Semua orang menatap ngeri pintu kayu bercat merah gelap dan memiliki sebuah tulisan kecil yang tertulis Dr.Kristal.
Semua orang menunggu dari pagi sampai sesiang ini hanya untuk menyampaikan laporan atas kinerja mereka. Hanya saja, tadi pagi Teo diusir dari ruangan Kristal dengan sadis yang membuat mereka takut untuk masuk. Jangankan masuk untuk mengetuk pintu saja mereka enggan.
Teo mengumpat kasar dan menyumpahi Kristal. Teo ditendang dari ruangan Kristal dihadapan banyak orang.
Penyebab sikap Kristal seperti itu karena misinya gagal dilangkah awal yang artinya dia harus mau melakukan langkah kedua.
Demi burung Teo yang masih perjaka ia tak rela untuk melepaskan status single nya sebegitu enteng untuk si psikopat itu.
"Angel!."
"Fu*k."
Angel kaget dengan orang yang mendobrak pintunya dengan kasar.
"Gawat Gel! Gawat!."
Yulia segera menarik berdiri Angel.
"Apa?."
"Itu ngel itu.. "
"Ngomong yang jelas napa sih Yul. Gue bukan suami elo yang bisa nerawang isi kepala lo."
"Gak usah ngelawak deh Ngel. Mana bisa suami gue kayak.. eh kok kita bahas suami gue sih. Ini situasi darurat Ngel."
"Lah lo bacot kayak mulutnya si Teo sih."
Angel memutar mata jengah.
"Si Varo mau beraksi Ngel."
"Otw jalan."
Segera Angel pergi diikuti Yulia dan ternyata di depan ruangannya banyak orang berkumpul membawa map.
"Kalian taruh laporannya di meja saya."
Setelah mengatakan itu Angel langsung pergi diikuti Yulia yang dari tadi sudah keringat dingin.
"Dimana dia Yul?."
"Hotel Freedom."
"Sh*t! tuh bocah nyari hotel kok ya hotel gede sih."
Angel mneggerutu tapi masih bisa didengar oleh Yulia.
Angel mnegebut dengan kecepatan tinggi. Sesampainya disana ia melihat Teo disana dengan beberapa anggota tim tambahan.
"Dia dimana?."
Angel menghampiri mobil Teo yang didalamnya sudah terlihat alat penyadap.
"Kamar no.345 lantai 7 sayap barat."
Segera Angel pergi masuk hotel sendirian tanpa Yulia maupun Teo. Tugas mereka mengawasi keselamatan Angel dan sekitarnya agar tetap aman dan kondusif.
Angel melihat nomor kamar didepannya dengan raut wajah dingin. Hari ini bukan hari baik untuk siapapun yang mencari masalah dengan Angel.
Brak
Angel menendang dengan keras pintu kamar dan langsung disuguhi pemandangan menjijikan. Varo sedang menyayat pergelangan tangan korbannya.
"Alvaro lo gila ya."
Varo menghentikan aksinya dan mengelap pisaunya yang penuh darah. Varo menatap Angel dengan mata yang gelap akan nafsu membunuh.
"Dokter Angel kenapa disini?."
"Saya dapat laporan jika tuan Varo disini bersama korban anda."
Angel mendekati korban Varo dan menatap ngeri pergelangan tangan wanita itu yang diukir Varo tadi.
"Jangan sentuh dia atau dokter mau gantiin posisi dia?."
Varo berjalan mendekat sambil mengelus pisau bedah miliknya. Angel menatap datar kelakuan Varo dan tetap menyentuh wanita itu.
"Kau memperkosanya?."
Angel melihat seluruh tubuh tanpa sehelai benang pun itu sambil mengernyit.
"Aku tak sudi melakukan sex dengan wanita jalang ini."
Varo memegang tangan kiri Angel dan memberikan pisau bedahnya ke Angel.
"Apa?."
Angel menatap pisau bedah ditangannya.
"Ini hadiah untukmu."
Angel menatap datar Varo yang masih setia menatap datar dirinya.
"Teo, aku beri waktu 4 menit kesini dan jangan lupa bawa 2 orang untuk membantumu membawa korban."
Angel menekan alat komunikasi di kupingnya yang daritadi terhubung dengan Teo.
"Aku bilang jangan sentuh dia. Aku belum cukup bermain dengannya."
Angel menarik keluar Varo dan berpapasan dengan Teo yang terengah-engah.
"Dia kritis."
"Oke."
Angel turun dan menyeret Varo ke arah mobilnya.
"Masuk."
Varo menurut untuk masuk mobil Angel. Angel melihat Yulia dan mengangguk kepadanya. Yulia paham dan segera melakukan tugasnya untuk membantu Teo yang daritadi mengoceh seperti burung beo yang haus belaian.
Angel masuk mobilnya dan pergi dari Hotel Freedom. Angel membawa Varo ke apartemennya.
"Turun."
Angel turun duluan dan menunggu Varo turun. Angel segera menyeret Varo untuk masuk ke apartemennya.
Varo selalu menatap wajah Angel yang cantik tapi begitu misterius baginya dan itu membuatnya sungguh menarik.
"Duduk."
Angel melepaskan genggaman tangannya dan segera pergi menuju arah meja di sudut. Angel datang menghampiri Varo dan lagi-lagi menyeret Varo untuk duduk di sofanya.
"Kenapa kau mengajakku ke apartemen mu?."
Angel yang daritadi sibuk mengobati luka bekas cakaran di pipinya akhirnya menatap Varo.
"Hanya tempat ini yang tak akan menarik perhatian orang."
"Kenapa?."
"Apanya?."
"Kenapa kau masih muncul dihadapan ku?."
Angel terdiam.
"Orang tua mu begitu memohon kepada ayah ku untuk kesembuhan dirimu. Aku tak bisa membantah perintah ayah ku hanya bisa pasrah dan melakukan tugas ku sebagai dokter mu dengan sebaik mungkin."
"Ohh."
Angel kembali mengobati luka cakaran itu dan salah tingkah saat Varo menatapnya dalam.
"Apa ada sesuatu diwajahku?."
"Kau cantik."
Angel seketika terpaku dan suara tawa mengejek Teo terdengar di kupingnya.
"Mata mu mulai rabun."
Angel kembali melanjutkan acara mengobati luka Varo.
"Aku tak berbohong."
"Hm."
"Berapa usiamu dokter?."
"26 tahun."
"Singel?."
"Ya."
"Benarkah?"
"Ya."
"Kau tak berbohong pada ku?."
Angel yang sudah mulai kesal dengan pertanyaan Varo pun akhirnya menghentikan acara mengobati Varo.
"Bagaimana aku bisa memiliki kekasih jika ayah ku akan menodongkan pistol ke arah teman laki-laki ku setiap kali ada laki-laki yang mendekati ku."
Varo tersenyum manis ke arah Angel.
Kenapa jantungku berdetak dengan cepat saat melihat senyumannya?. Angel membalas menatap Varo intens.
"Bagaimana kalau aku mendekati mu?."
"Lupakan. Aku tak mau kau dekati."
Varo menarik Angel kedalam pelukannya.
"Kalau begitu ayo kita menikah."
1 menit
2 menit
3 menit
4 menit
5 menit
"APA KAU GILA!."
🏵