[Happy Reading]
"Aku ingin memakan yang lain." Pria itu dengan smirk smilenya.
Jean berfikir keras dengan ucapan pria itu. Ada rasa takut menyelimuti dirinya.
"Apa itu mahal?" Tanya Jean polos.
Pria itu menyunggingkan senyumnya. "Jangan terlalu di pikirkan, nona. Aku tidak akan meminta yang tidak bisa kau gapai."
Jean sedikit merasa lega, setidaknya ia bisa menepati janjinya mentraktir pria yang sama sekali tidak ia kenal.
Tanpa di duga, pria itu mendekat, bahkan lebih dekat dengan membisikan sesuatu tepat di kuping, tidak lebih tepatnya di tengkuk Jean.
"Kau harus menyiapkan apa yang aku mau nona." Bisiknya sensual membuat tubuh Jean menegang.
Pria itu meninggalkan Jean yang memaku tidak bisa berkata-kata.
Sekian detik baru Jean menyadari pria itu telah pergi jauh.
"Je!!" Panggil Chanyeol dengan nafas memburu akibat berlari.
"Chan." Jean terheran melihat Chanyeol seperti habis di kejar mantan.
"Apa yang kau lakukan disini? " Tanya Jean.
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Apa yang sedang kau lakukan disini? Kau meninggalkanku dengan temanmu yang cerewet itu. " Kesal Chanyeol pada Jean yang meninggalkannya berargumen tidak jelas dengan Cheryl.
"I-tu.. Ahh!!! Hanya mencari udara segar sebentar. Kau tahu, di dalam banyak sekali asap rokok. Paru-paru ku butuh oksigen." Bohongnya.
Chanyeol menatap lekat Jean, tubuhnya menegang takut Chanyeol mengetahui kebohongan nya.
"Sudah waktunya pulang, bukan?"Ranya Chanyeol tiba-tiba.
"Iya, sudah waktunya pulang." Jawab Jean cepat menghilangkan gugupnya.
"Bersiap-siaplah, aku akan menunggu." Kata Chanyeol menyuruh Jean untuk bergegas.
Jean menghela nafas lega Chanyeol tidak menyadari ia sedang berbohong.
Jean pun berlari kecil ke ruang gantinya. Tanpa sadar Chanyeol memandang punggungnya yang menjauh dengan lekat.
"Apa yang kau sembunyikan, Je." Gumamnya.
*******
Pukul 4:38 pagi Jean baru sampai dl di rumahnya.
"Ini." Jean menyerahkan helm yang ia kenakan pada Chanyeol.
"Pulang dan tidurlah. Mahasiswa seperti apa kau ini jam segini belum tidur. Bukankah kau ada kelas pagi hari ini? Jangan sering datang ke club Chan. Kau ini mahasiswa." Protes Jean pada Chanyeol yang sering pulang pagi demi menjemput dirinya. Chanyeol tidak mengucapkannya langsung. Ia selalu berbohong pada Jean, kalau tidak kerja kelompok ya tidak bisa tidur. Tapi Jean tahu betul Chanyeol datang untuk menjemputnya.
"Aku datang karena kebetulan baru pulang kelompok, Je." Kilahnya lagi.
"Ya, ya, terserah kau saja, Dambo." Ucapnya mengalah. Toh percuma, Chanyeol akan tetap mengelak.
Jean hendak membuka pintu pagar rumahnya, namun chanyeol segera memanggil Jean.
"Je." Panggilnya.
Jean berbalik menunggu apa yang akan di katakan Chanyeol padanya.
Beberapa detik hingga dia menit berlalu, Chanyeol tidak juga membuka suaranya.
"Apa si. Manggil tapi tidak mau bicara. Aku masuk." Jean meninggalkan Chanyeol dan masuk kedalam rumahnya.
Chanyeol tertawa pelan, merutuki kebodohannya yang tidak bisa berterus terang pada Jean. "Mungkin lain waktu. " Kata Chanyeol lalu pergi meninggalkan rumah Jean untuk pulang.
***
Jean masuk kedalam rumah dengan langkah kecil, takut membangunkan seisi rumah yang sedang terlelap karena sekarang masih sangat pagi, jam - jam orang masih terlelap dalam tidurnya. Kecuali Jean ang memang menghabiskan malamnya dengan bekerja.
