Chereads / Sixthsense (jiwa-jiwa yang merindu doa) / Chapter 6 - Cerita dari ‘pengantin’ Tuhan.

Chapter 6 - Cerita dari ‘pengantin’ Tuhan.

Pasti kalian tahu kan tentang kasus bom bunuh diri yang pelakunya adalah seorang wanita. Kasus ini sangat menyita perhatian masyarakat Indonesia waktu itu.

Dan cerita ini terjadi sekitar 4 tahun lalu.

Ketika rasa penasaran saya dengan para 'martir-martir' gila ini terusik, saya mencoba 'membuka' jalur dengan mereka sekedar mencari 'pencerahan' atau sekedar ingin tahu ada tidaknya bidadari cantik yang menjemput mereka...

hasilnya, saya hanya menemukan salah satu dari mereka yang bersedia bercerita dan harus menunggu setidaknya 2 'martir gila' sebagai bahan perbandingan...

Ini saja saya penasaran, kenapa yang lain enggan cerita. Menyesal atau ...

Entahlah.

--sambil mendengarkan"work" by Rihanna--

Sudah lama menunggu teman-teman? (Peace)

Begitu juga saya yang menunggu 2 narasumber si pengantin yang tak kunjung datang. (Dalam hati bertanya terus kenapa yang lain tidak mau 'menunjukan' batang hidungnya. Entah).

Oke, sebenernya saya sudah ketemu dengan satu pengantin yang mau buka suara sejak 5 hari posting soal yang kemarin. Tapi karena proses menunggu yang lainnya datang, jadinya agak di tunda sampai hari ini. (Hayati lelah menunggu oi hehe ...)

Proses chanelling saya sama dia sebenernya sudah lama. Dia sudah ngobrol panjang lebar soal 'ada tidaknya bidadari' yang menjemputnya. Cuma ya itu ... masalah yang tadi ... hehe.

*****

Saya jelaskan soal 'chanelling' dulu boleh ya? Biar tidak bingung nantinya. Eits tenang teman-teman tidak bersambung kok. Pengantin masih di bahas di postingan ini. Tunggu ya...

Saya menemukan istilah chanelling di serial "Monika the Medium" yang lagi tayang di US. Pertama mendengar kok aneh tapi ya benar juga pemilihan bahasanya. chanelling atau membuat jalur. Proses ini kalau bahasa saya adalah menyamakan energi saya dengan energi si 'jiwa' (manggilnya 'jiwa' dan bukan 'hantu') sebagai lawan bicara. Jika frekuensinya dia di level 100 mhz, saya mau tidak mau 'menstel' energi saya diangka yang sama atau minimal mendekati.

Jadi mereka punya energi? Punya. Sangat punya bahkan. Nah kadang-kadang energi mereka yang suka tidak teratur. Proses inilah yang membutuhkan energi berlebih.

Bahasa sederhana proses chanelling adalah menyamakan persepsi dengan mereka atau yang lebih dimengerti adalah menjalin komunikasi. Dalam ilmu komunikasi yang pernah saya baca, proses komunikasi akan terjadi jika terjadi pembicaraan yang timbal balik antar kedua pihak.

Nah sama, kayak persepsi komunikasi dan chanelling. Akan terjadi proses 'membuka jalur' apabila kedua pihak terjadi hubungan timbal balik.

Jadi kalau jiwa berusaha membuka jalur atau chanelling dengan saya tetapi dari saya tidak mau menanggapi atau tidak mau, maka proses chanelling tidak terjadi.

Yang sering terjadi adalah dari sayanya seringkali tidak mau atau tidak mau menggubris.

Ada masalah kah jika saya tidak mau? Sepanjang saya chanelling, mereka tidak keberatan jika saya menolak mereka. Walau dengan sejuta permintaan mereka yang aneh-aneh atau nyeleneh.

Malah ada yang mau barter dengan bla-bla agar saya mau chanelling dengan keluarganya ataupun dengan siapapun di belahan bumi lain. (Males amat ...)

Sudah tidak bingung ya dengan 'chanelling'... semoga ... saja.

