Chereads / Pengantin Lima Ratus Juta / Chapter 55 - Semester Baru untuk Euis (5)

Chapter 55 - Semester Baru untuk Euis (5)

"Eruin, memangnya ada apa dengan orang itu?"

Euis sama sekali tak tahu apa yang terjadi dengan pria berpakaian hitam yang terus mengikuti mereka.

Di sisi lain Eruin tak berhenti untuk membuat mereka berdua terus berjalan. Namun dengan langkah kaki yang cukup cepat.

"Yang pasti orang itu adalah orang jahat. Kita gak boleh berhubungan dengan orang itu."

Euis melirik sebentar ke belakang. Memastikan apa yang sahabatnya katakan itu benar atau tidak.

Pria berpakaian dan berkacamata hitam yang memang cukup mencurigakan. Tetapi kalau orang itu adalah orang jahat, kenapa dia bergerak seperti penagih hutang seperti itu?

"Terus, ini kita mau kemana?"

Euis tak punya ide kemana dia akan dibawa oleh Eruin.

Di depan, Eruin menunjukkan wajah kesal. Ekspresi yang sangat jarang diperlihatkan oleh gadis energetik seperti Eruin.

"Nona Eruin! Apa anda berniat untuk terus berlari seperti itu?"

Pria berbaju hitam itu memanggil Eruin.

Dengan panggilan yang terdengar memiliki urusan seperti itu, tentu saja orang itu bukan orang jahat yang Euis pikirkan. Namun tetap saja, Eruin tak mau berhubungan dengan orang itu.

Eruin malah mempercepat langkah kaki mereka.

"Eruin!"

Semakin cepat dan semakin cepat.

Eruin memaksa Euis untuk berlari untuk yang kedua kalinya di pagi hari itu.

Mereka berdua berlari ke beberapa arah. Euis hanya bisa pasrah. Mereka terus berlari sampai kembali ke gedung aula utama.

Pria berbaju hitam terus mengejar mereka berdua, tetapi kehilangan jejak sebelum sampai di gedung aula utama.

Pria berbaju hitam menarik banyak perhatian karena penampilannya yang memang terlihat tak biasa. Apalagi tak hanya para panitia, masih ada banyak anak baru yang masih berada di tempat kejadian perkata, baik mereka yang menikmati angin baru atau hanya sekedar nongkrong.

Di tempat yang penuh dengan masa-masa muda seperti itu, pria berbaju hitam yang sudah cukup tua dibilang, merasa tak cukup tenang. Niatan untuk pergi tentu saja menyambar pikirannya.

Pria berbaju hitam itu bernama Paijo. Dia bekerja sebagai salah satu Bodyguard seorang bos perusahaan. Niatnya datang ke kampus itu karena dia sedang mencari seorang anak perempuan dari rekan bosnya.

Tujuannya adalah untuk menyampaikan pesan ke nona itu. Namun apa yang dia dapat malah sebuah perasaan iri pada anak-anak muda di sekitarnya.

Tentu saja perasaan iri itu tercipta karena Paijo tak bisa merasakan masa mudanya seperti mereka.

"Widih, anjay, ada Men in Blek."

Tepat sebelum Paijo meninggalak tkp, dua orang pemuda yang bekerja sebagai panitia mendekatinya.

"Njir. Jarang-jarang banget ada adegan kaya begini terjadi di sekitaran kampus."

"Wokwokwok! Siapa juga yang mau Cosplay jam begini?"

Dua pemuda itu nampaknya menilai Paijo sebagai seorang entertainer.

Karena Paijo adalah orang yang fokus, jadi dia langsung saja ke pokok pembicaraan.

"Hei, kalian berdua melihat Non Eruin lewat sini?"

"Non?"

"Eruin?"

Dua pemuda itu adalah Ijul dan Ipul bersaudara – walaupun asilnya mereka bukan bersaudara.

Ijul dan Ipul adalah panitia yang sebelumnya menjaga pintu belakang sebelah kiri gedung aula. Tentu saja mereka mengenal Eruin, sahabat dari Rian.

Kalau pria berbaju hitam di depan mereka mencari Eruin, itu artinya ada sesuatu yang mencurigakan yang sedang terjadi.

"Ahhh, Wil Semit? Kau lihat ga, Pul?"

"Wil Semit? Ga ada tuh. Kalaupun liat dia pasti udah menghapus ingatanku sebelum kusadari."

"Kalau kau sadar ingatanmu udah dihapus namanya bukan menghapus ingatan lagi,bego."

Ipul dan Ijul berusaha mengecoh perhatian Paijo.

Melihat tingkah laku dua pemuda itu tentu saja Paijo tahu kalau mereka tahu mengenai Eruin. Hanya saja mereka kurang pintar dalam berbohong.

Untuk itu Paijo membutuhkan sesuatu yang ada di saku dalam bajunya.

"Woi-woi-woi!"

"Jangan macam-macam!"

