Chereads / Sixthsense (jiwa-jiwa yang merindu doa) / Chapter 1 - #Sixthsense ( Jiwa-jiwa yang merindu doa ) Prolog

Sixthsense (jiwa-jiwa yang merindu doa)

Rini_Fatmawati
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 60.1k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - #Sixthsense ( Jiwa-jiwa yang merindu doa ) Prolog

Bagi sebagian orang biasa, menganggap jika memiliki kemampuan seperti kami asyik dan menyenangkan.

Bisa melihat 'sesuatu' yang orang lain hanya bisa dibayangkan di film, dapat merasakan apa yang orang lain rasakan, mengintip sebagian masa depan, membayangkan kembali ke masa lalu (past life), membaca riwayat suatu benda, membantu meringankan sakit seseorang, kemampuan membaca pikiran dan lain sebagainya.

Tetapi, percayalah kami tidak sesenang itu. Kami hanya diberi sedikit kemampuan olehNya untuk bisa mengontrol energi jika sewaktu-waktu mereka muncul secara tiba-tiba. Dan itu kadang menyakitkan dan membuat badan sakit, kepala nyeri dan rasanya seperti lari marathon beberapa kilometer jauhnya.

Yang bisa kami lakukan hanyalah menikmati proses tersebut, berusaha untuk istirahat dan menormalkan energi ke posisi yang nyaman.

****

Tak selamanya mereka yang tak kasat mata itu menyeramkan. Terkadang 'mereka' melakukan hal aneh yang bersifat menganggu karena 'mereka' meninggal dengan cara tak wajar. Dan

Ingin di doakan karena mereka adalah

JIWA JIWA YANG MERINDU DOA.

Pertanyaan-pertanyaan basic yang sering saya dengar tentang 'mereka' adalah ...

"apakah jika seseorang berangkat (meninggal) dengan cara yang tidak wajar atau dengan tubuh yang tidak lengkap, jiwa mereka 'datang' dengan kondisi yang sama seperti mereka terakhir?"

"Emang mereka bisa ngobrol, walaupun kondisi terakhir mereka nggak utuh?"

Pertanyaan ini akan selalu menancap di benak kalian, jika mengingat kondisi mereka yang 'berangkat' ini sebagian sudah tidak utuh berwujud manusia.

Dan jawaban saya adalah ...

"Iya. Dan ini kadang-kadang menjengkelkan."

"Tapi, sebagian mereka di beri kemampuan untuk mengubah dirinya seperti manusia utuh." (Sebagian dan menurut cerita mereka, seperti itu susah di lakukan. Namun mereka berusaha menampilkan dirinya secara wajar)

"Kadang ada yang 'datang' dengan kondisi normal namun ditengah 'chaneling' (membuka jalur) 'mereka' menunjukan bagaimana kondisi terakhirnya."

"Ini, sebagai sarana 'mereka' mengungkapkan kesaya bagaimana mereka berjuang (biasanya mereka yang 'berangkat' dalam kondisi sakit) atau memperlihatkan titik akhir mereka hidup."

****

*Sepenggal Doa nan sederhana.*

Ada yang berpikir, jika mendoakan jiwa semasa hidupnya tidak pernah berdoa kepada Allah, maka jiwa tersebut 'tidak' merasakan efeknya langsung.

Wajar menurut saya sih, karena mereka sebagian yang awam tidak bisa merasakan efek doa yang dilantunkan untuk keluarga atau orang yang mereka cintai. Entah mereka 'menerima' nya atau tidak. Apakah mereka cukup senang dengan perhatian yang kita sisihkan untuk mereka atau tidak.

Terus, saya juga tidak yakin apakah doa saya sampai ke keluarga? Lalu dia kan tidak beragama islam apakah masih butuh doa kita? Sepertinya doa saya tidak sesempurna itu.

Buat yang berfikiran doa kita sia-sia, Sepertinya harus membaca pengalaman saya hari itu.

Tepat nya tahun 2017

Pagi hari sekitar pukul lima pagi di hari nan Fitri, saya beserta semua warga kampung bersiap menuju ke pemakaman untuk melakukan doa bersama. Biasanya memang sebelum sholat Idul Fitri digelar pagi hari dilaksanakan ziarah kubur dan

bersih-bersih makam.

Doa bersama di pimpin oleh seorang Kyai. Satu jam kemudian kami sudah selesai.

Saya percaya saat Allah membuka pintu kerahiman seluas-luasnya. Disaat itu pula saya berdoa.

