Chereads / The Third Eye(Sebuah Cerita Mengenai Kematian) (Tamat) / Chapter 2 - Part 2 Hantu Bernama Lysa

Chapter 2 - Part 2 Hantu Bernama Lysa

Part sebelumnya :

Hanes masih tercekat dalam keterkejutannya sendiri tanpa tahu harus mengucapkan apa-apa. Kini di hadapan Hanes sudah berdiri seorang hantu wanita dengan pakaian hitam disertai mukanya yang begitu pucat.

***

Hanes hanya bisa diam mendengarkan semua yang dibicarakan oleh sosok bermuka pucat dengan rambut hitam terurai ini dan wajahnya terlihat begitu dingin sedingin es. Terlihat beberapa rambutnya yang panjang melewati matanya, disertai hidung bangir tersemat di wajahnya yang cukup cantik bagi Hanes sendiri. Tapi matanya berwarna merah menyala. Disertai dengan dua taring kecil yang mengarah ke bawah, sosok hantu ini pun tersenyum ke arah Hanes dengan tatapan sayu.

"Namaku Lysa. Jadi, aku minta kau hentikan semua ini! Aku tahu kau memiliki masalah yang pelik dalam hidupmu itu. Tapi apakah kau sudah siap? Kematian hanya menyelesaikan urusanmu di dunia ini. Tapi selanjutnya? Kau akan tetap dimintai pertanggungjawaban tentang semua perbuatan yang pernah kau lakukan sebelumnya," sosok ini masih terus mencoba untuk mengubah pola pikir Hanes tentang bunuh diri tersebut.

Mendengar hal tersebut, timbul kebencian Hanes dengan makhluk ini. Ia berpikir apa peduli makhluk ini melakukan hal tersebut. Dengan ketetapan hatinya, Hanes pun berkata, "Apa pedulimu kepadaku? Kau siapa? Kenapa kau harus mengatur hidupku? Hidup ini tidak adil bagiku semua orang yang mencintaiku pergi dengan sekejap mata. Kini aku sendirian!! Tanpa tahu apa yang harus aku lakukan! Bunuh diri adalah pilihan terbaik untukku saat ini. Karena memang Tuhan sudah tidak menginginkan aku ada di dunia ini lagi!" terdengar Hanes berapi-api menjelaskan hal tersebut. Tanpa terasa air mata pun mengucur dari kedua bola matanya yang besar tersebut.

Hantu bermuka pucat ini pun mendekat ke arah Hanes. Dengan tubuh setengah melayang di udara, ia kini sudah berada di hadapan Hanes. Hanya tersisa Hanes dan ketakutannya sendiri. Mungkin ia berpikir malah makhluk ini yang akan menghabisi hidupnya. Sebenarnya itu juga adalah pilihan dari Hanes sendiri. Tapi entah kenapa, makhluk ini pun kini makin mendekat ke arah Hanes. Tangannya yang putih itu pun mengarah ke kepala Hanes. Dilanjutkan dengan tangan dingin itu pun mengarah dan menembus kepala Hanes. Benar-benar kejadian yang mengejutkan bagi Hanes sendiri. Makin menguatkan dirinya bahwa makhluk ini adalah hantu.

Hingga kemudian, udara dingin itu pun menembus kulit Hanes. Mata Lysa yang semula berwarna merah pun kini berubah menjadi berwarna putih. Hilang sudah pupil mata yang ia miliki. Hanya terlihat bola mata berwarna putih polos dan sebuah kenangan pun terlintas di kepala Hanes. Terlihat Lysa sedang berjalan ke arah sebuah mobil mercy berwarna biru tua. Di dalam mobil tersebut, terlihat seorang pria tua yang berada dipertengahan umur 50 tahunan. Sosok ini tersenyum ke arah Lysa, begitu pun Lysa yang membalas senyuman tersebut dengan senyuman yang begitu hangat.

Sosok ini pun masuk ke dalam mobil dan mobil tersebut pun melaju ke arah puncak Bogor. Jalanan hari itu cukup licin dikarenakan baru saja turun hujan. Udara dingin pun mulai terasa karena AC yang berada dari dalam mobil. Lelaki yang menyetir ini adalah Ayah dari Lysa sendiri. Mobil berjalan dalam kecepatan 80 km/jam pada saat itu. Tiba-tiba dari arah depan, muncul sebuah truk besar yang membawa sayur mayur. Truk ini melaju dengan sangat cepat ketika berada di tikungan. Hal ini membuat Ayah Lysa pun terkejut dan kontan menginjak rem dengan cepat. Namun sayang, rem yang diinjak terus menerus pun macet dan tidak bisa digunakan. Terlihat wajah panik dari Ayah Lysa dan kemudian sebuah teriakan pun terdengar dengan keras

""Arghhh!!!!""

