Chereads / Liburan Ter - Angker / Chapter 17 - Lantai 13

Chapter 17 - Lantai 13

Lantai 13

Sore itu layar ponsel ku menunjukkan pukul 19.00.

Teman - teman sudah ramai di grup BBM

meminta kami agar turun untuk bergabung makan malam. Karena terburu-buru,kami meninggalkan hape di kamar.

"Ma.. hape papa mana?" Tanya suami saat kami keluar dari lift.

"Lho iya, di kamar pa. Mama ambil sebentar ya, nitip si kecil dulu." Ku berikan si kecil pada ayahnya dan bergegas kembali masuk ke dalam lift.

Saat naik ke lantai atas, tak ada kejadian yang janggal. Semua baik baik saja, orang orang yang satu lift dengan ku pun biasa biasa saja, tersenyum, menyapa, mengajak ngobrol.

Saat tiba di kamar, ku buka kamar, aku sendirian namun seakan akan banyak mata yang memandangku begitu tajam hingga aku susah bernafas.

Kesunyian itu pecah ketika suara hape berdering kencang. ku cari cari dimana hape itu di letakkan sang empunya, suami ku memang pelupa, suka lupa menaruh barang-barang pribadinya.Tak jarang kami ribut hanya karena hal hal sepele seperti ini, terburu-buru, lupa,butuh, barang engga ada.

"nah.. di situ rupanya" hape nya tergeletak di bawah selimut. Lampu LEDnya berkedip kedip , ada beberapa telp yang masuk namun tak terangkat.

"Tok..tok.. tok.." saat aku sibuk mengecek isi ponselnya, ada suara ketukan dari pintu kaca balkon. Suaranya jelas dan jelas - jelas ini balkon lantai 15,

"siapa yang manjat balkon malam-malam begini?" Pertanyaan yang tak masuk akal melintas di kepalaku.

Tiba-tiba saja ada angin berhembus masuk ke dalam kamar dari arah pintu balkon,tirai nya pun berkembang,bergoyang goyang, aroma anyir pun tercium dan membuatku mual. Aku pun berjalan menuju pintu balkon, berniat untuk menutup pintunya.

Tapi saat ku buka membuka tirai nya, pintu kaca itu terkunci rapat. Jika di pikir secara logika, tak akan ada angin yang bisa masuk saat pintu terkunci rapat.

"Astaghfirullah" jeritku. "Lalu angin darimana bisa masuk ke dalam kamar?" Tiba-tiba bulu kudukku berdiri, udara semakin dingin dan senyap.

Aku berlari kecil menuju pintu keluar dan aku melihat banyak bayangan hitam menyerupai manusia yang tak beraturan melayang layang. Aku berlari keluar dan tak lupa mengunci pintu, dan terburu buru masuk ke dalam lift,saat di dalam lift ,aku kembali menata nafasku yang tersengal-sengal, aku baca kembali di grup Gathering lantai berapa tempat kami makan.

"Lantai 13" gumamku dan ku tekan tombol lift lantai 13. Masih sedikit parno, setelah mengalami kejadian di kamar tadi, anganku melayang layang ga jelas.

Lift berhenti di lantai 13, ku langkahkan kaki keluar pintu lift. Namun saat pintu lift terbuka yang kulihat hanyalah ruang gelap dan kosong. Banyak kain kain putih yang seakan akan menutupi kursi, meja dan lukisan lukisan yang tergantung di dinding ruangan.

"Lho, pada kemana semua orang-orang tadi?" Aku mulai panik, menoleh kanan dan kiri tak ada satu orang pun disana. Kosong, gelap, sepi ,senyap. Lalu aku memutuskan hendak turun ke lobby ,berharap receptionis memberi informasi letak Resto di hotel tersebut. Tapi ketika aku akan kembali memasuki pintu lift , ku lihat OB ( office boy) yang sibuk mengelap kaca di sudut ruangan tepat di belakang ku.

"Mas, maaf Restoran ada di lantai berapa ya?" Ku coba bertanya meski batinku menolak, aku ragu. Setelah yang aku alami ,yakin kah dia manusia? dia tidak menjawab. Aku mulai khawatir dengan kejanggalan pada pria di depanku. Dia tak menoleh bahkan terlampau sibuk hanya untuk mengelap kaca di depannya.

"Mas, maaf mengganggu" ucapku kembali. Dengan membuka kembali layar ponsel, berharap menemukan jawaban di grup Gathering tadi.

"Lantai 2 ." Jawabnya dengan nada suara yang dalam, ada tekanan kasar dan tegang di ucapannya saat menjawab pertanyaan ku.

"Oh ma.." aku di buat panik lagi saat OB yang ada dihadapan sudah tidak ada.

"Oh God, kemana perginya OB tadi?"

seakan hilang di telan bumi dalam sekejap. Secepat kilat aku masuk lift dan saking panik plus ketakutan ,aku menekan berkali kali tombol angka 2 nya.

Di dalam lift aku terus saja beristighfar, membaca ayat ayat Alquran yang aku hafal. Dan sampailah di lantai 2.

" Ya Allah ma, kemana saja lama banget ambil hape gitu hampir sejam ?" Ku abaikan pertanyaan yang di lontarkan suami ku, aku nyelonong saja menuju meja prasmanan dan ku teguk habis segelas air putih penuh.

"Pa.. aku nyasar ke lantai 13" jawab ku yang masih ngos-ngosan,ketakutan dan pucat.

"Ngarang kamu, mana ada lantai 13 di hotel ini ?" Dia tak percaya , seakan akan aku mengarang cerita, tapi sungguh lantai 13 itu ada dan aku benar-benar menekan tombol 13 di lift tadi.