Chereads / AndroMega / Chapter 34 - Chapie 33 : Aligator?

Chapter 34 - Chapie 33 : Aligator?

Kekacauan sudah terjadi dimana-mana, rekan-rekan Agent yang lain sedang berjuang menghadapi para robot yang tiada habisnya. Bangunan perkantoran sudah menjadi arena pertarungan dadakan, hancur dan berantakan. Entah sebesar apa kerugian yang mereka dapat setelah pertempuran ini usai.

Salah satunya Ozkov, dia beberapa kali menembak robot-robot yang berusaha menyerangnya menggunakan seperangkat Minigun. Matanya tak sengaja melirik ke arah beberapa portal di langit, tempat robot-robot baru dikeluarkan. Dia melihat portal itu mulai mengalami glitch, dan hanya sedikit robot yang bisa keluar dari sana.

"Teman-teman, kelihatannya portal itu rusak!" teriak Ozkov pada beberapa rekan yang masih berada di dekatnya ikut bertarung melawan robot.

Solvo yang terus meninju habis robot dan Silva yang menebas mereka dengan beberapa bilah pedang terbangnya juga melihat portal tersebut mengalami sedikit kerusakan. Itu artinya, ada harapan bagi mereka untuk segera mengakhiri semua kekacauan ini.

"Syukurlah…," ucap Silva merasa lega.

Solvo sendiri menyipitkan matanya penasaran, "Siapa yang mampu merusak sistem portalnya?"

"Entah." Ozkov mengisi amunisinya. "Yang jelas, kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Segera habisi para robot dan jangan sampai mereka keluar menuju kota!"

"Baik!"

Ketiganya kembali berpencar melawan robot-robot yang masih ada. Apapun yang terjadi, mereka akan berusaha untuk menghabisi para robot sebelum mereka mulai menyerang seluruh kota.

~*~*~*~

"Apa-apaan ini….?"

Veronica agak mulai kesal saat semua programnya mampu diretas habis oleh seseorang. Sang Virtozous berusaha untuk balik meretas program lain, tapi hasilnya tetap tidak bisa.

Muncul beberapa notifikasi di semua panel hologramnya bahwa portal-portal yang ia buat untuk memproduksi robot mengalami gangguan fatal. Veronica sudah bisa menebak bahwa yang meretas portal dan menahan program portal baru untuk rekan-rekannya merupakan orang yang sama.

Dia hampir tidak bisa apa-apa kecuali duduk bersender dengan kesal sambil menggigit jari, sejenak berusaha berpikir untuk mencari jalan keluar, minimal menyelamatkan rekan-rekannya agar jangan sampai tertangkap oleh pihak keamanan atau pihak Organisasi NEBULA yang sebentar lagi akan sampai di Perusahaan Grace Orps.

Veronica pun mendesah kesal, "…. Apa boleh buat."

Tangannya menggeser semua notifikasi peringatan dari panel hologram, dan mulai menyusun program baru di panel yang baru tanpa memperdulikan beberapa notifikasi peringatan yang semakin banyak muncul di sekelilingnya.

"Aku akan mengirimkan Malware pada penyerang itu. Sisanya, fokus membawa kembali si sinting…!"

~*~*~*~

Ali sungguh tidak bisa kemana-mana lagi, benar-benar terjebak di dalam area parkir bawah tanah. Portal yang hendak dikirimkan Veronica mengalami gangguan, dan dia sendiri dikepung oleh dua Agent NEBULA. Tidak ada pilihan lain lagi selain melawan mereka. Tapi, Ali hendak menunggu lebih dulu tindakan apa yang akan mereka ambil selanjutnya.

"Jadi…." Dengan santai Ali bersedekap tangan di dada, "Kalian menantangku, heh…? Memangnya menurut kalian aku terlihat mampu bertarung, begitu?"

"Tidak usah belagu kau!" Rick menunjuk lancang Ali. "Buktinya kau berani menodongkan senjata pada kawanku!"

"Hentikan basa-basimu, Ali. Kau tidak bisa kemana-mana lagi sekarang," ucap Regan, menodongkan Revolver-nya. "Menyerahlah, dan serahkan dirimu pada kami. Kau harus mempertanggung jawabkan apa yang telah kau lakukan pada perusahaan ini."

Ali mendesah, mengusap wajah rupawannya. Ekspresinya tetap nampak santai, malah kini terlihat provokatif dengan seringai tipis ketika mendengar ancaman mereka.

"Kalian tidak mengira ini mudah, bukan?"

"Sudah kuduga, kau akan mengatakannya, Ali."

Regan menembakan satu peluru Revolver. Peluru itu sama sekali tidak mengenai Ali, justru tertembak ke aspal di depannya. Namun, kepulan asap tebal muncul dari peluru, mengurung Ali dan membuatnya tak bisa melihat dan sedikit kesulitan bernafas.