Disusul dengan sebuah benturan antara bemper depan mobil mercy ini dengan pembatas jalan. Dengan cepat, mobil pun meluncur turun ke arah bawah. Di mana tepat di bawah sana terdapat jurang yang sangat dalam dan mobil pun masuk ke dalam jurang. Terlihat Ayah Lysa membuka matanya, kepalanya terasa begitu sakit saat itu karena membentur setir mobil. Darah pun mengalir dari atas kepalanya dan beberapa pecahan kaca juga tersangkut di wajahnya. Sosok ini pun masih teringat dengan anak kandungnya Lysa. Ia pun mencoba membangunkan Lysa yang menderita banyak luka di wajahnya dan darah juga mengucur dari pelipis matanya. Salah satu bola mata, Lysa rusak karena terkena pecahan kaca yang menempel di pupilnya saat itu.

Lysa pun terbangun dengan kepalanya yang sangat sakit. Ia memegang kepalanya tersebut dengan tangan kanan dan terlihat bercak-bercak darah itu menempel di tangannya yang putih. Ia hanya terdiam sejenak, kemudian berbicara kepada Ayahnya, "Maafkan aku, Ayah!" tidak lama kemudian Lysa pun pingsan kembali. Sang Ayah yang panik mencoba bangun, walau tidak terasa kaki dan tangan kanannya patah karena benturan mobil dengan batuan yang berada di dalam jurang. Hingga tiba-tiba asap putih pun muncul dari dalam kap depan mobil dan terdengar bunyi berdentum yang cukup keras. Kemudian api pun mulai keluar dan membakar habis mobil ini disertai dengan bunyi ledakan yang sangat keras.

"Duarr!!! Blar!!!" Lysa dan Ayahnya pun terpaksa harus meregang nyawa pada saat itu juga terbakar oleh panasnya api dari ledakan mobil tersebut. 

Sesaat kemudian, bayangan kenangan masa lalu itu lenyap dari kepala Hanes. Hanes masih merasakan pusing di kepalanya saat itu. Hingga kemudian, ia pun mengguncang-guncang kepalanya sendiri dengan tangan kanannya. Di depannya masih ada sosok perempuan yang mirip dengan kenangan tadi. Sosok ini memperkenalkan bahwa dirinya adalah Lysa. Masih dengan kebingungan yang melanda, Hanes pun bertanya kepada makhluk ini.

"Apa yang barusan aku lihat tadi? Mengapa kau bisa ada di kepalaku? Apa yang sebenarnya terjadi?" tubuh Hanes terlihat bergetar dengan sangat hebat. Sembari menatap dengan penuh ketakutan ke arah Lysa. "Itu adalah sekilas kenangan yang terjadi kepadaku di masa lalu. Apa kau menginginkan menjadi seperti aku?" terlihat, Lysa pun memegang matanya yang sebelah kanan. Tidak lama kemudian, terlihat sebuah bola mata meloncat keluar. Dengan disertai bola mata yang masih tertancap pecahan kaca. 

Lysa pun mendekat dan menyerahkan bola mata tersebut kepada Hanes dengan tangan yang berlumuran darah. Terlihat darah kental sebagian keluar dari mata Lysa yang bolong.

"Ini kah yang kau mau? Mati kemudian menjadi hantu sepertiku? Menjadi roh penasaran yang berkeliling ke sana kemari! Karena masalah di dunianya masih belum usai? Apa kau pikir menjadi sepertiku ini enak? Kau pikir baik-baik dari sekarang!!!" tidak lama kemudian sosok ini pun berubah kembali bentuknya seperti sedia kala. Mukanya terlihat kembali menjadi cantik dengan wajahnya yang pucat sedingin es.

Hanes  tak kuasa lagi mengalami semua ini, badannya limbung dan terjatuh ke tanah. Ia merasakan ketakutan yang luar biasa. Hal ini disebabkan melihat bola mata dan darah yang mengucur sangat banyak dari Lysa. Ia benar-benar merasa bahwa dirinya diteror oleh Lysa malam ini. Tubuh Hanes terjatuh di lantai semen rumah ini, ditemani dengan dinginnya malam sosok ini pun pingsan. Hanya tersisa Lysa yang menatap dingin ke arah Hanes. Hingga tidak lama kemudian, makhluk ini pun melayang ke atas plafon dan kemudian menembus plafon rumah tersebut sembari tertawa cekikikan.

