Chereads / Kamu Seperti Kekasihku / Chapter 30 - Sang penyelamat (2)

Chapter 30 - Sang penyelamat (2)

Nindya semakin ketakutan, dia takut jika Axcel akan disakiti oleh pria-pria jahat ini.

"Ka … kamu! Kenapa kamu kemari? Ayo lari … ayo lari Ar!"" Teriak Nindya, dia takut jika Axcel yang saat ini di dalam pikirannya adalah Arkana.

Axcel tidak mendengarkannya, dia berdiri kokoh tepat didepan Nindya saat ini.

"Lepaskan wanita milikku!" Teriak Axcel, dia menyeringai jahat dan terlihat jika dia sedang menantang beberapa pria besar didepannya.

Pria-pria itu pun tertawa keras dan memandang Axcel dengan tatapan meremehkan.

"Lepaskan? Hahahaha … kami tidak akan melepaskan wanita milik kamu ini, karena dia aslah milik kami!" Ucap pria-pria itu sambil tertawa sangat keras.

Axcel merasa semakin kesal. Dia mengepalkan tangannya dan dia maju untuk melawan semuanya.

Pria - pria itu pun ikut maju dan hendak melawan Axcel.

Namun, dari belakang terdengar ada mobil polisi dan pria-pria itu berhenti.

Mereka hendak kabur membawa Nindya, namun Axcel menggagalkan mereka.

Nindya berhasil dia selamatkan dan pria-pria jahat itu pun akhirnya ditangkap oleh polisi.

Nindya yang sudah pucat dan bibirnya gemetar hebat karena ketakutan pun langsung memeluk Axcel dengan erat.

Dia menangis dalam pelukan Axcel karena dia bukan hanya takut oleh para penjahat itu tapi dia takut jika Axcel terluka oleh mereka.

"Ar, kamu tidak apa-apa kan? Aku … aku takut Ar!" Ucap Nindya, air matanya terus mengalir hingga wajahnya basah oleh air matanya sendiri.

"Aku baik-baik saja, Dya jangan takut. Jangan takut lagi, aku ada disini. Aku akan melindungi kamu, kamu tidak perlu merasa khawatir lagi ya!" Ucap Axcel, dia membalas pelukan Nindya dan mengecup puncak kepalanya dengan lembut.

Mendengar nama Ar. Anjar mengerenyitkan dahinya.

Dia merasa heran dengan Axcel yang tidak marah karena wanita yang dia kejar bukan memanggil nama aslinya melainkan panggilan nama pria yang memiliki paras hampir sama dengannya.

Anjar mengetahui semua tentang Nindya dari semua penyelidikan itu, dialah yang mengetahuinya terlebih dahulu daripada Axcel.

Anjar mendekati Axcel dan dia menepuk bahunya.

Mendekati telinganya dan dia pun berbisik.

"Bos, kamu tidak marah dengannya. Dia mengangguk kamu adalah Arkana. Bukan dirimu bos," tanya Anjar. Dia ingin tahu respon Axcel dengan pertanyaan anehnya.

Axcel tersenyum dan dia menatap kearah Anjar.

Dia membalas bisikan Anjar ditelinganya.

"Sini, aku ingin menjelaskannya sama kamu," ucap Axcel. Dia mendekati telinga Anjar dan berbisik, "Aku tidak peduli dia mau memanggil aku Ax atau Ar, yang penting dia mau bersamaku dan tidak pergi dengan Ray, mengerti!" Ucap Axcel. Dia menjauhi telinga Anjar dan Anjar kini mengerti jika bos sekaligus sahabatnya memang sudah terkena virus cinta dan virus itu sedang menjalar diseluruh hati dan pembuluh darahnya saat ini.

Anjar menahan tawanya dan dia langsung memalingkan wajahnya.

Dia takut jika Axcel marah saat melihatnya telah menertawakannya.

Axcel tidak peduli dengan Anjar karena saat ini dia hanya fokus pada satu orang dan itu adalah Nindya.

Axcel terus mengusap rambut Nindya dan berusaha untuk menenangkannya.

"Dya, susah jangan menangis lagi. Aku mohon Dya!" Ucap Axcel, dia mengecup lembut kening Nindya dan Nindya pun mengangkat wajahnya. Dia menatap wajah tampan Axcel yang sangatlah mirip dengan Arkana.

"Ar, kamu tidak apa-apa kan? Tidak ada luka kan ditubuh kamu?" Tanya Nindya. Dia meraih tangan Axcel dan memeriksanya.

Axcel tertawa dan dia menggelengkan kepalanya berkali-kali.

"Dya, aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku. Harusnya kamu mengkhawatirkan tubuh kamu," ucap Axcel. Dia meraih tangan Nindya dan melanjutkan ucapannya, "Coba aku mau melihat tangan kamu. Pasti tangan kamu terluka gara-gara para bajingan itu," ucap Axcel. Dia meraih tangan Nindya dan melihat jika pergelangan tangan Nindya berwarna merah.

"Oh Tuhan! Dya, kamulah yang terluka. Ayo kita ke rumah sakit sekarang," ucap Axcel. Dia merangkul pinggang Nindya dan membawanya masuk ke dalam mobil.

Nindya tersenyum dan dia pun menganggukkan kepalanya.

"Iya Ar, terima kasih karena kamu masih tetap sama seperti dulu. Aku cinta kamu Ar!" Ucap Nindya, dia tersenyum dan tiba-tiba tubuhnya terjatuh dan ternyata dia pingsan begitu saja.

Axcel awalnya merasa sangat bahagia mendengar kata cinta keluar dari mulut Nindya tapi rasa senang itu pun berubah menjadi sedih karena Nindya pingsan tepat didalam pelukannya.

Axcel langsung merasa panik dan dia pun mengangkat tubuh Nindya secepatnya, lalu membawanya masuk ke dalam mobil.

Setelah mereka masuk. Mobil pun segera melaju menuju rumah sakit dengan kecepatan kencang karena Axcel sudah terlihat sangat panik sekali.

"Dya, sadarlah. Ayolah Dya sadarlah!" Ucap Axcel, dia menyetir dengan kecepatan tinggi dan terus mengusap pipi Nindya. Axcel berusaha untuk menyadarkan Nindya yang saat ini masih menutup matanya dan bibirnya terlihat gemetar.

Tidak lama kemudian, ternyata ada lampu merah. Mobil Axcel pun mendadak berhenti dan dia langsung berteriak marah sambil memukul stir yang ada didepannya saat ini.

"Brengsek! Kenapa harus ada lampu merah disini! Arghhh … ayolah cepat hijau, aku sudah tidak sabar lagi!" Teriak Axcel yang sudah tidak memiliki rasa sabar lagi.

Tidak lama kemudian, lampu pun langsung berwarna hijau kembali.

Mobil Axcel pun kembali berjalan dan rasa kesal Axcel kini perlahan lebih baik.

Menginjak pedal gas. Axcel memacu mobilnya sangat cepat dan tidak lama kemudian, dia pun sampai di rumah sakit paling terdekat didaerah itu.

Axcel pun menghentikan mobilnya dan dia pun langsung mengangkat tubuh Nindya, lalu secepatnya Axcel membawanya langsung ke ruang IGD untuk melakukan tindakan secepatnya.