Chereads / AndroMega / Chapter 30 - Chapie 29 : Penyelamatan

Chapter 30 - Chapie 29 : Penyelamatan

"Silva! Ozkov! Annelyn!"

Rick berusaha menyambungkan kembali saluran komunikasi earphone mereka, namun tetap tidak bisa.

"Sambungan kita terputus, Rick," kata Kobra setelah memutuskan untuk melepas earphone-nya dari telinga.

"Bagaimana keadaannya di dalam sekarang?"

Kobra kembali meraba-raba pintu menggunakan kedua tangan bersisiknya. Lewat insting dan indra khas reptil, Kobra dapat merasakan pergerakan, detak, hingga suhu sekitar. Dari semua yang ia rasakan, Kobra dapat mengira kalau Regan benar-benar butuh pertolongan.

"Detak jantung Regan berpacu, suasana terasa tegang di dalam sana. Dari perkiraan gerakan dan suhu, di antara mereka ada yang menodongkan semacam senjata pada Regan."

"Cih! Biadab!"

Buru-buru Rick berlari menjauh dari pintu. Ia mengaktifkan gelang AndroMega-nya untuk memanggil Tombak Tyrant-X. Setelah tombak itu muncul dari wujud hologram, Rick merakitnya sesaat menjadi Shotgun, mengaktifkan amunisi pelontar, lalu secara otomatis bertransformasi menjadi tombak kembali.

Di posisinya, Rick mengambil ancang-ancang siap untuk melontarkan tombak.

"Minggir, Kobra!"

"Kau yakin…?"

"Minggir atau kepalamu yang kutombak!"

Kobra pun segera melompat menjauh dari pintu. Setelah dirasa semuanya siap, Rick segera memberi aba-aba perintah pada Gelang AndroMega.

"Pemicu Ledakan, Tipe 03!"

"Pemicu Ledakan, Tipe 03 : Diaktifkan."

"HIIIIAAAAH!!!"

Dengan pelontar Shotgun di ujung tombak, Rick melontarkan tombaknya tepat ke pintu ruang rapat. Dan saat tombak Tyrant-X mengenai pintu dengan lampu berkedip-kedip cepat, ledakan pun terjadi.

….

Suara menggelegar terdengar bersamaan dengan pintu ruang rapat yang langsung hancur tak berwujud. Ledakan yang terjadi di sana membuat Ali spontan meraih Regan ke dekatnya sambil menodongkan pistol yang baru saja ia ambil di balik mantel ke kepala Regan untuk berjaga-jaga, sedangkan kedua asisten dan semua pengawalnya bersiap dengan senjata masing-masing.

Dari balik kepulan asap ledakan, muncul sosok Rick tiba-tiba melesat ke arah mereka dengan tombak di tangan. Mengetahui serangan dadakan itu, asisten wanitanya Ali sigap menembakan tali pengait dari atas moncong pistolnya hingga berhasil mengait tombak yang dipegang Rick, dan dengan keras membanting Rick beserta tombaknya ke tembok.

"Rick…!"

Kobra yang baru saja masuk sedikit terkejut ketika melihat Rick dibanting sebegitu keras menggunakan jenis tali Grapling Gun. Sang Reptilian Emo berpikir, seharusnya Rick tidak seceroboh itu bertindak.

Selain itu, Kobra melihat Regan berada di dekat Ali, berdiri dengan kedua tangan dibergol di belakang dan moncong pistol di tangan Ali mengarah tepat ke kepala Regan.

"Regan…?"

"Urgh…!"

Di dekat tembok, Rick berusaha berdiri sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa agak pusing karena kepalanya ikut terbentur.

"Kalian…." Mata biru Rick menatap tajam ke arah mereka semua. "Apa yang kalian lakukan pada Regan?!"

"Oh…?" Ali hanya menanggapinya dengan santai. "Wah, wah…! Pangeran berkuda putih datang menyelamatkan pangeran yang lain."

"KAMI BUKAN HOMO, BEGO!"

Ali menepuk-nepuk kedua telinganya seakan-akan tak tahan mendengar suara teriakan Regan dan Rick. Kalau dipikir-pikir, cukup menyenangkan juga bagi Ali menggoda mereka berdua.

