya?"Rita membuka tangannya. Hasnah membuka tasnya,mrmberinya uang 100 ribuan segepok 5 juta. Rita terbelalak," Bannnyyaknyaa!!" Berapa kamu di kasih Richman?".

Hasnah membuka tasnya ada 2 gepok lagi 10 juta. Rita mengambil 1 gepok lagi. "kak!" Hasnah protes. "Biaya Operasional!" Hasnah terdiam. Untung ia sudah sembunyikan 20 juta di tas bajunya.

"Mana oleh-olehnya". Hasanah menyerahkan 2 tas lainnya. Satu tas makanan dan satu tas lainnya daster dan tas jalan untuk Rita.

Rita senang. " Panggil supirmu antar aku pulang".

"Kok buru-buru sih!"

"Besok aku Tenggarong".

"Ngapain?" Rita mengangkat hape Hasnah. "Aku mau beli juga yang begini!" Hasnah mengambil hape Rita ,"Yang ini?"

"Ini untuk kak Zul", Rita mengambil hpnya dari tangan Hasnah.

"Beli disini aja, sama aja"

"Aku mau belanja yang lainnya". Rita sangat sennang.

" Eh mana kunci?"

"Kunci apa?"

"Kunci kamar, Lemari!"

"Oh iya"Hasnah menepuk jidadtnya. Mereka mencoba membuka pintu kamar utama. tapi tak ada kunci yang cocok. Lalu membuka kamar yang lain. Kamar yang lainnya terbuka. ruang kerja tidak terkunci, musholla, kamar pembantu.

Lemari tidak terkunci, lemarinya kosong. Kulkasnya juga kosong.

Hasnah tidak banyak membawa baju. Baju yang lama juga sudah usang. Ia harus membeli baju baru. " Pake tuh bajunya si Murni!!"

"Ngga deh!" " Iih sombongnya deh sekarang!! "Beda ukuran kak" Rita mengangguk mengerti.

Siang itu mereka bercerita kondisi Murni. "Dia sudah sekarat?!" Hasnah mengangguk. Rita memukul-mukul lantai kayu ulin dengan kakinya.

Mereka harus bersabar lebih banyak. kalau mau mendapat lebih banyak lagi

_________

¹ Senoni adalah salah satu desa di kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia.