Chereads / You Think / Chapter 3 - Pertemuan Pertama

Chapter 3 - Pertemuan Pertama

🏵 Jl.Restu Mertua No.32 Rumah No. 33 Jakarta Selatan

Sekali lagi Angel melihat nama alamat yang tertera di kartu nama yang diberikan ayahnya tadi siang.

Nama jalan ini begitu aneh tapi juga nyata karena sekarang Angel berada di depan gerbang rumah bernuansa modern ini.

Angel kembali menatap pagar rumah ini sekali lagi karena pagarnya begitu tinggi dan menutup penglihatan di balik pagar ini.

"Sana pencet belnya gih Kris."

Silver aka Yulia Setyo Rini, rekan sekaligus wanita satu-satunya dalam timnya selain dirinya.

"Mendadak perasaan gue gak enak Yul."

"Kenapa? apa karena nama jalan ini? Yaelah Kris, cuman restu mertua mah gampang. Apalagi nih, kayaknya bokap lo mau jodohin lo sama ni psikopat."

Angel menatap tajam Yulia yang dibalas cengiran oleh Yulia.

"Ngaco aja omongan lo. Mana mau gue sama dia."

Angel mengibaskan tangannya.

"Eh lo kan tau sendiri kalau malam ini lo gagal deketin target maka lo harus mau jadi bininya si psikopat itu."

"Bangke. Gak sudi gue."

"Lo kudu mau lah nyet. Secara kalau lo gak mau nikah sama si psikopat itu maka kita ssmua kena imbas. Gue gak mau disuruh cuti selama 1 tahun penuh."

"Ye kalau itu gue juga gak mau. Ntar si Kris malah ngadain syukuran diatas penderitaan gue."

"Lo berdua kebanyakan bacot. Tinggal pencet bel apa susahnya sih Ngel. Gak akan bikin tangan mulus nan bersih lo kotor taerus mendadak jadi item. Sana buruan pencet."

Teo yang sudah tak tahan mendengar perkataan dua wanita yang super ribet ini langsung menengahi.

"Kok lo ngegas sih Terong!."

"Gue ngasih jalan keluar buat perdebatan gak guna kalian ini. Cepetan masuk! Gak usah banyak bacot deh loh."

Kadang Angel punya cita-cita untuk menyumpal mulut tajam Teo dengan semua jenis terong yang ada di dunia ini karena Teo gak suka dengan terong. Padahal dia punya terong sendiri. Wk wk wk

"Lo juga bales bacotan gue Terong."

Segera Angel keluar dari mobil dan memencet bel di dekat gerbang.

"Dengan siapa ini?."

"Ah saya Angel. Dokter psikolog yang ditugaskan untuk mengobati tuan muda."

"Anda bersama siapa dokter?."

"Saya bersama asisten saya."

"Tidak ada orang lain lagi bersama anda?."

Angel mengangkat alisnya.

"Tidak ada. Hanya kami berdua."

"Silahkan masuk setelah gerbang dibuka."

segera Angel masuk ke dalam mobil yang membawanya untuk memasuki kawasan targetnya.

Angel turun dari mobil dan diikuti Yulia. Ada seorang pelayan wanita yang sedang menunggunya di depan pintu.

"Silahkan dokter dan nona ikuti saya."

Angel dan Yulia dibawa ke lantai 2 rumah ini. Selama perjalanan Yulia tak henti-hentinya menganga melihat kemewahan rumah ini.

"Silahkan duduk disini. Saya akan panggilkan tuan muda dan membawakan minuman untuk kalian berdua."

Pelayan itu pergi dan inilah waktunya bagi Angel untuk melihat sekitar.

"Dokter Angelica Julius Georgiana. Dokter psikolog ke 9 yang dikirim oleh orang tua ku."

Angel dan Yulia segera menoleh ke arah suara laki-laki yang menyebutkan nama lengkap Angel.

