Dalam tempo singkat kabar di"jemput"nya Pasirah Zaini oleh anggota Batalion Kalajengking menyebar ke seluruh Lintang. Hal itu memicu amarah warga, khususnya penduduk Marga K.M. Lintang. Mereka tidak terima pemimpin mereka diperlakukan sewenang-wenang oleh Batalion Kalajengking. Dalam pikiran mereka Pasirah Zaini bakal dianiaya di markas Kalajengking.
Maka, dalam waktu sekejap belasan truk berisi penduduk mulai dari Desa Sarangg Bulan sampai Desa Muaralintang merapat ke Desa Gn. Meraksabaru.
Mereka berasal dari 13 desa yang merupakan bagian dari Marga K. M. Lintang. Para penduduk itu datang dipimpin Gindo (kepala desa) masing-masing.
Para penduduk datang lengkap dengan senjata. Ada yang membawa keris, tombak, pedang, golok, bahkan senjata api. Mereka sudah siap perang. Belapati terhadap pemimpinnya.
Selain penduduk 13 desa, datang pula rombongan lain yang merupakan keturunan Depati Kuris Notoyudo dari berbagai desa.
Di pusat Desa Gn. Meraksabaru, seputaran Masjid Al Ikhlas sudah ramai orang bersenjata tajam. Dari zuriat Puyang Kuris diantaranya, Kholid Handan, Syahrir Hamdan, Mang Sahak (ketiganya dari Pasar Pendopo), belum lagi yang berasal dari Desa Gn. Meraksabaru, seperti Rd. Bakhtiar (Wak Gaya), Ujang Madjid, Mang Kaswi, Yar Gambab, Wak Maten, Wak Karim dll tak kalah garangnya.
Upaya Mencegah
Melihat sitasi yang semakin tegang, beberapa personel Batalion Zeni Konstruksi (Yon Zikon) 12 Laba-laba yang bermarkas di Desa Gn. Meraksabaru, berusaha menyadarkan warga bahwa tindakan mereka berniat menyerbu markas Batalion Kalajengking akan berakibat fatal.
"Bapak-bapak tolong dengarkan saya. Menyerbu ke sana berbahaya. Peluru senjata Bapak-bapak hanya butiran. Mereka punya gudangan. Sebaiknya urungkan saja," kata personel Laba-laba berpangkat sersan.
Kemarahan warga yang sudah sampai ke ubun-ubun membuat warga sudah kehilangan rasa takut. Apalagi ada kabar bahwa di desa-desa yang akan dilewati sampai ke Talangpadang masih ada ratusan orang yang akan ikut berjibaku.
Datang pula berita dari Talangpadang bahwa keluarga Kuris di sana sudah siap mati demi membebaskan Pasirah Zaini. Dua hulubalang keluarga Kuris disana, Sofyan Madjid (Jadok) dan Syamsuddin Madjid dikabarkan sudah berkali-kali ditahan karena langsung ingin menyerang markas Kalajengking. Keduanya terkenal berani dan tidak mempan senjata.
Sementara di Desa Gn. Meraksabaru belasan truk dan mobil pribadi serta sepeda motor sudah mulai bergerak. Yang ditunjuk jadi "panglima" perang adalah Kholid Hamdan. Putera pejuang 45 ini membawa senjata api laras panjang jenis LE. Mang Sahak membawa US Carabin, Syahrir Hamdan sepucuk pistol.
Adalagi yang membawa senjata api, yakni Mang Mukti dan saudara-saudaranya membawa karaben dan kecepek.
Yang paling menarik perhatian adalah Mang Kaswi. Beliau membawa sebilah keris pusaka. "Ini keghis pusako setetes darah, sekali keluagh jak perangkonyo harus minum daghah," kata Mang Kaswi pada waktu itu.