"Sudah kuduga, cepat atau lambat dua Agent ini akan bergerak menyelamatkan rekan mereka. Dan kau…." Kedua mata hijau Ali teralih pada Kobra yang masih berdiri di dekat pintu. "Rupanya kau seorang Reptilian…?"

Sesaat Kobra melihat kedua tangannya yang masih bersisik. Kobra baru sadar kalau dia masih dalam wujud Reptilian. Segera si Emo mengubah wujudnya kembali seperti semula.

"Sebenarnya, tidak sulit bagimu untuk tahu makhluk apa aku ini," ucap Kobra dengan tenang.

Ali menyunggingkan senyum remeh. "Heeeh…. Omong-omong, bisa kalian lepaskan Gelang AndroMega kalian. Aku merasa sangat terancam dengan keberadaan benda tersebut."

"Apa maksudmu?! Kalau kau merasa terancam, sebaiknya kau bertarung melawan kami!" teriak Rick menantang.

Ali menaikan kedua bahunya dengan pandangan ke atas. "Astaga…. Aku bukan tipe pria yang suka ngerusuh. Jika kalian tidak ingin melepas AndroMega kalian, maka kepala Tuan Muda Graciell aku kuhancurkan dengan peluru pistol ini."

Rick ingin saja membantah kembali, namun ia diam saat melihat bahasa tubuh Regan memintanya untuk melepaskan AndroMega, begitu juga Kobra yang mengiyakan dengan anggukan.

Dengan berat hati, Rick dan Kobra melepaskan Gelang AndroMega mereka, dilemparkan begitu saja ke lantai. Kedua asisten Ali segera mengambil kedua gelang itu dan kembali dalam posisi mereka berjaga di sekitar Ali dan Regan.

"Nah! Kan begini lebih enak…," ucap enteng Ali. "Oh, iya! Sampai dimana tadi?"

"Kau…." Rick geram, mengepalkan kedua tangannya dengan erat. "Jangan main-main, Bodoh! Kau apakan Regan?!"

"Oh, Regan, ya…?" Sejenak Ali memperhatikan Regan lalu kembali melihat ke arah lain. "Entah. Aku sendiri juga bingung. Awalnya, aku hanya ingin meminta tanda tangannya semata. Tapi dia tidak mau…. Membuatku tidak punya pilihan lain selain mengacaukan perusahaannya."

Rick dan Kobra menyadari akan kepanikan yang melanda rekan-rekan mereka di ruang IT. Mereka bilang sesuatu terjadi pada komputer dan mesin-mesin di sana, ditambah lagi tadi terjadi hal aneh pada lampu dan benda-benda elektronik di seisi gedung.

Bisa jadi, itu perbuatan Ali.

"Jadi, kau…."

"Yap!" Ali memotong ucapan Kobra. "Aku… yang melakukan semuanya. Terlalu bodoh ya jika pencuri mengakui kesalahannya? Tak apa, aku sudah terbiasa dengan tindakan begitu. Semua yang kudapat sudah menjadi milikku, walau itu semua merupakan hasil rampasan, terutama data-data di perusahaan ini."

"Kau…. Kau bengis!" bentak Rick.

"Eits!" Ali semakin mendekatkan moncong pistolnya ke kepala Regan, dan jarinya sudah semakin menekan pelatuk, bersiap untuk menembak Regan. "Berani membentakku, nyawa Tuan Muda melayang…."

"Cih! Sial…!" desis Rick.

Rick ingin sekali menonjok wajah sok gantengnya Ali dan mengacak-acak rambut klimis selicin aspal yang baru dilapis. Tapi dia tidak boleh salah bertindak. Salah-salah bertindak, nyawa Regan melayang.

Di saat dalam kebingungannya, Rick sempat melirik ke arah gerakan jari Kobra di belakang punggung. Jari-jarinya terlihat memberikan aba-aba pada Rick. Mengerti maksud Kobra, Rick lebih memilih untuk diam.

"Kalian tahu…." Ali kembali berbicara, "Keluarga Graciell adalah salah satu keluarga terkaya yang bekerja sama dengan Serikat Galaksi. Perusahaan-perusahaan mereka ikut bersaing dengan perusahaan dari keluarga konglomerat lainnya demi memproduksi berbagai teknologi dan persenjataan teranyar untuk Serikat Galaksi. Itulah sebab mengapa aku tergiur dengan semua proyek yang ditangani oleh Graciell Group, salah satunya dari Perusahaan Grace Orps ini."