Terlihat seorang laki-laki tampan dengan mata hitam pekat menatap tajam ke arah Angel.

"Anda tau jika saya seorang dokter psikolog yang dikirim oleh tuan Marcus. Pasti anda adalah Alvaro Tulius Marcus. Pengusaha di bidang Properti dan perkapalan yang sekarang sedang merambat dalam dunia perhotelan yang sukses di usianya baru 32 tahun."

Alvaro atau sering disapa Varo hanya tersenyum yang membuat wanita manapun meleleh. Kecuali Angel. Bahkan sekarang Yulia pun tak henti-hentinya menatap Varo dengan mulut terbuka.

"Menarik. Ikuti saya dokter. Ah jangan bawa asisten mu. Cuma kita berdua."

Angel berdiri mengikuti langkah Varo. Angel dibawa ke sebuah ruangan yang pintunya berwarna hitam pekat.

"Ini ruang kerja saya. Kita bicara di dalam."

Varo membuka pintu dan mempersilahkan Angel masuk. Angel masuk dan tak lama terdengar suara bunyi kunci pintu.

"Kenapa pintunya di kunci?."

Varo berjalan mendekat ke arah Angel dan  otomatis Angel berjalan mundur sampai dia terpepet oleh meja di belakangnya.

"Karena permainan di mulai."

Wajah Varo begitu dekat dengan wajah Angel yang sedang memalingkan muka.

"Minggir."

"Sure."

Varo mundur ke belakang dan menatap tajam Angel. Sedangkan yang ditatap sekarang sedang gugup.

"Katakan yang sebenarnya. Apa yang diperintahkan oleh kedua orang tua ku kepada mu?."

"Mereka hanya ingin aku mengobatimu."

Varo tersenyum licik.

"Aku tak tertarik dengan pengobatan apapun dari mu. Sekarang pulanglah dan jangan pernah datang kenari lagi."

Varo berbalik akan pergi tapi langkahnya terhenti karena perkataan Angel.

"Nyawa ku taruhannya dalam job ini."

"Nyawa mu?."

Vano berbalik dan menatap intens Angel.

"Ya. Kalau kali ini aku gagal mengobati mu juga, maka hidup ku akan berakhir."

"Lalu kenapa kau menerimanya?."

"Karena ku rasa ini sebuah tantangan."

Varo mendekat ke arah Angel.

"Kau menjadikan ku sebuah tantangan?."

"Ya."

"Ck.. gadis pemberani. Aku suka gadis pemberani sepertimu. Mari kita lihat apakah disini juga berani."

Tangan Vano menyentuk leher jenjang Angel dan mengelusnya.

"Apa mau mu?."

Angel mulai ketakutan karena tatapan mata Varo.

"Aku mau kau mati sekarang."

Vano mulai mencekik leher Angel. Vano begitu semangat untuk mencekik Angel yang sedang berusaha melepaskan cengkeraman tangan Vano di lehernya.

"Le..lepaskan.. aku.. tak..  bisa.. bernafas."

Vano masih asik menikmati wajah menderita Angel. Tapi cengkeraman tangan Vano melonggar saat ia melihat Angel pasrah karena melemah dan tentu saja karena air mata Angel.

Segera Vano melepaskan cengkeramannya dari leher mulus Angel.

Angel terbatuk-batuk karena tenggorokannya sakit untuk bernafas.

Vano memeluk pinggang Angel dengan posesif.

"Aku benci wanita yang menangis saat aku membelai mereka."

Membelai macam apa itu? Angel hanya bisa berkata dalam hati karena tenggorokannya sakit.

"Aku menyukai mu tapi kau terlalu lemah untuk jadi dokter. Mari jangan bertemu lagi."

Vano mengecup bibir Angel dan segera melepaskan pelukannya. Segera Vano langsung berbalik pergi dan meninggalkan Angel yang tertegun karena kecupan Vano.

Shit! Gue kena jebakan dia.

🏵