"Papa yakin, kita berangkat ke Banyuwangi malam ini?" Tanyaku tak yakin, karena perjalanan dari Sidoarjo ke Banyuwangi bukanlah perjalan yang dekat. Di tambah lagi seharian suamiku kerja dan belum istirahat.
" Yakin ma, nanti di temani Yudi kok, kita jemput dulu Yudi di Pasuruan. Mama tidur aja di kursi belakang ya." Ucapnya menatakan bantal dan selimut untukku. Dia sangat manis malam ini, begitu berbeda dengan dia yang kemaren, marah penuh emosi bahkan aku nyaris tak mengenalnya.
Dalam perjalanan menjemput Yudi, kami tak memiliki firasat apapun, hanya sesekali mengingatkan mas Awi untuk istirahat jika dia lelah.
"Assalamualaikum mbak sari." Ucap Yudi saat masuk ke dalam mobil.
"Waalaikumsalam, Alhamdulillah ada teman nyetir. Jadi aku bisa tidur nyenyak." Batinku penuh syukur. Aku begitu lelah, hanya saja tak sanggup meninggalkan dia di perjalanan sendirian.
Ku dengar samar - samar Yudi dan mas Awi mengobrol, lalu aku pun terlelap.
"Astaghfirullah haladzim.. astaghfirullah haladzim.." tiba tiba hati ini berdzikir dengan sendirinya dalam keadaan ku yang masih tertidur pulas. Hati yang aku rasa begitu tidak nyaman dan membuatku terbangun.
"Ada apa pa?" Kulihat keluar jendela mobil, gelap, banyak pohon hitam menjulang tinggi.
"Astaghfirullah haladzim.." seru ku menutup mata dengan selimut yang aku pakai.
Seorang mbak mbak dengan wajah penuh lubang sedang asyik memilin ujung rambutnya di bawah pohon, tubuhnya yang penuh darah dan rambutnya yang acak acak an membuatku menyadari bahwa dia bukan lah manusia.
"Kenapa ma?" Mas Awi melirikku dari kaca spion.
"Putar balik pa! Jangan lewat sini!" Perintahku tanpa membuka mata.
Kurasakan mas Awi mobilnya berputar dan menjauh pergi dari tempat itu.
Aku yang masih terdiam dengan jantung yang berdetak kencang hanya bisa beristighfar.
Lagi lagi hanya aku yang melihat mereka. Apa cuma aku yang mereka incar ?
Mobil pun melaju kencang di jalan yang lengang, yang pasti perjalanan sedikit lebih jauh karena harus memutar i bukit. Tapi aku malah merasa tenang dan si adek di dalam perut yang tadi nampak kencang, sekarang sudah terasa nyaman dan aku kembali tertidur.
"Sudah sampai ma, papa cek in dulu ya." Mataku mengerjap ngerjap mencoba membukanya, ah mata ini kenapa jadi berat di buka? Aku diam saja tak menjawab, melihat basement yang gelap membuat bulu kudukku meremang.
Sejenak, kurasakan aroma yang sangat busuk menusuk hidungku.
"Astaga.. siapa kentut ini? Busuk sekali baunya." Gumamku melihat ke arah kursi depan.
Yudi masih belum beranjak dari tempatnya saat mas Awi pamit untuk cek in tadi. Apa Yudi kentut? Baunya gak wajar, antara bau bangkai dan telur busuk jadi satu.
"Hueeeek..." Akhirnya aku tak bisa menahan, perutku terasa di aduk aduk dan tak bisa bernafas. Ku raih keresek yang memang selalu di sediakan di mobil untuk berjaga jaga jika ada yang mabok.
Sosok Yudi di depanku tiba tiba menoleh dan menyeringai, tatapan matanya tajam padaku. Gigi hitam runcing ia perlihatkan, wajah yang separoh rusak dan satu matanya.. keluar dari tempatnya.
"Aaaaaaaaaaa..." Teriakku menjerit sekencang kencangnya, berharap ada orang lain yang datang menolong.
"maaa.. mama.." ku dengar suara memanggilku mama, sosok anak kecil dengan rambut dikuncir. wajahnya yang cubby putih bersih mirip sekali dengan suamiku.
"lari ma.." lanjut anak kecil itu sambil membuka pintu mobilku. Dan aku yang sedang memegang gagang pintu mobil tiba tiba tubuhku ada yang menarik.
"ma.. mau kemana?" serunya menahan tanganku kuat.
"istighfar ma !"
"astaghfirullah haladzim.." aku mimpi.. andai pintu ini terbuka dan aku keluar, otomatis aku akan terjatuh karena mobil ini masih berjalan kencang. ku usap wajahku dan kuminum air putih yang di sodorkan Yudi padaku.
"minum dulu mbak, seperti nya mbak sari mimpi buruk." ku perhatikan wajah yudi, tidak ada yang aneh, tidak rusak seperti di mimpiku.
Benar benar mimpi yang mengerikan, lalu.. siapa kah anak kecil di mimpiku ?