Saat melewati kamar orang tuanya. Jean mendengar suara desahan dan cekikikan dari dalam kamar milik orang tuanya. Jean mengira daddy dan ibunya sedang melakukan aktifitas malamnya. Tapi Jean salah. Ia mendengar suara berbeda dari dalam kamar itu.
"Suara yang berbeda. Lagi? " Jean tidak habis pikir dengan ibu tirinya. Dengan tega disaat daddy nya sedang mencari uang di luar kota untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, ibu tirinya malah asyik berbagi ranjang dengan pria lain. Bukan sekali dua kali Jean mengetahui ibu tirinya membawa pria berbeda.
Menegur? Sudah Jean lakukan. Namun ibunya jauh lebih marah karena Jean telah ikut campur urusannypa. KDRT selalu Jean dapat dari ibunya tirinya. Jean selalu dapat pukulan, tamparan ataupun tendangan jika ibu tirinya sedang mabuk atau kalah berjudi.
Jean memilih berlari agar tidak mendengar suara laknat dari dalam kamar itu.
Jean merebahkan tubuhnya di atas kasur single miliknya. Begitu nyaman bagi Jean meski tidak besar kasur miliknya, namun cukup nyaman untuk ia bisa terlelap setelah rutinitas melelahkan.
Baru saja ingin memejamkan matanya. Mata Jean kembali terbuka karena suara bising dari kamar yang tidak jauh dari kamarnya.
"Apa melakukan itu harus dengan teriak-teriak? " Kesal Jean yang terganggu dengan suara rintihan nikmat dari ibu tiri dengan pria yang ia ajak bersama.
Jean memilih beranjak dari tempat tidurnya untuk mengganti pakaian yang nyaman untuk tidur.
Setelah selesai mengganti pakaiannya, Jean juga sudah tidak mendengar suara desahan dari ibu tirinya. "Akhirnya bisa tidur nyenyak. Aku haus. " Jean beranjak turun ke kitchen untuk minum.
Jean membuka lemari es yang terdapat banyak sekali minuman milik ibu tirinya. Jean mengambil air putih dan segera menghabiskannya hingga tandas.
Tanpa Jean sadari, dari belakang punggung Jean ada seorang pria memperhatikan Jean dengan mata berbinar. Saat ini, Jean mengenakan tshirt putih polos kebesaran dan celana hotpants di atas paha menunjukan kaki jenjangnya.
"Hai cantik. " Ucap seseorang dari balik punggung Jean.
Jean kembalikan tubuhnya was-was.
"Mau apa kau? " Tanya Jean. Tatapan tidak suka untuk pria itu terlihat jelas dari tatapan matanya.
Bagaimana tidak. Pria itu dengan jamblang memperlihatkan muka laparnya pada Jean.
"Bukankah tadi kau mendengar permainan hebat ku dengan ibumu, bukan? " Kata pria itu to the poin.
Jean sedikit takut dengan pria yang di bawa ibunya pulang. Jean menghiraukan ucapan pria itu dan ingin kembali ke kamarnya. Tapi pria itu menghalangi jalan Jean dengan berdiri di depan Jean, memblok langkahnya.
"Kau mau apa. " Geram Jean pada pria itu yang sekarang sedang menyeringai.
"Kau mau mencoba permainan seperti ibumu tadi? Oh god, dia sampai berteriak senang dengan permainanku. " Ucapnya bangga mengingat pergulatan panasnya dengan ibu tiri Jean.
"Dalam mimpimu saja. " Ketus Jean berjalan ke arah sisi yang pria itu untuk akses dia jalan.
Dan lagi - lagi pria itu memblokade langkah Jean. "Kau munafik nona. Bermainlah sebentar denganku. Akan kupastikan kau akan memohon kembali padaku. " Ucapnya percaya diri.
Kesal, Jean menendang tulang kering kakinya agar ia bisa terbebas dari pria gila yang di bawa ibu tirinya.
Pria itu mengaduh kesakitan memegang kakinya yang terkena tendangan.
Baru beberapa langkah, tangan Jean di cekal dan di tarik kasar oleh pria itu. "Kau suka bermain kasar? Baiklah akan aku turuti. " Seringai nya.
Pria itu memepetkan tubuh Jean ke meja dan mencoba untuk menciumnya.