Balik lagi ke laptop..(kayak tukul hehe)

Proses channeling (nulis channeling yang benar gimana sih? Channeling atau chanelling? Double n atau double l ? Hehe japri ya yang tahu ...)

Ikan cucut ikan hiu...

Lanjut Hyu ... (cringe).

Proses channeling dengan pengantin ini sebenernya tidak sulit. Saya 'membuka jalur' ke siapapun yang pernah berangkat (meninggal) dengan meledakan diri layaknya teroris dan sampai hingga bertemulah saya dengan sosok ini.

Gak bertemu ding... malahan dia yang mengajak chanelling ke saya.

Tanpa berpanjang lebar saya coba ceritakan. Agak-agak lupa soalnya pas postingan ini di ketik di hp Oppo saya, si pengantin ini tidak ada di sebelah saya. Cailahhh ... heheee ...

5 hari yang lalu kira-kira sore ketika selesai posting, saya mendapat tamu dari jiwa yang mengaku sebagai pengantin tuhan. (Ingat ... saya saja takjub bin kaget proses chanelling singkat sekali dan dia mau terbuka)

lanjut Rin. 🙏🙏

Sosoknya wanita. Umurnya saya taksir belum ada 25 tahun. Masih muda dan polos (apa karena masih polos ya makannya mau jujur). Pakaian yang dia kenakan saat itu adalah hijab model burqa (benar nggak sih yang tutup gombrong) namanya Burqa? Pokoknya itu lah. Burqa nya berwarna merah marron dengan bawahan hitam.

Waktu meninggal kayak gimana Rin? (Kok nggak ada yang nanya sih?) yo wes lah di jawab ya.

Dia berangkat dengan kondisi yang agak menyedihkan. (Pake 'agak' sebenernya hanya memperhalus).

Badan dari leher kebawah hancur hingga semata kaki tidak ada. Secara fisik sih kondisinya seperti itu. Yang ketemu sama aku sih sudah dalam keadaan manusia dan lengkap. (Thanks GOD).

Dia menunjukkan 'bentuk' aslinya sebagai pembuktian saja sebenernya kalo dia berangkat gara-gara apa? (Dibahas di postingan sebelumnya. Dibaca woy!) Sixthsense bagian 1.

Datanglah dia dengan santai lalu duduk manis di kursi depan saya.

(Enaknya pake dialog apa di narasi nih??)

Aku sebutnya mbak Tien (asal kata Pengantin).

"malam..."

"selamat malam mbak."

"maaf mengganggu malam-malam... saya jadi tidak enak ... maaf ..."

"ya, nggak papa ... kebetulan tadi ketemu sama orang ... temannya mbak ya? dia cari seorang pengantin Tuhan katanya ...

"Ah iya ... hehehe."saya menggaruk kepala yang tidak berasa gatal sedikitpun.

"Sebenarnya saya agak ragu-ragu mau cerita ..." ucap mbak Tien.

"Eh kenapa? Kalau nggak mau cerita juga gak papa ... saya sih santai... hmm....

Kita 'close' disini aja atau gimana?"

Kataku sambil melihat wajahnya yang menatapku kosong.

"no ... noo ... nggak papa ... cuma perasaan khawatir aja ... tapi nggak papa kok...."

"khawatir akan apa?" tanyaku.

"Ya khawatir aja. Tidak bisa saya jelaskan.Maaf."tangannya mengatup

"Saya, open chanelling ya mbak eh maaf boleh saya panggil 'mbak' ...?"

"Open chanelling? Iya gak papa ...."

"Iya, saya atau mbak bisa sewaktu-waktu close kapan aja. Saya tidak masalah. Kalau mbak tidak berkenan cerita juga 'close' nggak papa ...Oke mbak ...?"balasku.

"Iya, mbak."

"Makasih,hmm boleh tahu nama mbak siapa?"

"Nggak usah saya kasih tahu saja ya. Takut keluarga atau yang kenal saya baca.Tidak enak."

"Oh begitu. Oke."

"Boleh kasih tahu tepatnya dimana kejadiannya Mbak?" Tanyaku lagi.

