Aku ini tak bisa apa-apa.
Di langit nan biru di atas sana, ada banyak bintang yang telah bersinar.
Memandu jalannya kami.
Ingin awalnya menggantai semua rasi bintang itu.
Tapi pada akhirnya, hanya satu yang tersisa
Yang satu itu adalah bintang panduanku.
Bulan Maret menandai saya diangkat jadi Menkominfo. Penunjukan ini ternyata bukannya tanpa alasan. Semua ini berawal dari rekomendasi kang aban kepada Pak Pres Rikwandi saat itu. Sebenernya awalnya Pak Pres maunya saya jadi Mensesneg (dia mengira aku cewek, padahal liat avatarku: Burung gagak jantan itu! Belon operasi!) tapi berkat hubungan belakang layar, barulah Pak Pres menerima masukan beberapa kang aban dan suhuku Phortoz.
Aku kan juga ingin tahu bagaimana sih bosku ini. Jadi aku bertanya kepada mereka. Kang aban mengatakan bahwa Pak Pres Rikwandi itu Presiden yang jenius dalam strategi militer, namun bukan golongan media. Kalau bicara soal strategi dan eksekusi operasi militer di lapangan, wuih, otak Pak Presiden Rikwandi yang membuahkan Operasi Sabrina yang rumit dan kompleks itu sungguh setara dengan Zhuge Liang dan Pang Tong .
Namun kalau soal media, Pak Presiden sungguh pendiam. Bahkan Pak Presiden tidak punya koran pas kepilih. (Nah tuh! Ada harapan jadi capres bagi golongan non-media!). Walhasil, pas udah jadi pun ia sampai harus dipaksa bikin koran, bahkan disogok 2 gold buat biaya pembuatannya. Pak Pres Rikwandi pun cuma mengisi korannya pakai gabah gering giling dua kilo plus berita lamaran eIstri, yang menurut eIstrinya katanya bahasa ngelamarnya pun kaya memo instruksi presiden.
Udah ah, dosa saya gosip muluh. Lanjutin aja. Jadi, kata kang aban, orang yang dipilih jadi Menkominfo harus ceriwis ke masyarakat buat mengimbangi Pak Pres yang sangat cool dan pendiam.
"Nah, jadi apa saya harus membacot kalo jadi Menkominfo?" Batinku.
"Enak aja", kata kang aban. "Kamu harus bikin program!"
Menkominfo harus bisa mengawal media nasional dari serangan junk dan spam.
Harus bisa memberikan asupan media bermutu kepada rakyat indonesia. Harus bisa menggairahkan media.
Weks. Tanggung jawabnya berat nian atuh. Panik juga saya karena waktu itu udah tanggal 8 maret seingat saya. Kabinet belum lagi dilansir, jadi saya harus udah punya program dan jalan dulu.
Kalau soal mengawal media nasional. yang diperlukan itu stamina online plus kecergasan. Semua berita yang terbit setiap hari harus dibaca. Para penyepam dan junkers diberi PM bernada sopan dan teguran. Saya pernah menegur orang-orang yang iklan-iklan aneh, termasuk artikel nengenai efek ramalan dalam permainan eRep yang makai metode rune ama batu kristal segala. Sebagian mengatakan jera setelah melihat saya mengacungkan peraturan media eIndonesia. Sebagian malah menantang balik dan tambah gila. Ngaco kan? Untung ada opsi mengadu ke Mimin buat memberi pelajaran bagi para perusuh media ini,
Kalo orang eHungaria yang sedang ramai-ramainya di eIndonesia mah susah dibilang spam, karena ibarat orang medan ketemu orang medan, bahasa Hokkian-lah yang berkicau. Kita cuma bisa melongo kaga ngerti sementara mereka cing cong fan ria. Namun mereka adalah sahabat yang ramah dan hangat.
Tidak cuma itu. Kalau ada berita propaganda yang menyudutkan eIndonesia, saya harus sigap membela nama besar eIndonesia. Kalau perlu propaganda balik. Saya biasanya beroperasinya lewat artikel dan media saja, tapi sekarang saya juga harus menyatroni forum.
Lalu, saya sendiri bercita-cita mengasup negara dan rakyat dengan informasi luar negeri bermutu dan berbau propaganda itu yang berat. Kalau saya sendirian saja mengejar-ngejar berita bisa mati kecapekan dan putus asa, sebab saya tak kenal orang ini dan itu. Maka, saya mengubah drastis gaya media saya dari koran semi-serius menjadi koran berita jurnalisme. Untuk mencari berita, saya terpaksa mulai melaksanakan rekrutmen dahsyat.