Paijo baru saja mau mengambil kartu nama bosnya, tetapi dua pemuda di depannya malah bereaksi berlebihan, atau sebaiknya itu yang dia lakukan sejak awal.

"Nah, kalau kalian gamau terluka, cepat katakan dimana Non Eruin?"

Ipul dan Ijul berada dalam pose bertarung. Namun kalau pria berbaju hitam di depan mereka benar-benar asli, mereka berdua sama sekali bukan lawannya.

Tak ada pilihan lain selain mundur dan memanggil bantuan.

"Rian!"

Tepat pada waktunya, bala bantuan keluar dari dalam gedung lewat pintu belakang.

Ipul dan Ijul sepakat untuk lari seribu dan berlindung di belakang Rian.

"Kenapa kalian berdua?" tanya Rian.

"Itu-tuh, Men in Blek."

"Dia kesini mau mencuri sesuatu dari kita."

Rian tak tahu apa yang mereka katakan, tetapi benar, ada pria berbaju hitam yang mendatangi mereka.

Pria berbaju hitam itu seperti aktor dalam film-film barat. Ditambah tangan kanannya berada dalam saku dalam bajunya. Bersiap untuk mengeluarkan sesuatu.

Untuk menghadapi hal itu, Rian juga ikut memasukkan satu tangannya ke saku baju dalam.

'Oi-oi, ini anak juga mau ngelakuin hal itu!?'

'Hebat juga ini, anak.'

Ipul dan Ijul tak punya kata-kata lain selain berharap pada bala bantuan terkuat mereka.

"Rian ternyata, pas banget, apa kau melihat dimana Non Eruin?"

"Gak tahu, tuh."

Mereka berdua saling kenal.

'Mereka berdua saling kenal?!'

Tentu saja itu membuat Ipul dan Ijul terkejut.

Paijo menghela nafas kecewa karena dia tak bisa menyelesaikan misinya hari itu.

"Yah, seenggaknya aku udah berusaha," ucap Paijo sambil menurunkan tangannya. "Tapi ingat, aku ingin setidaknya Non Eruin memberikan jawaban mengenai ajakan itu."

"Eruin memang belum sepenuhnya dewasa. Tapi bukan berarti kalian bisa memaksakan kehendak seseorang untuk mendapatkan apa yang kalian inginkan."

Respon yang diberikan Rian sangat dalam.

Walaupun sebenarnya yang dibutuhkan Paijo hanya satu kata, ya atau tidak dari mulut Eruin. Dia malah dianggap seperti tokoh antagonis yang sedang mencoba berbuat jahat kepada sang heroine.

Paijo sekali lagi menghela nafas. Dia sudah cukup merasa kecewa pagi hari itu.

Ketika dia sedang mandi, sang bos meneleponnya. Dengan kondisi yang belum menyelesaikan mandi, Paijo menerima telepon dari bos.

Bos memerintahkan Paijo untuk sekali lagi menemui Eruin. Namun sebelum Paijo dan bos menyelesaikan pembicaraan, hp Paijo mati karena kehabisan batre.

Paijo yang sudah selesai siap-siap pergi keluar rumah untuk segera bekerja. Namun sebelum itu, dia harus pergi sarapan di tempat tukang bubur langganannya.

Paijo menikmati sarapan yang nikmat di pagi hari. Sampai dua rekannya datang, memerintahkan Paijo untuk pergi ke kampus Mawar. Paijo belum menyelesaikan sarapannya, tetapi dia dipaksa untuk langsung pergi karena bos memaksa.

Paijo sudah ada di kampus dan menemukan Eruin. Paijo mengejar Eruin namun kehilangan jejaknya di tengah jalan.

Rasanya Paijo sama sekali tak bisa menyelesaikan urusannya dengan penuh di pagi hari itu. Kasihan Paijo.

"Baiklah, kalau ada kesempatan aku bakal coba temui Non Eruin lagi."

Paijo pergi dengan perasaan kecewa.

Ipul dan Ijul sedikit bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Namun yang pasti mereka bisa mengusir pria berbaju hitam itu.

"Bener-bener hebat dah kau, Rian."

"Wokwokwok, Rian tak terkalahkan."

Rian sama sekali tak mengerti kenapa dua rekannya sampai sebangga itu hanya karena dia mengganggu pekerjaan seseorang.

Memang Eruin tak mau bertemu dengan orang itu. Tetapi Rian berharap kalau Eruin bisa lebih tegas dan memberi jawaban yang jelas.

"Dia sudah pergi!"

Teriakan Rian mengundang dua orang gadis untuk keluar dari tempat persembunyian mereka.

Eruin dan Euis sebelumnya di sembunyikan dibalik pintu gedung bagian belakang. Tempat di mana kejadian perkara terjadi.

"Terima kasih, Rian. Orang itu bener-bener keras kepala," cetus Eruin.

Eruin keluar dengan ekspresi sangat kesal. Di belakang Eruin, Euis hanya bisa tersenyum kecut atas apa yang terjadi padanya di hari pertama masuk kampus.