Jean menghindari dengan cara memalingkan mukanya. Pria itu tidak habis akal dengan mencengkram wajah Jean.
Kesal yang teramat sangat karena sudah berani bertindak jauh padanya, Jean menendang aset pria ituitu dengan keras. Jean segera berlari agar pria gila itu tidak menangkapnya. Namun nihil, kakinya tersandung dan ia terjatuh. Baru saja ingin bangun, pria itu mendorong tubuhnya hingga terlentang.
Pria itu menaiki Jean. Duduk di kedua paha Jean agar tidak bisa memberontak. Tangannya ia pegang di kedua sisinya. Jean sama sekali tidak bisa berkutik.
"Kau suka main dengan kekerasan hmm?? Tentu saja aku akan meladenimu. Kau tahu, sejak pertama melihatmu, rasanya ingin sekali aku mencicipi mu. Bermain denganmu, merasakan milik ku di dalam dirimu yang hangat. " Racaunya menginginkan Jean.
"Kupastikan itu tidak akan pernah terjadi. " Jean memandang pria itu jijik.
Pria itu mentertawakan ucapan Jean.
"Nyatanya sekarang kau tidak berdaya di bawahku Jean, sayang. "
Jean meronta sebisanya agar ia bisa lepas dari pria itu.
"Diamlah sayang. Kau akan membangunkan ibumu. Kau tahu? Aku sudah bermain dengannya. Bagaimana tidak, kewanitaannya sudah mengendur. Aku sama sekali tidak merasakan apapun saat bermain dengannya. Kalau saja bukan karna dia bodoh yang bisa kuambil uangnya, aku tidak akan sudi bermain dengan wanita tua itu." Jujurnya mengenai ibu tiri Jean.
"Minggir!! Atau aku akan berteriak. " Jean mengancamnya.
"Berteriak lah sebisa mu, sayang. Kita lihat, siapa yang akan lebih di percayai. " Pria itu mengancam balik Jean. Dia sangat tahu hubungan Jean dengan ibu tiri nya tidaklah baik.
"Brengsek." Umpat Jean.
Pria itu masih mencoba mencium Jean meskipun Jean terus memberontak.
Karena tangan dan kakinya tidak bisa untuk memberontak. Pria itu akhirnya bisa mencium Jean. Lidahnya mendesak agar Jean membuka mulutnya. Tentu saja Jean meratupkan bibirnya. Mempertahankan agar saliva pria itu tidak bercampur dengan miliknya.
Air mata Jean menetes. Ia merasa jijik dengan dirinya karena telah di jamah oleh pria yang notabennya kekasih gelap ibu tirinya.
Saat pria itu masih mencoba agar Jean mau membuka mulutnya. Jean berpikir agar ia bisa cepat keluar dari kungkungan pria itu.
Buah
Jean membenturkan kepalanya ke kepala pria itu. Dan benar saja, Jean bisa terlepas, meskipun tidak bisa menjauh dari pria itu karena masih menduduki kaki jean.
"Minggir brengsek. " Jean mendorong bahu pria itu berharap dia bisa menjauh.
"Kau membuatku kesal, anak sialan. " Pria itu menekan bahu Jean dengan kasar.
Jean merintih sakit saat tangan pria itu mencengkram dengan kuat bahunya. Dengan sisa tenaganya. Jean mendorong balik bahu pria itu dengan sangat keras sampai - sampai pria itu terlentang dengan kepala membentur lantai.
Karena tenaga pria jauh lebih besar di banding wanita. Pria itu masih bertahan. Dan sekarang memegang kembali bahu Jean. Posisi mereka saat ini berbalik. Jean berada di atas pria itu.
"Lepas." Jean memberontak penuh.
"Apa yang sedang kalian lakukan. " Ibu tiri Jean datang dan melihat Jean berada di atas tubuh kekasih gelapnya.
Dengan licik pria itu mendorong Jean kesamping dengan keras sampai pelipis Jean terbentur pinggir meja kayu yang sedikit tumpul. Dahinya memar dan sedikit mengeluarkan darah.
"Sudah aku bilang, tidak mau. Tapi kau terus memaksa. " Pria itu berkilah.
Jean menggelengkan kepalanya.
Bukan seperti itu.
____________________________________