Chereads / Tentara Kalajengking / Chapter 5 - BERSIAP MENYERANG

Chapter 5 - BERSIAP MENYERANG

Ratusan orang bersenjata api dan senjata tajam yang semula berkumpul di depan rumah Pasirah Zaini atas komando Kholid Handan berlompatan ke atas truk, yang lain masuk kendaraan minibus dan ada yang sudah memain-mainkan gas sepeda motor. Mereka bergerak menuju Talangpadang. Hanya ada satu tujuan membebaskan Pasirah Zaini dari tangan Batalion Kalajengking secara damai atau ditebus dengan nyawa.

Semua lelaki dewasa baik yang sudah berkeluarga maupun masih bujang menyatakan "siap mati". Api kemarahan telah membakar hati dan jiwa mereka. Tidak ada lagi rasa takut atau ngeri meskipun mereka tahu akan berhadapan dengan pasukan militer bersenjata otomatis dengan jumlah peluru tak terbatas.

Sementara itu, di Tanjungraya (Nyeraye), Pasirah Tobel, saudara sepupu Pasirah Zaini, juga sudah menyiapkan bala bantuan dari Marga K.M. Musi Ulu. Mereka juga mengendarai bermacam kendaraan, juga sudah melengkapi diri dengan bermacam senjata tajam dan senjata api.

Rakyat dari dua marga bergabung jadi satu. Belum lagi dari Talangpadang. Jumlah kekuatan rakyat sudah tak terhitung.

Rombongan Pasirah Tobel manunggu rombongan dari Gn. Meraksabaru yang dipimpin Kholid Hamdan. Mereka akan berangkat bersama ke Talangpadang. Ketika "pasukan" Kholid Hamdan tiba mereka langsung berangkat. Semua senjata api sudah terkokang dan siap tembak. Para pemegang senjata api berdiri di atas truk dengan laras senjata menghadap ke depan. Jika ada anggota Kalajengking menghadang di depan pasti ditembak mati.

Diiringi Doa

Sepeninggal Kholid Hamdan dan rombongan, para kakek-nenek, perempuan dan anak-anak berkumpul di halaman masjid Al Ikhlas Desa Gn. Meraksabaru. Mereka memanjatkan doa selamat dan mohon kemenangan pada Allah apabila pertempuran tidak bisa dihindari.

Para kakek yang berkumpul diantaranya Nek Unus (Ghozali), Nek Aji (H. Hamidin), Nek Ning (H. Harun alias Paman Yun), Nek Mambok (H. Saman), Wak Kholil lanang, Nek Mat (H. Mak Mansyur Setur) dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebut namanya.

Usai berdoa bersama mereka tetap berkumpul sambil menunggu kabar dari Talangpadang. Untuk mengisi waktu para tetua dusu  itu ngobrol membahas kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi, termasuk kemungkinan terburuk.

Hebatnya, wajah mereka tidak menampakkan kecemasan meskipun baru saja mereka melepas anak dan cucu untuk bertempur melawan pasukan militer. Mereka yakin pusaka dan ilmu batin yang dikuasai anak-anak mereka akan mampu membuat senjata api musuh tidak bisa meletus.