"Di salah satu tempat di daerah Jawa."

"Nggak bisa nyebutin pastinya dimana?"

"Nggak usah. Mereka tau saya dimana."

"Begitu."

Sesi chanelling kami so far berlangsung baik-baik saja. Tanpa ada penghalang dari saya atau dia untuk close 'dadakan'.

Si mbak juga santai dan tidak panik sedikitpun.

"Saya dan teman-teman ingin tahu sebenarnya. Di dalam pemahaman Mbak dan teman-teman, jika melakukan seperti ini hm ... maksud saya, bunuh diri. Jiwa anda akan di jemput dengan bidadari? Apakah benar?"saya mulai mengajukan pertanyaan.

"Saya, sampai saat ini tidak menganggap tindakan saya ini dianggap bunuh diri. Ini tindakan penyelamatan." Ucap mbak Tien.

Sumpah saya ngetik ini aja rada bingung.

"Oh bukan bunuh diri? Tindakan penyelamatan? Maksudnya?"saya mulai bingung.

"Penyelamatan diri saya."

"menyelamatkan diri dari?"aku bertanya lagi.

Rasa penasaran saya menyeruak.

"dari tindakan orang zalim." Ucapnya.

Sungguh saya nggak ngerti. Beneran. Nulis diatas aja gak dibantah.

"Entahlah, saya bingung dengan pernyataan mbak ... maafkan saya."

"Saya, tidak berusaha membuat mbak mengerti."

"Baiklah ..."

"Di luar sana pasti ada yang merasa seperti saya."

Okee, skippppp!!!

"Kembali ke pertanyaan saya. Apakah anda di jemput oleh bidadari? Saya agak bingung ya. Jika sudah di jemput kenapa mbaknya bisa chanelling dengan saya seperti ini ..."

Wajahku melihat dengan penuh selidik. Dalam hati. gotcha!!!

"Saya sedang menantikan saat itu."

"Wait?! Jadi belum atau tidak?"

"Saya mempunyai keyakinan penuh seperti itu."

"Jadi belum atau tidak?"

"Belum."

"Dan Mbak meyakini hal itu akan terjadi?"

"pasti."

Ini gila sih sebenernya. Doktrin apa yang mereka tanamkan ke kepala orang-orang ini.

"Oh begitu. Mbak dan teman-teman yang seperti mbak sekarang, sama-sama mempunyai keyakinan yang sama?"

"Ada beberapa yang masih meyakini. Sedang yang lainnya pasrah."

"Pasrah? Menyerah gitu?"

"Iya, menyerah"

"Lalu apa yang mereka lakukan?"

"Menuju pertobatan dirinya dengan penyesalan yang mendalam."

"Mereka tahu kalau yang mereka tunggu hanyalah sia-sia?"

"Iya, mereka akhirnya menyerah."

"Lalu bagaimana sama Mbak?"

"Saya masih mempunyai keyakinan yang besar."

"Mbak, tidak melihat teman-teman seperti itu dan segera menyudahi penantian ini?"

"Saya akan tetap menunggu. Saya yakin."

"Oke oke. hmm ... Mbak tahu kan jika yang mbak lakukan ini telah merugikan orang lain?"

"Saya hanya menyelamatkan mereka saja kok. Tidak bermaksud mengambil mereka dari sisi orang yang di kasihi."

"Perbuatan yang Mbak dan teman-teman lakukan di dunia telah membuat kekacauan. Banyak korban, banyak stigma buruk dan lain-lain. Mbak tidak berpikir seperti ini akibatnya?"

"Saya melihat dari segi saya. Bukan dari kacamata orang lain."

"Oh oke. Baiklah saya tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Hmm ... sepertinya cukup. Saya harus off chanelling ini. Saya hanya butuh pendapat mbak saja.

Boleh saya off kan?."

"Iya silahkan."

Dan sesi ini saya akhiri dengan perasaan yang menggantung..

Entah harus marah, sedih, ataupun tertawa ....

Semoga Tuhan mengampunimu Mbak ....

Have a great day ...