'Wah... aku benar-benar tersanjung, ternyata Nyonya Jia mengenal dengan jelas suaraku. Padahal kita baru sekali bertemu dan berbicara secara langsung, hem... sepertinya kau benar-benar dalam bahaya kali ini. Kau sudah mencuri perhatian dan juga hati seorang Ma-fi-a secara bersamaan. Yang artinya mulai dari sekarang segala gerak-gerik Nona Jia akan aku awasi.' Liu Qiang sengaja membuat nada penekanan di saat mengucapkan kata-kata Mafia.
'Jadi apa yang diberitakan itu benar? Kau adalah seorang Mafia?'
'Aku mulai suka berbicara denganmu, bahkan baru sebentar saja kita sudah bisa akrab tanpa harus bicara formal di antara satu sama lain. Bagus...!'
'Maaf...! aku tidak punya waktu untuk basa basi. Sela-' belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Liu Qiang langsung menyeka kata-kata Jia.
'Aku akan menjemputmu besok pagi! jadi sampai jumpa pagi besok Jia Li.'
'Tida-k!'
Liu Quang sudah terlebih dahulu memutuskan panggilannya. Jia berdecak kesal dan meremas kuat ponselnya.
'Jangan sebut namaku Jia, jika aku tidak bisa membongkar siapa dirimu didepan umum. Aku akan membuka topeng CEO itu dan menunjukan wajah monster mu!'
Monster keparat itu! bagaimana bisa dia mendapatkan nomor pribadiku, apakah dia benar-benar membuka ponselku tadi. Lalu bagaimana dengan rekaman itu? padahal itu bukti satu-satunya yang aku punya untuk mengungkapkan kejahatan Liu Qiang.
Seketika Jia Li berubah panik, kakinya berjalan mondar-mandir dalam kamarnya. Jia sudah punya firasat buruk sejak awal, dan apa yang ia takutkan ternyata benar terjadi.
Jia Li membuka kartu simnya dan dengan cepat membuangnya ke tong sampah. Jika benar-benar tidak ingin berhubungan dengan Liu Qiang.
Dia tidak boleh menghubungiku lagi, CK... bagaimana aku bisa lalai kali ini. Biasanya aku melakukannya dengan sempurna, dan bagaimana bisa aku terperdaya dengan tipu muslihatnya.
*
*
*
Keesokan harinya
Jia bangun lebih awal dari biasanya, ia memutuskan untuk berangkat ke perusahaan lebih awal. Walau Jia tidak yakin Liu Qiang akan datang, seperti yang ia katakan kemarin. Tapi sebagai persiapan Jia memilih untuk mencari jalan aman, Jia benar-benar malas bertemu pria itu.
Sesampainya di kantor penerbit berita, Jia masuk dengan langkah tegas seperti biasanya. Setiap hentakan kakinya menjadi pujian untuk sebagian wanita dan pria yang kebetulan ada disana. Siapa yang tidak tersanjung akan kecantikan, wibawa, dan kebaikan Jia.
"Good Morning Nona Jia...!" sapa beberapa orang yang kebetulan berpapasan dengan Jia.
"Good morning!" tersenyum lebar, "apakah Pak Kim ada di ruangannya?"
"Dia belum datang Nona, bukankah ini terlalu pagi untuk berada di kantor?"
"Oh... ya... aku lupa bahwa pagi ini aku datang terlalu cepat. Kalau begitu aku akan menunggu di ruangan ku saja. Tolong bawakan aku naskah berita hari ini, aku ingin mencoba melatih diri sebelum siaran langsung dimulai."
"Baik Nona...!"
Jia Li adalah wanita yang sangat dihormati disini, dia bahkan lebih dihormati ketimbang Manager dan CEO perusahaan. Jia bagaikan aset berharga perusahaan, jika bukan karena Jia mungkin perusahaan ini akan tutup dalam jangka beberapa bulan saja setelah mengalami krisis keuangan.
Di dalam ruangannya.
Jia perlahan-lahan membaca naskah berita yang akan ia bawakan sejam lagi. Sambil berlatih ia memandang cermin di ruangannya. Beberapa kali Jia mencoret kata-kata yang penting, kata yang dimana menurutnya butuh penekanan untuk sampai ke emosi para pendengar berita.
Tak terasa kerongkongannya terasa kering karena sedari tadi bersuara tidak jelas, Jia memutuskan untuk keluar dan mengambil segelas air putih.
Saat melewati lorong-lorong karyawan yang sedang bekerja. Dari arah lift yang berhadapan dengan Jia.
Lift terbuka, saat itu Pak Kim sedang berbicara dengan seseorang, pria dengan setelan Coat Korea berwarna abu-abu. Di belakangnya terlihat beberapa pengawal sedang mengawasi.
Jia Li mengatur mulutnya dengan kedua tangan, ia berusaha menghindar setelah melihat Liu Qiang ada di perusahaan ini bersama Pak Kim.
"Jia...!"
Baru saja Jia akan berjalan menyalip meja karyawan, namun Pak Kim yang sudah terlebih dahulu melihat Jia tanpa ragu memanggilnya.
"Ehrm... Pak Kim...! selamat pagi!" sapa Jia.
"Kau datang lebih awal Jia? biasanya kau akan berada di kantor sekitar jam 10 pagi, tepatnya lima belas menit sebelum siaran." Kata Pak Kim.
Jia dan Liu saling bertukar pandang, namun Liu terlihat memasang tatapan sinis kearah Jia. Jia dengan berani melawan balik, ia bahkan tidak berkedip sama sekali. Jia tidak ingin terlihat takut di hadapan Liu Qiang, walau sedang ditemani puluhan bodyguard.
"Karena Pak Kim sedang ada tamu, maka saya undur diri Pak Kim, saya keluar hanya untuk mengambil segelas air putih. Permisi... Pak Kim, Tuan Liu Qiang!" kata Jia berundur dengan sopan.
Jika kembali ke ruangannya, di dalam ruangan ia menutup pintunya rapat-rapat.
Kenapa dia ada disini? sebenarnya apa yang sedang ia rencanakan? aku merasakan firasat yang buruk tentang Mafia itu.
Jia mengintip ke arah jendela kaca, terlihat beberapa karyawan wanita memasang tatapan mereka kearah Liu Qiang.
Tentu saja ia mampu mencuri perhatian semua wanita, dia tampan dan kaya raya. Itulah yang wanita katakan jika melihat Liu Qiang. Walau terlihat dingin namun sikapnya dan cara berjalannya mampu membuat hati semua wanita meleleh.
Tak berapa lama Liu Qiang menoleh, dan dengan cepat Jia menjauhi kaca pembatas ruangannya.
"Semoga saja dia tidak melihatku!" gumam Jia.