Begitu mengatahui ketiga orang tadi adalah anggota Batalion Kalajengking, orang-orang pasar Pendopo yang siap mengeroyok langsung mundur.
Melihat warga mulai jerih ketiga oknum itu sebaliknya timbul keberanian, malah mereka mulai main tangan. Penjual es yang menagih yang jadi sasaran kemarahan. Mereka memukuli penjual es dan anaknya. Pasar Pendopo jadi geger.
Peristiwa itu sampai ke telinga Pasirah Zaini, yang berada di kantor pasar. Sebagai pemimpin masyarakat Marga K.M.Lintang sekaligus kepala pemerintahannya, dia pun turun tangan. Pasirah datang ke tempat kejadian. Langsung melerai.
Ketiga oknum tidak terima, dia berbalik ingin menerang Pasirah Zaini. Melihat gelagat tidak baik spontan Pasirah Zaini mencabut pistol dari pinggangnya, lalu ditodongkan ke oknum tadi. Suasana menjadi semakin tegang dan mencekam karena warga yang melihat jadi terpancing emosi melihat oknum TNI itu ingin menyerang Pasirah Zaini.
Untung suasana tegang mencekam itu dapat diatasi oleh Pasirah Zaini dengan menenangkan warga dan membawa ketiga oknum TNI itu ke kantor Pasar Pendopo. Setelah mendapat nasihat-nasihat mereka dipersilakan pulang ke markas mereka di Talangpadang.
Insiden siang di Pasar Pendopo itu dalam sekejap menyebar ke seluruh Lintang Empatlawang. Peristiwa itu jadi perbincangan warga. Mereka kagum dengan keberanian Pasirah Zaini menghadapi oknum yang terkenal ganas terhadap rakyat.
Nyaris Terjadi Pertumpahan Darah
Ketika seluruh masyarakat menganggap insiden di Pasar Pendopo sudah selesai. Ternyata bagi Batalion Kalajengking belum selesai. Mereka menganggap tindakan Pasirah Zaini adalah tindakan menyinggung kehormatan pasukan dan harus dimintai pertanggungjawaban.
Itulah yang terjadi di rumah Pasirah Zaini setelah bubar pasar. Dengan mengendarai jeep militer warna hijau rimba satu tim Yon Kalajengking "menjemput" Pasirah Zaini untuk dihadapkan ke komandan batalion di Talangpadang.
Penjemputan itu disaksikan Balqies kecil, yang segera memberitahu ayahnya.
Tak lama setelah jeep militer yang membawa Pasirah Zaini ke Talangpadang pergi. Orang-orang lelaki dewasa, sanak famili di Desa Gn. Meraksabaru sudah berkumpul di rumah Pasirah Zaini. Mereka membahas peristiwa yang baru saja terjadi.
Mereka berkumpul masing-masing membawa senjata tajam. Beragam senjata tajam pusaka turun-temurun dikeluarkan dari tempat penyimpanannya.