"Uhuk! Peluru asap?" gumam Ali sambil menutupi penciumannya dengan pergelangan tangan.

"Aktifkan Bor Tombak!"

"Bor Tombak : Diaktifkan."

Tiba-tiba Rick menerjang dalam kepulan asap di samping Ali dengan bilah tombaknya berputar ganas siap menusuk. Namun muncul butiran hologram menghadang tusukan tombak Rick. Butiran hologram itu perlahan mengeras, membentuk obyek sebuah pedang Berserker dengan hiasan dari gagang sampai bagian tengah pedang menyerupai moncong buaya.

"AndroMega?" Rick tercengang, bola mata birunya membulat sempurna menyadari bentuk sangar dari senjata yang menahan pusaran bor dari tombaknya dengan mudah.

Dengan sekali putaran pedang, tombak Rick lepas dari posisinya, membuatnya terjungkal mundur. Rick juga berusaha menghindari setiap serangan pedang besar itu sambil sesekali menangkisnya, hingga berakhir dengan melompat mundur menjauhi hantaman pedang Ali yang berhasil menghancurkan aspal berkeping-keping.

Sempat Rick mengelus dada berusaha menetralkan nafasnya karena tegang. Kalau saja Rick tidak menghindar, dia pasti sudah habis.

"Kau berusaha untuk membunuhku, bukan menangkapku, begitu?" Dengan santai Ali memanggul pedang besarnya di bahu. "Bor tombakmu bisa menghancurkan organ dalamku kalau sampai kena."

"Pedangmu bahkan bisa membuat tubuhku ditebas sampai tak berwujud lagi!" omel Rick kesal.

Ali merespon dengan seringai, "Memang itu yang—."

Belum sempat Ali menyelesaikan ucapannya, ia baru sadar ketika sempat melirik ke arah samping dimana tembok area parkiran bawah tanah berada. Tiba-tiba saja sudah ada sosok Regan berjongkok di tembok dengan pedang siap dihunuskan.

Dengan kecepatan kilat, Regan menerjang Ali dari segala arah sambil berusaha menebasnya menggunakan Katana Ekstensa. Dari kiri ke kanan, kanan ke kiri, atas, kanan, bawah kiri, kanan, terus begitu. Dan Ali juga tidak tinggal diam berusaha menahan segala tebasan beruntun bagai mesin pembunuh yang tiada habisnya.

Sungguh, Ali lebih memilih menangkis serangan ratusan Machine Gun ketimbang terjangan dan tebasan cepat Regan ini. Sangat merepotkan.

Ali terus saja menangkis semua tebasan yang semakin menghujaninya sambil mata reptilnya dengan jeli mengawasi pergerakan cepat Regan. Ketika sudah tahu kemana Regan menerjang selanjutnya, Ali langsung memukul keras tubuh Regan menggunakan permukaan lebar pedangnya hingga tubuh Regan berhasil membentur tembok sampai hancur.

"Regan!" Rick syok ketika melihat tubuh temannya terpental sebegitu keras ke tembok.

"Kau membuatku jengkel, Graciell," ucap Ali dengan nada yang masih terdengar santai, "Kau jauh lebih menjengkelkan daripada nyamuk-nyamuk liar yang suka berdengung di telinga orang."

"Diam kau, Keparat!"

Rick semakin naik pitam. Ia melemparkan tombaknya dengan dibantu pelontar Shotgun di ujung bawah tombak untuk membantu mempercepat lemparan Tombak Tyrant-X. Tentu saja Ali mampu menghindarinya.

Saat menghindari serangan tombak itulah, Regan kembali menerjangnya dari depan sambil mengayunkan pedang di hadapannya. Ujung pedang katana itu hampir mengenai leher Ali kalau saja refleknya tidak tepat dalam menghindari segala serangan. Dia bahkan sempat terkejut menyadari Regan masih bisa bergerak cepat setelah dibentur sekeras tadi.

Ayolah, benturan seperti itu masih belum seberapa bagi Regan dibanding benturan-benturan yang pernah ia terima selama baru dua minggu menjadi Agent. Jangan berpikir bahwa anak konglomerat tidak bisa tahan banting.

"Kau— Ekh!"

Ali benar-benar tidak diberi kesempatan untuk sekedar menarik nafas. Rick mendadak menyerangnya dari belakang pula, kali ini menggunakan kemampuan tombak api, sehingga setiap ayunannya akan menciptakan aliran gelombang api yang panjang.

Ali segera membungkuk menghindari serangan Rick dan berguling ke depan semakin menjaga jarak. Kini Regan dan Rick berusaha menyerang Ali dengan senjata mereka, dan Ali juga berusaha menahan serangan. Ketiganya saling dorong senjata, Regan dan Rick berusaha menjatuhkan Ali, tapi tubuh pria itu nampak lebih besar dari mereka sehingga sulit untuk didorong, mungkin hampir sama besar dengan tubuh Xeno.