Rick masih diam, tak ada tanda-tanda apapun lagi dari Kobra.

"Kudengar Regan Graciell adalah pewaris tunggal dari keluarga asli Graciell Group. Aku jadi penasaran, seperti apa reaksi keluarganya…."

Ali menempelkan moncong pistol di dahi Regan, menatapnya tajam lewat tatapan mata hijau mengkilat bagaikan predator yang siap menerkam mangsa di depan mata.

"… Kalau aku menghabisi pewaris tunggal mereka."

Rick semakin dilanda panik akan pergerakan Ali. Biarpun mereka sudah melepas AndroMega, Ali masih nekat untuk menghabisi Regan.

Saat Rick kembali memperhatikan posisi Kobra, ada yang janggal dari pria Emo itu saat ini. Wujud Kobra samar-samar mengalami glitch. Rick tentu heran dengan apa yang terjadi pada rekannya, tetapi ia baru menyadari sesuatu saat melihat ke belakang Ali dan Regan.

"Bagaimana jika aku yang lebih dulu menghabisimu?"

Rick terkagum. Ali, Regan, dan para pengawal beserta kedua asisten begitu terkejut menyadari Kobra sudah berada di belakang mereka.

Rick dan Regan tahu kemampuan itu. Kobra memang dikenal ahli dalam menggunakan teleportasi bayangan.

Belum sempat Ali menoleh, Kobra sudah lebih dulu menendang pistol Ali ke atas. Regan tidak membuang kesempatan ini, ia segera berjongkok ketika semua bawahan Ali menembaki Kobra.

Kobra sendiri menghindari semua tembakan dengan bersalto ke belakang hingga menembus kaca jendela di belakang mereka sampai pecah. Belum sempat terjatuh, Kobra segera meraih pinggiran jendela walau tangannya harus tertusuk pecahan kaca, lalu melompat sekalian menedang tubuh salah satu asisten yang sempat hendak melihat Kobra jatuh.

Dari genggaman sang asisten, dua Gelang AndroMega milik Kobra dan Rick terjatuh. Kobra meraih kedua gelang itu, dan dilemparkan Gelang AndroMega berwarna merah ke arah Rick.

"Rick, tangkap!"

Rick sigap menangkapnya. "Makaseh!"

Tanpa basa-basi lagi, Rick memakai Gelang AndroMega dan memunculkan kembali tombak Tyrant-X.

Ketika Regan kembali berdiri dengan dua tangan masih di bergol ke belakang, salah satu pengawal hendak memukulnya dengan pemukul. Regan menendang tubuh besar pengawal itu sampai menghantam kaca jendela hingga pecah dan hampir jatuh, namun sang pengawal masih bisa bangkit dan kembali hendak menyerang Regan. Saat Regan melihat Rick sudah kembali memegang tombaknya, ia memberi aba-aba.

"Rick!" teriak Regan sambil menggerakan kedua tangannya yang dibergol.

Mengetahui maksud Regan, Rick segera melontarkan tombaknya ke arah Regan. Regan langsung membungkuk saat tombak Rick melesat memotong bergolnya, melewati helaian rambut peraknya, dan berakhir dengan menyayat telinga pengawal yang tadi menyerang Regan.

"Argh!" Pengawal itu meringis sambil memegangi telinganya.

Ketika tombak Rick hampir jatuh menembus jendela, Regan segera meraihnya, memukulkan tombak itu berkali-kali ke kepala sang pengawal dengan gerakan memutar ke atas dan ke bawah sampai pingsan.

Ketika satu pengawal berhasil tumbang, Rick menghampiri Regan sambil terkagum. "Wow! Kau ahli juga menggunakan tombak."

Dengan nafas terengah-engah, Regan melemparkan Tombak Tyrant-X kepada Rick. "Aku hanya melakukannya secara alamiah."

Regan dan Rick kini dikejutkan dengan salah satu pengawal di sudut ruangan mulai menembakan peluru dari senapan serbu secara beruntun ke arah mereka.

"Busyet!"

Keduanya meluncur ke bawah meja rapat demi menghindari tembakan. Walau permukaan meja tak bisa menahan lebih lama, setidaknya mereka aman untuk sekedar menarik nafas.