Pertama, saya merekrut news feeder: yakni para pengumpul berita luar negeri yang kerjanya membaca koran-koran menarik dan memberikan rangkumannya ke saya. Saya punya 5 newsfeeder saat sedang aktif-aktifnya menulis.
Satu orang eBrazil: dia meliput wilayah amerika latin dan portugal.
Satu orang eKanada: meliput eUSa dan eKanada, ia bahkan menawari informasi rahasia mengenai forum eKanada, yang saya tolak karena ragu.
Satu orang eHungaria: Bernama falban. Dia meliput berita eHungaria, eRumania, eItalia, dan eSwedia.
Lalu dua orang eIndonesia; alfonso (eUS, eUK, dan dia sukarela baca koran eRumania dan banyak lagi,) serta silentrazgriz (eASEAN).
Gaji mereka mahal. Satu gold per kepala per minggu, dan harus reguler dibayarkan. Aku nyaris bangkrut jika tidak ada negara yang mendukung program ini. Para news feeder ini biasanya mencari berita di pagi hari zona waktu mereka, dan malamnya menyetorkan rangkumannya, kecuali orang eBrazil. Yang ini setornya suka saat pagi-pagi sekali, sehingga baru bisa dimuat esoknya. Pada jam 08:00 WIB, saya sudah harus standby, lalu menghabiskan dua jam meramu berita, lalu menerbitkan sari berita jam 10:00. Kemudian mengiklankan koran di IRC, lalu patroli media pagi hari. Saat itu aku bertekad meniru DDB-nya kang n3m0 yang sangat kusegani.
Meski hanya permainan, ternyata membuat artikel serius membutuhkan pengorbanan waktu dan tenaga yang luar biasa. Inikah beban yang harus dikerjakan tiap hari oleh reporter dan jurnalis betulan? Jika benar, rasanya salut sekali kepada para pahlawan tinta seperti mereka. Setiap hari, aku harus baca puluhan berita dan artikel, membuat editorial, mengerjakan pekerjaan RL. Perlu stamina dan dedikasi buat melakukannya. Namun respon masyarakat sangat luar biasa, itulah yang membuatku bisa terus bertahan. Cakrawala kita juga menjadi luas saat kita mulai membaca begitu banyak koran dalam dan luar negeri. Kita bisa mengetahui karakter suatu bangsa, opini mereka, serta berbagai permasalahan yang mereka hadapi.
Suplemen: Dinamika Dalam Negeri Warga eIndonesia
Penulis berpandangan bahwa konflik internal warga eIndonesia sebagai bagian dari proses tiada akhir dari perubahan suatu bangsa. Semakin aktif dan panas seterunya, meski memercikkan api dan kadang darah, justru semakin menandakan kepedulian mendalam mengenai eIndonesia tercinta. Dalam hal ini, perlu dibahas juga berbagai isu pokok dalam tubuh eIndonesia sebagai berikut:
Konflik Mengenai Pemberian Kemerdekaan Kepada Siapa pun
Baik itu kepada Australia, South Afrika (sayang belum terjadi), India, atau Cina, dan terutama… Argentina, acap kali pemerintah menyetujui pelepasan tanah yang dengan mati-matian telah direbut, niscaya muncul seruan dan jeritan protes dari warga bangsa. Terutama dari golongan para prajurit yang telah ikut bertempur dan berkorban jiwa di ranah bersangkutan.
Terlepas apakah keputusan pemerintah itu benar atau salah, yang pasti berkat keputusan mereka jugalah kita bisa mencapai kejayaan yang bisa kita nikmati saat ini. Juga harap diingat bahwa kejayaan eIndonesia juga bergantung dari adanya dukungan dari negara-negara lainnya sebagai sahabat kita. Terkadang ada yang membayangkan citra kejayaan itu sebagai eIndonesia yang menguasai bumi. Ada juga yang melihatnya sebagai citra eIndonesia yang disegani dan dihormati.
Bentrok antara kedua pandangan ini akhirnya dirasionalisasi dengan kompromi berupa: eIndonesia adalah negara adidaya, gila perang, tetapi karena tidak mungkin menguasai semua penjuru bumi, maka kita berhak menguasai sebanyak mungkin wilayah yang ada, dengan menjaga persahabatan dan reputasi kita di mata dunia.
Pemerintah selalu Salah, jika Pemerintah Benar jangan dipuji
Sejarah IRL kita menunjukkan bahwa kita adalah bangsa yang jarang sekali memberi pujian kepada pemerintahan kita. Pujian bisa muncul pun hanya setelah diteliti masak-masak dan tak terbantahkan lagi, pujian yang singkat dengan bibir yang tipis, meski melalui silat lidah segera saja pujian tadi bisa jadi kritik plus maki-makian.
