Chereads / Remember Love / Chapter 7 - 6. Teror

Chapter 7 - 6. Teror

Stop!!

Dibagian paling bawah ada bagian yang menjijikkan bagi yang nggak tahan lewat

Tepatnya 1 paragraf terakhir sih, haha

☆HAPPY READING☆

Dari kejauhan, taman yang sangat rindang sudah terlihat. Dengan semangat Ria mempercepat langkahnya menuju tempat kesayangannya selain taman belakang sekolahnya.

Terlihat anak-anak kecil sedang bermain dengan permainan yang sudah disiapkan. Dan hampir seluruhnya bermain dengan, 'kucing' ?

'Tunggu, sejak kapan taman komplek jadi tempat bermain kucing juga' tak hanya itu, ada juga beberapa anjing jenis cihua-hua, anjing.. hm, apa ya pokoknya untuk anjing pelacak ituloh. Biasanya di kantor polisi dan beberapa jenis anjing yang tak Ria ketahui jenisnya.

Di sana ada juga, hamster? kelinci? bahkan burung Beo? yang jumlah gabungan mereka hampir sama dengan jumlah kucingnya?

Wow, sepertinya ada kebun binatang baru dekat kompleknya.

Apa ada sirkus dadakan di sini?? Ria yang penasaran mencoba mendekati titik keramaian.

Mencoba mengetahui kenapa taman kesayangannya berubah dalam tiga hari setelah Ria tak mengunjunginya?? Ini hebat.

Disana ada punggung kokoh yang membelakanginya, ia bahkan dikelilingi anak kecil yang tersenyum dengan cerianya. Laki-laki itu sepertinya sangat disukai oleh anak-anak di sini.

Melihat pemandangan ini hari Ria menghangat. Ria berencana akan pergi diam-diam tak ingin mengganggu pandangan hangat ini. Tetapi di tahan oleh seseorang, berbulu? punya cakar? Apa ini? Apa orang itu juga membawa kera pintar? Oh astaga benar lengkap sudah, tinggal menambahkan loket untuk membayar masuk. Dan lengkaplah jadi kebun binatang._-

Ria berbalik secepat kilat. Tak tahan lama-lama menunggu tangan? Atau apalah yang terus bertengger dengan tenang di bahu Ria. Geli tau.

Dengan kagetnya Ria berbalik. Matanya membulat melihat ia betemu lagi dengan laki-laki itu. Laki-laki cahaya rembulan. Ia belum mengenal namanya.

Laki-laki itu tersenyum sambil memainkan tangan anjing haider abu-abu hitam yang melambaikan tangan di bantu tuannya, sangat manis. Ria membalas sapaan laki-laki itu, dan anjingnya dengan lambaian tangan. Senyum simpul muncul di wajah kedua insan itu.

Dia menuntun Ria ke bangku taman yang agak jauh dari keramaian para binatang. Dia masih memeluk anjingnya, membuat Ria risih. Ria itu benar-benar takut ama yang namanya anjing.

Dia sepertinya peka terhadap keadaan sekitar, ia bahkan merasakan kerisihan Ria.

Dia menurunkan anjingnya membuat Ria bernafas lega. Membuat isyarat untuk anjingnya itu pergi. Namun ekspresi anjingnya yang membuat Ria tak bisa menahan tawa. Telinga runcing anjing itu turun ke bawah, dan memasang muka memelas yang sungguh menggemaskan. Ada yah anjing yang selucu ini. Bahkan berguling-guling di tanah seakan memberitahu, ia tetap ingin disini.

Mungkin kalau bisa berbicara mungkin ia akan berteriak.

"Kau akan meninggalkan ku tuan? Hanya karna wanita gila ini?"

Namun pemiliknya malah mengabaikannya, dengan tegas menyuruhnya pergi. Langkah sedih anjing itu membuat tak bisa menahan tawa, akhirnya tawa Ria lepas dengan keras dan tak wajar. Mungkin orang akan berfikir dia orang kurang waras.

Tetapi tampa Ria sadari, laki-laki itu terkejut lalu dengan cepat merubah ke ekspresi terpanah. Tak hentinya menatap Ria intens dengan jejak penasaran yang timbul dalam iris hitam kelam itu.

Ria mengalihkan perhatiannya dari anjing malang itu ke laki-laki di sampingnya.

Tatapan mereka menyatu. Iris caramel bulat, menyatu dengan iris hitam yang lembut. Mereka terdiam, seperti terpanah satu sama lain. Semilir sejuk angin yang menerpa rambut tipis Ria. Mejadari bahwa jarak mereka amat sangat dekat.

Mereka berdua tersentak dan sama-sama membuat jarak. Sungguh kejadia yang amat sangat memalukan, hanya tinggal beberapa centi saja kening mereka akan menyatu.

Ria mengatur nafasnya yang tak beraturan dan hangat. Semu merah tipis muncul di kedua pipinya. Dia (si misterius) tampaknya juga merasakan hal yang sama.

Swis...