"Ergh….! Kalian berdua sama-sama keras kepala…!" Ali terus berusaha menahan dorongan senjata keduanya.

"Kau yang memulai, Bodoh!" umpat Rick di tengah dorongan pada tombaknya.

Ketiganya terus saling dorong sampai Ali berhasil lepas dengan bersalto ke belakang. Setelah mendarat, Ali menerjang mereka sambil mengayunkan pedangnya ke arah mereka. Reflek Rick dan Regan menangkis dengan masing-masing senjata, tapi karena dorongan tebasan yang sangat kuat, mereka pun terpental tinggi ke depan.

Sebelum keduanya jatuh, Ali segera memodifikasi pedangnya secara otomatis.

"Aktifkan tahap Plasma Launcher."

"Plasma Launcher : Diaktifkan."

Padang Berserker itu bertransformasi dengan cepat menjadi Plasma Launcher dengan moncong menyerupai buaya sebagai moncong senjata tembak tersebut.

Tanpa repot membidik sasaran, Ali langsung menembakan laser padat ke arah mereka. Sayangnya akibat kecerobohan Ali itu, tembakan plasma tidak sempat mengenai Rick dan Regan karena mereka sempat terpental lagi akibat gelombang ledakan yang disebabkan oleh ledakan plasma pada bagian atas area parkiran.

Dengan kata lain, tembakan plasma malah mengenai jalan atas di area parkir bawah tanah. Hal itu membuat jalan di sana runtuh, menciptakan lubang yang cukup besar sampai cahaya terang mentari berhasil menerangi seisi area.

"Heh. Sayang sekali… meleset," ucap Ali saat matanya agak menyipit melihat cahaya mentari di atas sana.

Akibat serangan itu, tubuh Rick dan Regan sempat ditimpa oleh puing-puing kecil aspal jalan dan pilar penyangga area. Syukurlah, keduanya tidak apa-apa. Rick telihat masih mampu bebas dari puing-puing yang menimpanya. Hanya saja, kemeja yang ia kenakan benar-benar sudah hancur, membiarkan tubuh Rick sepenuhnya telanjang dada.

"Regan…!" Rick berusaha memanggil Regan sambil celingukan mencari keberadaannya. "Regan, kau tidak apa-apa?"

"Ugh!"

Rick menemukan Regan melempar jauh puing-puing yang sempat menimpa tubuhnya. Setelah bebas, Regan berlutut sambil mengatur nafas dan membersihkan debu-debu menempel di kemejanya yang sudah sobek, bahkan rambut perak panjangnya kini tergerai bebas karena ikatannya lepas.

"Baik-baik saja. Uhuk!" Regan terbatuk sejenak, "…. Hanya sedikit kewalahan."

Mereka berdua menatap tajam Ali yang masih berdiri santai dari kejauhan sambil memanggul Plasma Launcher putih di bahu. Wajah tengilnya sama sekali tidak terlihat merasa bersalah dengan semua kerusakan yang ia buat sekarang.

"Selama menjadi Agent, kita belum pernah sama sekali melawan musuh seberat ini," ucap Rick pada Regan, masih menatap tajam Ali.

Begitu pula dengan Regan. "Bagaimana dengan Positif dan Negatif?"

Rick mengangguk menanggapi, "Iya…. Kukira Virtozous kembar itu merupakan lawan terberat kita. Tentu saja, aku sudah menduga bahwa hal berisiko seperti ini akan terjadi."

"Hehe…."

Entah mengapa, Regan tertawa sendiri menanggapi ucapan Rick, padahal tidak ada yang lucu. Rick sendiri mulai menatap Regan heran. Tidak biasanya pria itu tertawa di saat serius begini. Apa karena bekerja sebagai pengusaha membuat otaknya jadi rada-rada sedeng?

"Regan…?"

"Kau tahu, Rick? Inilah alasan mengapa aku keluar dari organisasi."

Rick dibuat bingung dengan penyataan Regan. Namun, dia jadi teringat saat-saat Regan keluar dari organisasi, dari tim mereka. Sejujurnya, Rick penasaran dengan alasan Regan keluar.

Regan menundukan kepala sejenak sebelum kembali melanjutkan, "Orang tuaku tidak ingin aku terlibat dalam hal-hal yang berhubungan dengan kekerasan, terutama ibuku. Dia memintaku untuk tidak perlu menjadi Agent karena khawatir padaku."

"Saat ini, ibuku menderita kanker otak, dan sudah masuk tahap perawatan. Sangat kecil peluangnya untuk bisa sembuh walau teknologi sekarang sangatlah maju. Permintaannya itu mungkin merupakan permintaan terakhir ibuku walau pada akhirnya ia menyerahkan segala keputusan padaku."