Terkadang, dalam menjalankan rencana masa depannya, pemerintah dipaksa melakukan pengorbanan besar demi meraih sesuatu di masa depan. Bahasa filsufnya: menjual satu ekor burung di tangan demi menembak burung-burung dengan senapan (yang akan dibeli dengan burung tadi). Tapi warga seringkali tidak melihat uang transaksi burung tadi, atau pun rencana menembak burung. Warga juga marah ketika pemerintah membeli senapan dan marah ketika saat proses menembak banyak peluru berdesingan membuat ribut, dan mereka baru berteriak gembira saat burung-burung berjatuhan. Hanya untuk marah lagi ketika pemerintah membeli tank besi…!
Terlepas dari itu, jika warga diam saja, pemerintah cenderung semaunya. Pemerintah tidak akan ada yang menjagai, dan menjadi lalim dan sewenang-wenang. Atau, bisa saja pemerintahan yang muncul adalah pemerintahan tauge, alias pemerintahannya hanya punya visi sekarang saja, 1 bulan saja, sehingga bisa saja saling menggagalkan program yang dibangun pemerinath sebelumnya atau akan datang. Perumpamaannya adalah seperti sebuah kapal yang nakhodanya menyuruh berlayar sebentar ke utara, lalu ke selatan, ke utara, ke selatan, dst.
Korupsi
Apalagi jika sudah menyangkut Kura-Kura Ninja (KKN), tak terbilang banyaknya artikel yang menuduhkan kata korupsi atau tidak transparan. Bahwasanya, saya tidak tahu siapa korupsi atau tidak, akan tetapi warga eIndonesia dan Indonesia pada umumnya harus paham bahwa Korupsi 0% itu bisa dicapai.
Dalam IRL, saya melihatnya dalam eksekusi organisasi bernama Grameen Bank dan banyak sekali Yayasan Humanisme yang saya kenal. Sedangkan dalam game ini, korupsi sangat minim sekali. Meski banyak yang tergoda melakukannya, saya merasa pelakunya pun saya rasa takkan langgeng dalam game ini dan dicela, karena itu demi game itu sendiri, tentunya korupsi itu bisa diminimalisir. Dengan pemikiran itu, marilah kita bersikap terbuka bahwa pemerintahan yang tidak korup itu ada dan patut dipuji. Pemerintahan yang tidak korup itu tidak selangka yang kita bayangkan.
Habisnya, jika pemerintah korup, bagaimana mungkin kita bisa menguasai dunia? Indonesia RL pun demikian kayanya hingga kadang-kadang sukar dipercaya, tapi kadang bukan korupsi yang melumpuhkannya. Melainkan korupsi batin dan sudut pandang yang menafikan apa yang putih sebagai hitam, dan apa yang hitam sebagai selama-lamanya hitam, tetapi sembari menaruh toleransi dan membungkuk-bungkuk kepada yang hitam itu sendiri. Heran juga, cinta atau bencikah kepada korupsi kita ini? Beruntung ini bukan IRL, tapi beruntung juga IRL karena ada kita sebagai komunitas teladannya.
Jikalau kita masih menganggap pemerintah korup, maka mohon periksalah dengan cermat. Lalu jika mereka memang korup, maka tanpa dituduh pun mereka sudah tersingkir dengan sendirinya.
Keributan Politik
Kekisruhan politik selalu menjadi bumbu dinamika di eRepublik. Sebelum modul war dibuka, pada permulaannya, pergulatan dan isu politik selalu menjadi hiburan yang amat dinantikan. Mulai dari pergumulan antar partai, golongan, tokoh, hingga debat kusir mereka melalui artikel dan chat.
Pada awalnya, orang dengan mudah bisa tenggelam dalam emosi jika terlibat dalam arus pergulatan dan keributan ini. Isu yang tadinya ringan bisa dengan cepat menjalar kemana-mana, disertai sejarah dan hikayat lama yang diungkit-ungkit kembali. Semua macam komentar makin membumbui dan menjerang suasana.
Apalagi jika partai oposisi yang kontroversial bernama PKeI yang mulai koar-koar. Partai dengan lagu kebangsaan Genjer Genjer ini, selalu memosisikan dirinya sebagai pemicu dinamika politik. Apa saja mereka kritik dengan cerdas, pedas, dan panas. Jika kita tidak memahaminya sebagai cara menikmati permainan, jelas kita akan terlarut dan terpancing dalam emosi.
Namun di luar itu semua, bahkan PKeI yang paling gemar mencari keributan pun sangatlah nasionalis. Ketika kepentingan atau keselamatan bangsa terancam, semua tangan pun sangga menyangga, bahu membahu, demi eIndonesia!