"Hihih ... hihihi ... hihii ...," tidak lama kemudian sosok ini pun menghilang dibalik derasnya hujan yang turun malam itu.

***

Matahari kini bersinar dengan terik. Cahayanya mulai masuk dari sela-sela kaca ruang tengah rumah ini. Suara kokok ayam dan juga burung yang beterbangan di dekat rumah ini pun menjadi keindahan tersendiri akan indahnya ciptaan sang Ilahi. Hanes mulai beringsut terbangun dari tidur nyenyaknya. Tubuhnya menggigil seperti es, dikarenakan tertidur di lantai semen yang dingin. Ia masih merasakan kepalanya sedikit sakit dan pusing. Namun ia masih berpikir tentang apa yang terjadi semalam. 

Ia melihat ke salah satu kaca jendela rumah, terlihat lubang mengangga yang besar. Karena penasaran, Hanes pun melongo ke arah luar sembari melihat apa yang menyebabkan kaca tersebut pecah. Apa yang ada di luar jendela adalah sebuah pisau besar yang ia gunakan semalam.

Terlihat muka Hanes menjadi pucat sedingin es. Ia mulai mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimana ia mencoba untuk bunuh diri dan kemudian sosok hantu bernama Lysa muncul. Ia hanya dapat mengingat sebatas itu, karena memang kepalanya masih sakit akibat terbentur dengan lantai semen yang keras. Hanes pun meraba sedikit kepalanya dan terlihat benjolan sebesar telur ayam berada di sana. Ia mulai yakin, bahwa apa yang terjadi dengannya bukanlah sebuah khayalan atau pun mimpi. Tapi semua itu benar-benar nyata. Tapi menggapa Lysa menghantui dirinya itu masih menjadi misteri bagi Hanes sendiri.

Untuk pertama kalinya, Hanes menyaksikan hal-hal yang tidak masuk akal baginya. Melihat hantu yang cantik namun menyeramkan seperti Lysa. Hal ini cukup membuat dirinya limbung dan pingsan di tanah. Hanes pun memutuskan berjalan dengan pelan-pelan ke arah dapur sembari mengambil minum dari dalam kulkas. 

Ia berharap dengan air tersebut ia bisa sedikit menyegarkan kerongkongannya yang terasa haus. Setelah selesai minum, ia pun melirik ke arah jam dinding yang ada di sampingnya. Di jam dinding tersebut, terlihat sekarang sudah pukul 10.00 WIB. Karena merasa gerah dan bertujuan untuk menghilangkan kantuknya, Hanes pun berjalan ke kamar mandi dan melakukan aktifitas mandi seperti biasa.

Rasanya ia ingin melupakan hal-hal yang terjadi kepada dirinya semalam dan mulai menyerap perkataan demi perkataan yang diucapkan oleh Lysa mengenai kematian dan bunuh diri. Ia pun terpaksa menangis sejadi-jadinya di dalam kamar mandi saat itu. Hanes mulai mengingat semua kenangan yang pernah ada dan kenyataan pelik yang ia hadapi. Bahkan untuk sekarang, rasanya ia malu dengan dirinya sendiri apalagi kepada orang lain. 

Hanes sadar bahwa ia adalah seorang pecundang yang gemar lari dari masalah, mungkin sang Kakek pun akan merasa malu dengan tingkah laku Hanes yang seperti ini pikirnya. Setelah 1 jam di dalam kamar mandi, Hanes pun menyudahi penyesalan serta tangisnya hari ini. Hanes pun keluar dari dalam kamar mandi dengan terbalut handuk sembari mulai berjalan ke ruang tengah di mana Kakek Purnadi biasa menonton televisi. Apa yang kini ada di hadapan Hanes begitu mengejutkan dirinya, sesosok wanita bermuka pucat dengan rambut panjang menjuntai ini kembali ada di hadapan Hanes.

Dengan senyum yang menakutkan makhluk itu tersenyum ke arah Hanes sembari berkata, "Bagaimana tidurmu? Apakah nyenyak malam tadi, Hanes? Hihi ... hihi ...," kontan saja Hanes terperanjat kaget melihat kenyataan tersebut.

Bersambung