"Itu senapan serbu dapat dari mana?" tanya Rick kebingungan. "Perasaan dia cuma bawa pistol."

"Sudah, jangan dipikirkan! Yang penting kita harus melumpuhkan mereka semua," kata Regan, "Aku yakin, seisi kantor sudah sangat kacau gara-gara si Ali itu."

"Argh!!!"

Pada akhirnya, Rick memukul meja rapat besar itu ke atas, melompat di dekat posisi meja melayang, lalu menendang meja itu ke arah sang pengawal tanpa sempat bisa menembak Rick. Ketika tubuh pengawal itu berhasil tertimpa meja, Rick mendarat, mulai menginjak-injak meja itu dengan gemas.

"Nih! Mamam nih meja ampe encok!" omel Rick terus menginjak meja yang menimpa sang pengawal.

Satu pengawal dari kejauhan hendak menembak Rick, namun pengawal itu ditendang Kobra sampai tumbang. Di sana, Rick melihat Kobra tengah berdiri dari kejauhan sambil memanggul Pedang Kunai-nya.

"Eh, tadi ada yang mau nembak aku, ya?"

Kobra mengangguk. "Yep…. Kurasa dia naksir kau," ucap Kobra sambil menunjuk pengawal yang sudah terkapar dengan dagunya.

Mengikuti arah tunjuk Kobra, Rick hanya mendengkus jengkel. Bisa-bisanya di saat begini sang Reptilian ngajak bercanda. Sayang, candaannya garing.

Para pengawal yang masih tersisa bersiap untuk menyerang mereka lagi, sedangkan sisanya yang telah dihajar kembali berusaha bangkit dan ikut menyerang mereka. Kobra maupun Rick mulai mengambil posisi siap bertarung menggunakan senjata.

"Kita tidak bisa lari sekarang. Langsung kalahkan saja agar kita bisa menyusul yang lain."

Kobra hanya mengangguk paham sebagai balasan.

Saat pertarungan terjadi, Ali dan salah satu asisten wanitanya hanya bisa memperhatikan di sudut ruangan.

"Haaah…." Ali menghela nafas dengan tangan bersedekap. "Ternyata bakal jadi begini pada akhirnya."

Keduanya sempat bergeser menghindari tubuh salah satu pengawal yang terlempar hingga membentur dinding di belakang mereka. Ali hanya memandang tubuh pengawalnya itu tanpa merasa bersalah sedikit pun.

"Sebaiknya, Anda pergi dari sini. Saya yakin, Nona Veronica tengah menunggu Anda di lokasi teleportasi yang telah dikoordinasikan," saran sang asisten. "Saya dan yang lainnya akan menahan mereka bertiga."

Ali mengangguk, menepuk-nepuk bahu sang asisten. "Oke. Aku serahkan pada kalian."

Segera sang asisten meledakan bom asap di sekitar mereka demi menghilangkan jejak sang bos. Mengetahui Ali hendak melarikan diri, Rick segera mendorong keras pengawal yang sedang ia lawan menggunakan tombak.

"Hei! Jangan lari kau, Pengecut!"

Rick melesat ke arah gumpalan asap itu. Bukannya menemukan Ali, ia malah kena serang oleh serangan Light Saber dari sang asisten wanita. Spontan Rick menangkis segala serangannya menggunakan tombak.

Serangan sang asisten terbilang kuat ketimbang serangan para pengawal. Serangan terakhir dari sang asisten membuat tubuh Rick terpental mencapai pintu, tapi syukurlah Rick mampu mendarat dengan baik. Belum sempat Rick bangkit, ia kembali diserang oleh asisten wanita. Bukan hanya dia, asisten pria yang sempat kena tendang Kobra juga ikut menyerang Rick menggunakan Light Saber serupa.

Rick berusaha menahan serangan senjata mereka menggunakan tombaknya. Terus berusaha menahan ketika dorongan keduanya begitu kuat pada tombak Rick. Dengan satu hentakan bersamaan, Rick terpental keluar dari ruang rapat hingga tubuhnya berhasil membentur dinding.

Melihat kedua asisten itu keluar dari ruangan dan bergerak cepat hendak menyerang Rick, pria berambut pirang ini segera bangkit dan menepis serangan mereka berdua. Ketika keduanya kembali menyerang Rick, ia memutar tombak Tyrant-X sampai bertransformasi menjadi Flamethrower.

