Angel masuk ke dalam kelas dengan muka yang berantakan. hidung merah dan mata sembab karena habis menangis, tadi setelah pergi dari belakang perpustakaan ia tidak sempat ke kamar mandi untuk memperbaiki mukanya karna bel sudah lebih dulu berbunyi.
"Lo kenapa njel?" tanya Clara menghampiri Angel saat ia baru duduk di kursinya.
"Gue ngga papa kok".
"Bohong, cerita sama gue...!!, lo kenapa?!" delik clara.
"Gue beneran ngga papa" kilah Angel.
"Enteng banget ya lo ngomong kayak gitu!!! padahal udah jelas-jelas lo masuk ke kelas dengan muka yang berantakan dan ngebuat gue penasaran dan khawatir!!!. Itu yang lo bilang ngga papa?? sekarang bilang sama gue siapa yang ngebuat lo nagis biar gue cakar-cakar mukanya sampe ancur!" Clara tidak bisa menahan emosinya.
"gue beneran ngga papa" Angel masih saja bungkam.
"Apa si nenek sihir yang ngebuat lo kayak gini?!" ujar clara tiba-tiba sambil menunjuk ke arah jendela yang menunjukkan sosok Keisya atau biasa Clara panggil dengan sebutan 'nenek sihir'.
Angel hanya diam, tapi sesaat kemudian ada suara asing yang memotong pembicaraan mereka.
"Ekhm, ngobrolnya udah kelar belum? gue mau duduk" tanya orang itu datar.
"Eh... iya... maaf udah kok kita udah selesai" jawab clara gelagapan sambil berdiri dari kursi orang itu sambil menunjukkan cengiran bodohnya dan wajah sok imutnya.
"njel gue pergi dulu, tapi lo masih utang cerita ama gue!" delik clara yang kemudian pergi ke kursinya.
Angel hanya diam tidak menjawab, hingga tatapannya secara tidak sengaja beralih ke orang yang tersebut,"lo..." ujar angel dengan wajah yang terkejut dan merasa tidak percaya.
"Kenapa?? kaget??" jawab orang itu.
seketika wajah angel menjadi datar tidak ber ekpsresi, "Lo ngapain disini?!" tanyanya dengan nada dingin.
"emang kenapa kalo gue disini? ini kan kursi sama kelas gue jadi wajar dong gue disini?" balas orang itu sambil tersenyum sinis.
"Apa?! jangan bilang lo..." Angel masih tidak mempercayai ini.
"Iya, gue emang Alfin si anak baru yang tadi pagi telah resmi menjadi teman sebangku lo, dan kayaknya harapan untuk ngga pernah lagi ketemu gue harus lo kubur dalam-dalam" terang Alfin si anak baru yang tidak lain dan tidak bukan adalah orang yang mendengar serta mengajak Angel berdebat di belakang perpustakaan tadi dengan wajah yang di buat terlihat yang sok prihatin.
"Bisa ngga mukanya biasa aja?!" Sinis Angel mencoba menenangkan fikiran nya dengan mengalihkan pembicaraan.
"oh... Sayangnya ngga bisa" balas alfin dengan nada yang sangat menyebalkan kemudian dia langsung tersenyum lebar tapi seperdetik kemudian mengubah wajahnya menjadi mode datar kembali.
"Oke terserah lo yang penting jangan ganggu gue" angel menghela nafasnya mencoba menahan emosi karena berhadapan dengan makhluk asing menyebalkan ini, dia mencoba mengabaikannya.
"Sayangnya gue udah terlanjur niat buat nge gangguin lo gimana dong?" tantang alfin yang lagi-lagi berbicara dengan nada yang sangat menyebalkan.
Angel yang sudah tidak kuat menahan untuk tidak emosi seketika langsung menggebrak meja di depannya dengan keras sehingga suskes membuat perhatian seluruh kelas kini tertuju pada mereka, "Jangan.pancing.emosi.gue!" delik angel pelan dan dingin serta penuh penekanan ke Alfin kemudian ia berdiri dari kursinya, "eh lo... temen sebangku clara... gue denger tadi lo pengen duduk di samping si anak baru? kebetulan nih gue sedang berbaik hati mau nawarin buat tukar tempat sama lo" ucap Angel ke teman sebangku clara yang bahkan namanya pun ia tidak tau.
Murid-murid dikelas itu seketika langsung cengo melihatnya, mereka sedikit terkejut melihat tingkah Angel ini karna pasalnya Angel tidak pernah berbicara dengan kalimat panjang, ia hanya berbicara jika orang bertanya dan itu pun cuma di jawab "iya", "ngga" dan "hmmm" doang. dan sekarang dia berbicara panjang lebar di hadapan para murid di kelas itu, Hanya satu hal yang difikirkan oleh mereka, "angel kesambet apa salah minum obat?".
"Woy! gue lagi nanya sama lo, seenggaknya lo jawab iya apa ngga kek jangan diem!" delik Angel tajam, ntah kenapa sejak percakapannya dengan alfin di belakang perpustakaan tadi sifat tempramentalnya mulai muncul lagi setelah sekian lama terkubur jauh di dalam jiwanya.
"Eh... i... iya rin yaudah kalo lo maksa mah gue mau" jawab teman sebangku clara gelagapan karna dia masih merasa belum percaya dengan apa yang terjadi sekarang ini.