Bunyi semilir angin beradu dengan nafas tak beraturan mereka akhir ini membuat suasana menambah canggung suasana.

"He em..."

Suara yang di bilang jelek tak jelek dari Ria memecah keheningan. Membuat Si misterius mengalihkan pandangannya. Yang sedari tadi hanya memandangi sepatu putihnya sambil memainkan tangan.

Tak tahan dengan suasana canggung Ria memulai pembicaraan. "Hm.. siapa nama anjing imutmu itu?"

"...." tak ada jawaban dari laki-laki itu.

Duar... !!!!!!

Suasana makin canggung selamat Ria..

Ria melupakan hal yang paling penting dan sensitif. Bodoh!! Di saat panik, ia menjadi amat bodoh.

'Bagaimana ini' tanya Ria dalam hati.

Dengan takut-takut ia melirik perlahan. Dalam pandangannya, laki-laki itu menunduk. Rasa bersalah menghinggapi Ria, ketika ingin meminta maaf laki-laki itu malah beranjak dari tempat duduknya dan pergi.

Termenung...

Hanya itu yang Ria lakukan sekarang. Ria telah membuat satu musuh baru. Mungkin Ria telah melewati batasnya.

Seakan ingin menangis, hari ini benar-benar hancur bahkan sebelum ia memulainya.

Kepala Ria yang tertunduk, nambah tertunduk. Hanya bisa melihat ke arah sepatu nike bermotif bunga putih dengan tampang mewek yang dibuat-buat.

Kemuadian sepatu putih muncul di garis penglihatan Ria. Ria perlahan mulai mendongak, kaki dari pemilik sepatu itu cukup jenjang. Naik perlahan ke kaos berwarna putih-biru yang membungkus dada bidangnya yang cukup profesional miliknya. Tangannya yang dikatakan tak terlalu besar maupun kecil memegang kertas tebal, dengan tampang muka yang cukup tampan dan iris hitam kelam yang tenang. Tidak salah lagi, itu laki-laki yang tadi Ria buat kesal.

Setumpuk kertas itu bertuliskan,

'Alvin Raka Rayyen'

Ria mengernyit bingung, "Apa kau marah padaku? Apa itu namamu?"

Delvin hanya mengangguk. Ekspresinya tenang, namun tak menghilangkan senyumnya Raka kembali menulis sesuatu.

'Aku tak akan marah padamu, aku tau itu tampa sengaja. Lagi pula seharusnya aku yang tak sopan karena terlalu memperhatikanmu terlalu dekat.'

Tatapan tampak tak bisa terbaca, ia seakan ingin mengatakan sesuatu di kertas putih yang di genggamnya.

'Maafkan aku'

Ria tersentak, Raka tak berbohong. Ekspresi yang benar-benar tulus menggoyahkan hati Ria.

Senyum mengembang dari bibir ranum Ria. Lalu menarik orang yang berdiri di belakangnya untuk segera duduk.

"Apa ini? Bukankah aku yang menyinggung mu?"

'Tak masalah, asal kau bahagia'

"Apaan ini, kau bodoh Raka!"

Raka hanya mengangkat bahu seakan tak perduli.

"Mas, ini es krimnya mas" sambar seseorang mengejutkan mata hijau seseorang.

Tersentak sedikit kesal es krim di tangannya ia cengkam dengan kuat sehingga es krim yang dia pegang tak berbentuk lagi.

Sorot hijau pekat memancarkan aura dingin memandang ke arah Ria dengan tak sabar. Namun ia menghela nafas dan menjauh dari taman itu. Membiarkan kedua pasangan itu berbicara lebih lama.

***

Tiba di rumah Ria di kejutkan dengan adanya kotak coklat polos.

"Hm, ada paket?" alis tebal Ria menyatu. Dengan bingung Ria mengambil paket itu.

"Apa ini punya papa?" tapi sepertinya tidak mungkin paket papa selalu dikirim ke kantor bukan ke rumah.

"Mungkinkah penggemar rahasia gue?" Ria melonjak senang dan langsung berlari ke kamarnya tampa mengucapkan apa-apa pada penghuni rumah.

Setelah sampai di kamar Ria dengan tak sabar membuka kotak paket itu.

PLAK!!

Mata Ria membelalak,Ria tempa sengaja menjatuhkannya.

Isi kotak terbuyar semua, mengeluatkan apa saja yang ada di dalamnya. Tikus yang sepertinya telah disiksa. Tubuhnya tak berbentuk lagi, usus tikus itu terbelah mengeluarkan cairan kuning dengan bau busuk, sepertinya makanan yang baru saja ia makan. Semua organ dalam tikus itu di belah dengan rapi. Bahkan kepala tikus itu terpisah dari badannya. Tikus di dalam kotak bukan hanya satu. Bau amis bercampur bau busuk menyeruak masuk ke hidungnya. Perut Ria diaduk, sarapan pagi Ria seakan ingin di keluarkan sekarang juga. Rasa mual menjalar ke seluruh tubuh Ria.

☆TBC☆