"Jangan bergerak, atau kubakar kalian!" ancam Rick menodongkan Flamethrower-nya.

Sempat kedua asisten itu saling adu pandang seakan-akan berpikir sejenak. Namun pada akhirnya mereka tetap memutuskan untuk menyerang. Spontan Rick menyemburkan api Flamethrower ke arah mereka berdua.

Rick menyesal saat sadar bahwa yang ia bakar adalah orang. Menurutnya, tidak manusiawi jika dia membakar orang lain walau mereka terbukti bersalah. Namun, rasa bersalahnya terganti oleh keterkejutan saat melihat tubuh kedua asisten itu. Pakaian mereka sudah terbakar sebagian, tapi hampir seluruh struktur tubuh terbuat dari metal yang mencair.

"Tunggu dulu…! Mereka… Cyborg?!"

Dalam keadaan setengah rusak begitu, dua asisten Cyborg masih bisa bangkit ingin menyerang Rick. Tapi mereka tidak sempat menyerang ketika kepala mereka lebih dulu dipotong oleh shuriken besar yang dilemparkan Kobra dari dalam ruangan.

Rick menoleh ke belakang dimana terlihat Kobra baru saja menangkap shuriken-nya sampai mengantup kembali menjadi Pedang Kunai, begitu juga dengan Regan yang baru saja selesai menghajar para pengawal dengan tangan kosong, bahkan jas yang dikenakan Regan sudah hilang entah kemana menyisakan kemeja berantakannya.

"Kobra. Regan."

Rick memanggil kedua temannya itu ketika mereka menghampiri Rick. Di sana, mereka berdiri memperhatikan tubuh metal kedua asisten yang sempat dihabisi shuriken Kobra.

"Rupanya mereka Cyborg," ucap Rick tidak percaya.

"Dan jangan lupa dengan para pengawal itu." Dengan antengnya Kobra memperlihatkan kepala metal salah satu pengawal, lalu melemparkannya ke sembarang arah.

"Kurasa mereka bukan Cyborg," komentar Regan.

Regan melihat setiap struktur tubuh kedua asisten. Selain kerangka metal, mereka juga memiliki jaringan otot dan darah seperti makhluk hidup. Dari struktur tubuh seperti itu, jelas orang-orang akan mengira mereka Cyborg. Tapi tidak bagi Regan.

"Mereka murni robot." Regan bersedekap, memandang Rick dan Kobra. "Jenis robot seperti ini mengingatkanku pada robot-robot yang pernah kita lawan saat berhadapan dengan Positif dan Negatif."

"Maksudnya, mereka robot yang terbuat dari mayat manusia?"

"Mungkin…." Regan sendiri masih belum yakin karena tidak memastikan dengan jelas.

Sesaat Kobra sempat terdiam. Sisik-sisik di tubuhnya kembali muncul saat ia kembali merasakan hawa yang sama seperti ketika mereka di ruang rapat.

"Sepertinya, keberadaan Ali masih belum jauh dari sini. Dia masih berada di sekitar gedung, tapi sudah semakin menjauh," kata Kobra, kembali merubah tubuh setengah reptilnya menjadi semula.

"Kalau begitu, kita cari si bajingan itu!"

Sesuai usul Rick, mereka segera berlari pergi dari sekitar ruang rapat. Melewati koridor yang telah kosong, mereka melihat keadaan sekitar begitu rusak dan kacau. Mereka semakin yakin bahwa ada hal yang sangat buruk telah terjadi di seisi gedung.

Saat mereka berlari, Rick baru menyadari kalau selama bertarung Regan tidak menggunakan AndroMega.

"Regan, kemana AndroMega-mu?"

"Disita ayahku. Makannya aku menggunakan tangan kosong," balas Regan. "Tanganku sedikit memar karena yang kupukul makhluk-makhluk bertubuh metal. Untung aku masih pakai sarung tangan."

Selama melewati koridor, Rick sempat berpikir bagaimana keadaan rekan-rekan mereka sekarang. Apakah baik-baik saja? Pasalnya, mereka tidak bisa saling berkomunikasi akibat jaringan komunikasi mereka terputus begitu saja.

~*~*~*~