Suara gebrakan kuat membuat siapa saja yang mendengar akan terlonjak karena takut. Tidak terkecuali Seara, sekretaris Dominic Archer. Pemegang saham terbesar ke dua dari Aleris Corp. Salah satu perusahaan terbesar di mamarika.
"Lagi?" Suara bariton menghipnotis siapa pun yang mendengarnya. Dia adalah, Dominic Archer.
"Setelah di selidiki, dana itu mengalir untuk beberapa wanita dan perjalanan mewahnya, Sir. " Seara menjelaskan lebih detail.
"Berapa banyak klien yang membatalkan kerja sama dengan kita? " Tanya Dominic pada sekertaris nya, Seara.
"Tidak begitu banyak, namun saham kita menurun beberapa persen. Jika terus seperti mungkin kita bisa sampai pada titik krisis." Seara menjelaskan.
Dominic memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.
"Aku akan keluar. "
Dominic meninggalkan ruangan dengan raut wajah sulit di artikan.
#########
Di dalam kamar tidak terlalu besar namun cukup rapi dan nyaman. Warna dinding berwarna abu hitam dengan perpaduan sedikit warna putih menjadi warna dominan di kamar itu. Berbagai poster idola dan dua jenis gitar akustik dan gitar bas melengkapi kamar Chanyeol yang memang menyukai musik sebagai hiasan dinding. Jika ingin memakai gitar hanya tinggal mengambil dari dinding.
"Jika bisa meminta, aku meminta waktu berhenti saat ini juga. " Ucap Chanyeol seraya memandang wajah damai Jean yang terlelap di sampingnya.
Setelah Chanyeol mencium berapa titik kulit Jean. Jean merasa rilex dan tertidur di bahu Chanyeol. Setelah sudah terlelap barulah Chanyeol membaringkan Jean di kasurnya tanpa mau memindahkan Jean ke kamar Yoora, kakaknya.
"Maaf Je, mungkin nanti saat kau terbangun, kau akan menganggapku brengsek karena telah mengambil kesempatan. " Chanyeol merapihkan anak rambut yang menutupi wajah cantik Jean.
"Tapi Je, kau tahu? Aku sangat marah pada pria sialan itu. Pria yang sudah berani menyentuhmu. Andai saat itu kau melepaskanku untuk pergi menemuinya, sudah kupastikan lehernya sudah terpisah dari tubuhnya. " Chanyeol mengepalkan tangannya menahan geram pada pria yang ingin memperkosa Jean.
Tok tok
Suara ketukan pintu terdengar.
"Chan." Panggil ibu Chanyeol dari balik pintu kamar Chanyeol.
Chanyeol bergegas menghampiri ibunya.
"Iya bu, ada apa? " Tanya Chanyeol pada ibunya yang memanggil dirinya.
"Apa Jean masih tertidur? " Tanya ibu Chanyeol dengan suara berbisik takut membangunkan Jean.
Chanyeol terkekeh melihat ibunya yang begitu lucu.
"Dia masih tidur. Lebih baik kita bicara di luar saja. Apa ibu sudah masak? " Chanyeol mengajak ibunya pergi dari kamarnya.
"Belum. Bantu ibu masak. "
"Aye.... Ibu negara. " Gurau Chanyeol.
"Kau kapan akan mengatakannya? " Tanya ibu Chanyeol.
"Nanti, kalau waktunya sudah benar-benar tepat. " Senyum lebar Chanyeol mengembang membayangkan.
######
"Beginikah sikap presdir kita? " Dominic menatap tidak percaya apa yang baru saja ia lihat di depan matanya. Baru saja ia masuk kedalam ruangan sudah di suguhkan dengan adegan yang tidak ingin ia lihat. Dua wanita satu pria melakukan hal kotor dalam ruangan kerja. Pria yang di sebut dengan presdir menyalahkan pematiknya dengan santai seolah tidak terjadi apapun. Sedangkan dua wanita yang Dominic lihat bergegas meninggalkan ruangan dengan cepat karena takut.
"Beginikah sikap CEO kepada presdir? " Pria itu mengulangi ucapan Dominic.
"Aku sudah muak dengan anda. " Menahan amarah yang begitu besar padanya.
Pria itu tertawa lepas dan menghampiri Dominic.
"Apa yang akan kau lakukan? " Pria itu dengan nada meremehkan.
Pria itu lebih mendekat.
"Memberitahu pada semua orang kalau aku ini brengsek? Melengserkan ku? "
Pria itu menyunggingkan sudut bibirnya. "Apa kau sudah bisa memulai? Kau sama saja sepertiku, son. Apa kau sudah lupa?"
Dominic mengelakkan tangannya kuat - kuat. Menahan diri agar tidak membunuh orang di depannya.
"Kau lihat saja, aku akan melengserkan ku. Seperti kau menjatuhkan ibuku. " Dominic menatap nyaman pria itu.
Dominic keluar dari ruangan dan membanting pintu dengan keras.
Dominic berjalan dengan tangan masih mengepal. Ia masih menahan amarah yang begitu besar. Dominic melihat salah satu wanita yang ada di dalam ruangannya di depannya, sedang menunduk menahan malu karna kepergok olehnya. Dominic dengan langkah lebar menghampiri wanita itu dan menariknya kesalah satu ruang kosong.
Dominic memojokan wanita itu ke sudut dinding dan meraup bibirnya dengan cepat. Bukan hanya itu, Dominic mengangkat dress pendek yang di kenakan wanita itu. Tangannya bermain di area kewanitaannya. Awalnya wanita itu menolak, namun sentuhan Dominic begitu memabukan dan mulai menikmati bibir dan tangan Dominic di area kewanitaannya.
