Iring-iringan kendaraan yang membawa orang-orang bersenjata menuju Talangpadang terus bertambah jumlahnya. Tiap desa yang dilalui seperti Beruge Tengah, Pagaralam Dampeng, Pasar Pendopo, Betuge Ilir, Muara Lintang, ada saja warga yang ikut, begitu juga kendaraannya.
Dari Pasar Pendopo, Mang Din dan Mang Sahak menggerakkan keluarga besar Depati Kuris yang ada di sana. Belum lagi datang bantuan dari Desa Tanjungraman, Nanjungan dan Pagarjati.
Sementara yang dari arah Muara Pinang juga masih berdatangan iring-iringan truk dengan puluhan orang bersenjata tajam di atasnya. Diantaranya ada yang dari Padang Burnai. Rombongan ini dipimpin Mahmud.
Digambarkan pada waktu itu, rombongan paling depan yang dipimpin Kholid Hamdan sudah tiba di perbatasan Pasar Talangpadang, sementara ekor rombongan berada di Padangsurau. Dapat dibayangkan betapa panjangnya konvoi kendaraan yang hendak menyerbu markas Yon Kalajengking.
Dari situ juga dapat dilihat betapa rasa solidaritas dan ikatan persaudaraan yang sangat kental, sehingga nyawa sendiri tak hiraukan lagi demi menyelamatkan nyawa saudara yang keselamatannya terancam.
Zaman sekarang hal seperti itu sepertinya sudah tidak ada lagi. Jangankan mengorbankan nyawa, melepaskan lembaran uang seratus duaratus ribu saja berat untuk saudara atau famili yang sedang sekarat.
Dihadang di jalan
Berita tentang datangnya bala bantuan dari Lintang Empatlawang sudah sampai di Talangpadang. Hal itu membuat suasana di sana semakin tegang.
Bagi sanak famili di Talangpadang, berita tersebut menjadi rangsangan keberanian. Nyali mereka yang sejak semula sudah terbakar semakin berkobar.
Tetapi, bagi pasukan Batalion Kalajengking hal itu adalah betita buruk. Mereka makin meningkatkan kesiagaan. Seluruh anggota sudah dipersenjatai dengan senapan serbu M-16 dengan magazen penuh. Mitraliur pun disiagakan di depan pos penjagaan dan siap menyiramkan pelurunya jika ada serangan.
Personel Yon Kalajengking yang bermarkas di Tebingtinggi dipanggil semua merapat ke Talangpadang. Suasana di Talangpadang semakin tegang. Penduduk menutup dan mengunci rumahnya rapat-rapat, anak-anak dilarang bermain diluar rumah. Lelaki dewasa bergerombol-gerombol di tiap sudut desa, dan masing-masing mereka memegang senjata tajam. Agaknya perang sudah tak bisa dibendung lagi.
Kabar terakhir yang sampai ke Talangpadang bahwa rombongan Kholid Hamdan dari Lintang sudah mendekati desa terdekat sebelum Talangpadang dari arah Padang Surau. Berarti sudah sangat dekat dengan Talangpadang.
Mendengar berita tersebut, Bicak Ning Madjid mengutus seseorang untuk mencegat rombongan itu di desa tersebut. Beliau berpesan agar Kholid Hamdan dan rombongan standby saja di sana.
Kholid Hamdan yang terkenal temperamental langsung naik darah mengetahui rombongannya dihadang di jalan. Untung si utusan cepat mengatakan bahwa itu adalah perintah dari Bicak Ning Madjid. Mengetahui bibinya sendiri yang memerintah amarah Kholid Hamdan langsung reda.