"Biarpun ini bukan keinginanku, tapi aku harus mewujudkan impian Ibu, yaitu… menjadi seorang pengusaha tanpa harus terlibat dengan kekerasan. Sudah cukup selama ini aku mengecewakan keluarga. Biarlah aku mengalah…. Keinginan mereka juga demi kebaikanku, dan—."

"Aku tidak mengerti."

Kini Regan yang balik menatap Rick, tapi pria berkulit tan itu sudah mengalihkan pandangannya ke depan.

"Hei…. Hei!"

Dari kejauhan terdengar suara Ali yang mulai merasa bosan melihat mereka berdua.

"Kalian di sana benar-benar membuang waktu. Membuatku merasa mati kebosanan di sini," tanggap Ali setengah teriak, "Aku memang tidak begitu bisa mendengar percakapan kalian dari jarak segini, tapi aku yakin kalau kalian sedang membicarakan soal drama…."

Keduanya tidak menanggapi teriakan Ali. Regan masih penasaran dengan maksud dari ucapan Rick tadi.

"Aku… memang tidak mengerti seperti apa jalan hidupmu, Regan. Aku tidak pernah merasakan seperti apa punya ibu sebelumnya, bahkan aku tak ingat seperti apa rupa ibuku."

Rick berbalik, kembali menatap Regan dengan senyum lebar di bawah pancaran sinar mentari.

"Menurutku, kau anak yang sangat berbakti. Memang benar kita perlu memiliki jalan hidup kita sendiri. Tapi kewajiban sebagai seorang anak tetap harus dijalankan, bukan? Seberapa banyak kita berusaha membayar jasa-jasa orang tua, sampai mati pun takkan pernah bisa terbalas semua. Karena jasa orang tua sama sekali tiada batas. Andai saja aku masih punya orang tua, aku pun pasti akan melakukan hal yang sama denganmu."

Satu kepalan tangan Rick ulurkan ke Regan. Raut wajahnya yang agak sendu berusaha ia buat secerah mungkin, enggan memperlihatkan rasa sedihnya akibat teringat nasib bahwa dirinya seorang yatim piatu.

Regan sama sekali tidak mengetahui pasti seluruh kehidupan Rick. Pastinya, pria yang sejak kecil tinggal di area bawah tanpa orang tua memiliki hidup yang jauh lebih berat darinya. Inilah yang membuat Regan bangga dengan Rick. Semenjengkelkan apapun sifat Rick, Regan masih bisa melihat kebaikan luar biasa dari rekannya ini.

Mungkin ke depannya Regan akan berusaha lebih ramah lagi pada Rick, jika mereka masih bisa berteman.

"Tak masalah kau mau menjadi pengusaha atau Agent seperti kami," tanggap Rick kembali, "Kami akan tetap menjadi temanmu yang selalu membantumu setiap saat, Kawan."

Dan satu lagi hal yang disukai oleh Regan dari Rick. Rick merupakan orang setia kawan. Benar-benar ingin berteman dengannya secara tulus, bukan karena latar belakang Regan yang merupakan seorang konglomerat.

Regan kembali terkekeh. Ia pun membalas kepalan tangan Rick dengan kepalan tangannya pula, menandakan bahwa mereka merupakan kawan baik yang akan setia saling membantu satu sama lain.

"Baiklah." Kini Rick nampak lebih mantap untuk menghadapi Ali, bahkan ia sampai memutar-mutar tombaknya sesaat. "Ayo kita hajar badjingan di depan kita ini!"

Rick sudah bersiap dengan senjatanya, sedangkan Regan juga mulai berdiri dan kembali menghunuskan pedang katana. Namun belum sempat mereka siap bertarung kembali, seseorang terlihat meluncur dari bangunan pilar yang sempat runtuh, terhubung dari jalan di atas dengan area bawah tanah itu.

Ketika sosok itu berhasil mendarat di sana, ia melangkahkan kakinya pelan, hanya beberapa langkah sampai berhenti di tempat ketika matanya bertemu pandang dengan mata Ali.

"Sherka…?" panggil Rick dan Regan heran secara bersamaan.

Mata biru Sherka terbelalak syok melihat Ali, tapi tidak bagi Ali, pria itu malah nampak santai balas menatap balik.

Tanpa sadar gigi-gigi Sherka bergemeretak marah, kedua tangannya yang masih berselimut sarung tangan hitam terkepal sangat erat. Emosinya yang selama ini berusaha ia pendam kembali meletup-letup saat melihat wajah pria ini kembali.

Tentang nasib tragis, masa lalu, dan teror. Semua itu merupakan mimpi buruk Sherka selama ini setelah bertemu pria itu beberapa tahun silam.

"Aligator…!"

~*~*~*~