"More." Pinta wanita itu dengan wajah memohon karena gairah yang sudah tidak tertahankan karena Dominic hanya bermain dengan tangannya saja, tidak lebih.
Dominic menghentikan tangannya dan mengambil sapu tangan di balik jas nya untuk membersihkan tangannya.
Dominic memandang wanita itu tanpa ekpresi, membuat yang di tatap bergidik ngeri.
"Kau meminta lebih? " Tanya Dominic.
Dengan takut, wanita itu mengangguk lemah.
Dominic memajukan wajahnya dan membisikan sesuatu.
"Aku ingin, tapi aku tidak bisa tidur dengan wanita yang sama dengan ayahku. Jalangku lebih berkelas daripada jalang milik ayahku. " Dominic menyunggingkan smirk nya.
Pria yang tadi di temuinya adalah ayahnya, Abraham Archer. Pria yang tidak pantas di sebut ayah menurut Dominic.
Setelah mengucapkan itu, Dominic berlalu meninggalkan wanita itu yang diam mematung entah apa yang di rasakannya setelah Dominic mengucapkan itu.
"Julian, persiapkan semua. " Kata Dominic kepada lawan bicaranya di ponselnya.
"Yes, Sir. "
"Kau tunggu saja sampai aku merebut posisi itu dan akanku pastikan kau merasakan apa yang ibuku rasakan. " Janji Dominic.
########
Sudah pukul sebelas siang, Jean masih dengan anggunnya tertidur di kasur Chanyeol. Tidak berapa lama Jean terbangun dan langsung melihat jam di dinding. Betapa terkejutnya ia melihat jarum pendek di angka sebelas. "Aku telat. "
Jean pun bergegas turun.
"Je." Panggil Chanyeol dari arah dapur melihat wajah panik Jean.
"Chan, kenapa kamu tidak membangunkanku. " Kesal Jean.
"Sengaja." Jawab Chanyeol enteng.
Chanyeol sedikit kecewa karena reaksi Jean biasa saja sejak Chanyeol menciumnya. Apa Chanyeol boleh berharap Jean menunjukan wajah malu atau merona karena perlakuannya? Pikir Chanyeol.
"Chanyeol.... " Kesal Jean.
"Biarin, wlee. " Chanyeol menanggapi Jean dengan candaan. Chanyeol berpikir positif thinking, mungkin Jean masih mengantuk, jadi dia masih belum mengingat apa yang terjadi.
"Kalian ini masih saja seperti anak kecil. Berhenti menggoda Jean, Chan." Ibu Chanyeol men jewer Chanyeol.
"Ampun ma, Jean duluan yang nakal. " Elak Chanyeol.
"Chanyeol nakal ma... Tidak membangunkan Jean. Kan Jean jadi terlambat berkerja." Adu Jean.
"Mama setuju dengan Chan. Kamu hari ini tidak perlu bekerja. Di rumah bersama mama saja. " Ibu Chanyeol masih khawatir tentang tadi pagi.
Jean menggenggam tangan ibu Chanyeol. "Jean sudah tidak apa-apa ma."
"Tapi, Je. " Kali ini Chanyeol yang tidak setuju.
Jean memandang Chanyeol. "Aku tidak apa-apa, Chan. Terimakasih. " Jean menyunggingkan senyumnya. Dan sukses membuat dada Chanyeol berdegub dengan cepat.
"Kamu mau pakai pakaianku? " Tanya Chanyeol. Karena ia tahu tidak mungkin Jean pulang kerumahnya untuk mengganti pakaiannya karena takut masih ada pria brengsek itu dengan ibu tiri Jean.
"Aku pulang saja. Lagipula tidak akan muat pakaianku dengan punyamu, Chan. Kau lihat berapa tinggimu. Seperti jerapa. " Ejek Jean melihat tinggi badan Chan yang sangat tinggi.
"Berani kamu sama aku. " Chan memiting kepala Jean di ketiaknya.
"Sudah, sudah. Kalian ini. Pakai pakaian Yoora saja Jean. " Ibu Chanyeol menengahi.
Mau tidak mau Jean menuruti. Karena perintah ibu Chan adalah mutlak tidak bisa di bantah.
####
Seperti hari-hari biasa, siang hari Jean bekerja di cafe dan di malam hari Jean bekerja di club. Sekarang Jean sedang di sibukan dengan memberi pesanan minuman kepada tamu. Tadi siang sikap Chanyeol begitu positif padanya. Siang saat dia hendak pergi bekerja di cafe Chanyeol mengantarnya dan kembali lagi untuk menjemputnya. Serta mengantarnya kembali ke club. Chanyeol bilang untuk menunggunya, karena Chanyeol akan menjemputnya.
Jean bersyukur memiliki Chanyeol dan keluarga Chanyeol di kehidupannya. Jean teringat saat Chanyeol menciumnya. Ciuman pertama nya kalau saja pria brengsek itu tidak merenggut nya lebih dulu.
Jean sangat berterimakasih karena ciuman Chanyeol dapat mengalihkan semua yang telah dilakukan pria itu. Jean tahu saat ini Jean tidak tahu malu jika mengucapkan ini.
'Bolehkah ia bersama Chan selamanya seperti ini? Apa aku terlalu egois jika menginginkan Chan yang memiliki keluarga yang indah tidak seperti dirinya? Jika ya, persatukan kami secepat mungkin. Jika tidak, jauhkanlah kami secepat mungkin pula agar aku tidak banyak berharap padanya.'
_________________________________