"saya persembahkan doa-doa saya hari ini, untuk mereka yang sudah meninggal.(saya mencoba mengingat sebutkan semua nama keluarga saya yang sudah meninggal) Dan diakhiri untuk semua jiwa di sekitar pemakaman ini yang saya kenal ataupun tidak saya kenal. Yang meninggal secara wajar ataupun tidak. Diluar islam atau tidak. Diketemukan atau tidak."

Saya sengaja tidak berdoa dengan kata 'beriman' di belakang 'jiwa' yang saya doakan tadi. Dengan anggapan kasihan mereka yang 'tidak beriman' jika tidak mendapat kemurahan dihari yang spesial ini.

Menurut saya, doa saya ini sudah terbilang sangat sederhana. Saya tidak muluk-muluk. Saya tidak mengukir dan berusaha melantunkan doa yang terlalu melambung dan berlebihan. Namun efeknya luarbiasa.

Ketika saya selesai dan menginjakan kaki keluar dari area pemakaman. Ternyata banyak sekali jiwa yang menunggu diluar. Saya berusaha tidak menggubrisnya. Berpikir mereka adalah jiwa yang biasa saya temui. Jadi cuek saja.

Jiwa tersebut jumlahnya sangat banyak. Ketika warga lain keluar dari area pemakaman, secara bergerombol mereka mengikuti dengan perasaan bahagia. Senang tak terkira. Bahkan ada yang melompat saking senangnya. Saya berpikir itu salah satu keluarga jiwa yang mereka doakan. Senangnya. Syukurlah.

Hingga akhirnya saya pulang menuju ke rumah, sesampainya di depan rumah. Tiba-tiba, saya di datangi oleh sekelompok jiwa yang menggeruduk dan langsung mengerumuni layaknya sedang berjumpa dengan sang idola.

Saya bingung luar biasa. Tidak biasanya di datangi mereka secara bergerombol dan anehnya lagi mereka dapat melihat saya. Ini aneh.

Saya berusaha berjalan dengan santai tanpa memperdulikan mereka. Namun mereka sangat agresif dan sambil teriak.

"Ayo, lagi ... ayo lagi ...."

"Ayo, lagi apa?" tanya saya.

"ayo, doakan kita lagi. Ayo," jawab mereka.

Saya luar biasa kaget. Dari wajah-wajahnya tidak ada yang saya kenal.

"Maaf, saya tidak kenal dengan kalian," kata saya.

"Kami mulai dari sekarang mengenal kamu dan menggantungkan hidup dengan kamu," jawab mereka.

"Apa, yang telah saya lakukan dengan kalian?" tanya saya.

"Persembahkan lagi seperti tadi. Ayo ... doakan kami " ucap mereka serempak.

Saya tersadar.

"Oh, siap beres. Saya pasti akan selalu mendoakan kalian."

Dan mereka pun tersenyum.

Jadi, merasakan efek atau tidak, didatangi dalam mimpi atau tidak, diucapkan terima kasih atau tidak. Tetaplah secara sederhana selalu mendoakan yang terbaik. Tetaplah menjadi penerang bagi 'mereka'.

Tetaplah menjadi mercusuar di tengah badai.

Tetaplah rendah hati dan tulus bagi jiwa 'mereka'.

Semoga kita bisa menyiapkan bekal yang cukup untuk menyonsong hari itu.

Karena kita tidak tahu kapan kita akan seperti mereka dan siapa yang akan menyambut kita kelak.

Selamat Malam.

Salam untuk keluarga di rumah.

Pertama-tama ...

Saya, mengucapkan permintaan maaf atas ketidaknyamanan postingan saya ini.

saya hanya ingin mengatakan. Saya menulis berdasarkan pengalaman pribadi dan tidak bermaksud menyinggung agama atau kepercayaan tertentu.

Dan saya, tidak bermaksud membenarkan atas apa yang saya alami atau mencoba menggiring kearah tertentu, dengan sedikit kemampuan yang saya alami.

Keputusan terbaik tetap ada pada kalian. Ingin mempercayai pengalaman saya ya syukur atau tidak (malah menganggap saya tidak waras) itu pun terserah kalian.

Saya tahu, hal ini aneh atau diluar nalar manusia dan percayalah saya pun menganggap diri saya seperti itu.

Free untuk unfriend jika tidak berkenan. (Hiks)

Saya hanya berharap dapat diterima sebagai bahan masukan, bahan renungan, atau menjadi sebuah pembelajaran berharga. (Ngarep) enggak juga gak papa sih ... hehehe.

So, santai saja ya ... tapi jangan di bully! ya Suka nangis di pojokan soalnya. Hehehehe ....