"Si katrina (nama panggilan Angel di sekolahnya) jarang ngomong tapi sekalinya ngomong kok serem ya???" sahut salah satu murid di kelas itu yang langsung di setujui melalui anggukan oleh hampir seluruh penghuni kelas.
"Udah-udah, guys ngga usah di permasalahin Katrina, dia lagi pms jadi harap maklum jangan pada mancing emosi dia, lo semua tau sendiri kan gimana kalo dia lagi marah" kini clara yang membuka suara untuk mencairkan suasana.
"Dan lo njel kalo lo emang pengen duduk bareng gue sini aja ngga usah pake bikin anak kelas pada tengang karna nada bicara lo, mumpung pak toto belum dateng" omel Clara.
"Dan lo Cindy sono ke kursi Angel" suruh Clara ke Cindy teman sebangkunya.
"ngga ada yang bakal pindah!" kali ini alfin yang membuka suara dinginnya sambil menahan tangan angel yang mau melangkah keluar dari kursinya.
"lepasin tangan gue!" delik Angel tak kalah dingin, namun tidak ada respon dari Alfin.
"Gue.bilang.lepasin.tangan.gue!" ucap angel lagi namun kali ini kata katanya penuh penekanan.
"Gua ngga bakalan ganggu lo jadi ngga usah pindah" kini alfin sedikit melembutkan suaranya.
"Sayangnya gue ngga mau, gue udah muak sama lo!" sinis Angel.
"Ayolah..." ujar alfin dengan nada sedikit memohon, dia tidak pernah melakukan ini sebelumnya, ada apa dengannya?.
"N.G.G.A!" tatapan Angel semakin tajam dan dengan kasar dia menepis tangan Alfin.
murid-murid di kelas lagi-lagi hanya bisa cengo melihat tontonan gratis yang ada di kelas mereka. bagaimana tidak?, Kartina si cewek cupu yang dingin dan menakutkan bisa membuat si anak baru yang sudah di cap sebagai prince ice oleh kelasnya yang mungkin akan di cap juga oleh murid di seluruh sekolah WIS memohon dengan suara lembut agar dia tetap duduk di sampingnya, dan untuk pertama kalinya mereka mendengar katrina berbicara panjang lebar dalam sehari bahkan mau berdebat dengan orang. biasanya ia akan langsung menghajarnya bila sudah muak mendengar celotehan orang tersebut tapi ini berbeda, sehingga menimbulkan banyak pertanyaan di otak mereka.
"Woy gimana? jadi tukeran ngga nih?" tanya cindy menunggu kepastian.
"Ngga!", "iya!" jawab mereka bersamaan.
"Dia.ngga.bakalan.pindah." ucap alfin penuh penekanan dan dingin ke cindy.
"Ngga dia bohong" sanggah angel.
"Jadi gimana?" tanya cindy lagi.
tapi belum sempat angel menjawab alfin sudah berbicara duluan.
"ok, gua minta maaf, tadi gue cuman becanda doang dan ngga bakalan ngulangin lagi jadi lo ngga usah pindah" mohon alfin ke Angel, entah kenapa ia merasa berat melepaskan orang yang baru di kenal nya beberapa jam yang lalu ini, bukankah itu aneh?.
"ngga lucu!, bercanda lo keterlaluan!"
"Ayolah... sebagai gantinya gue ngga bakal ceritain apa yang gue denger di belakang perpustakaan tadi, deal?" Alfin mencoba bernegosiasi.
angel langsung terdiam setelah mendengar hal itu, dia lupa kalau alfin tadi mendengar semua ucapannya, hingga pada ahirnya dengam berat hati ia mengambil keputusan, "oke deal gue bakal tetep disini tapi dengan catatan lo jangan ganggu gue!".
"Oke" Alfin mengedikkan bahunya dan tersenyum tipis setelahnya, dia sungguh merasa aneh hari ini, ada apa dengannya? Apa yang terjadi dengan dirinya? Itulah yang ada di fikirannya.
" gue ngga jadi pindah, ni curut ngga ngizinin gue" terang angel ke cindy.
"Apa lo bilang?! curut? lo ngatain gue curut?!"protes Alfin tidak terima.
"Kenapa? masalah? kalo iya gue pindah" ketus angel.
"Iya-iya ngga papa lo manggil gue curut ngga papa tapi jangan pindah oke" Alfin mengalah, fiks dia sudah gila di hari pertama pindah.
"hmm" ucap angel.
Angel duduk kembali ke kursinya dan kembali lagi ke rutinitas kesehariannya yaitu melamun ngga jelas, namun kali ini dalam hati dia bertanya-tanya kenapa si anak baru ngga pengen banget dia pindah dari situ padahal ada atau ngganya dia juga ngga bakal berpengaruh apa-apa, bahkan kalo tadi angel pindah itu akan menguntungkan alfin, kalau dia pindah setidaknya alfin tidak terlalu tersiksa karna duduk disamping nerd yang buruk rupa, mungkin nanti ia akan tanyakan itu ke alfin.
Setelah sibuk bergelut dengan fikirannya, akhirnya lamunan angel terhenti karna mendengar suara anak kelasnya yang menjawab salam pak toto guru pkn mereka yang baru saja masuk ke kelasnya.