Part 4
Tabir Dunia Lain
Part sebelumnya :
Aku sedang berada di mana? Kenapa bajumu berdarah seperti itu?" Hanes memberikan wanita ini banyak pertanyaan. Dengan senyum santai wanita ini pun membalas, "Justru aku yang harusnya bertanya seperti itu kepadamu. Mengapa kau bisa sampai di sini?" Hanes pun tercekat dengan jawaban tersebut sebenarnya ada di mana ia saat ini? Kebingungan itu pun menjelma di dalam otak Hanes saat ini.
***
Sosok wanita dengan tubuh berdarah-darah tersebut masih berada di depan mata Hanes saat ini. Ia hanya mematung melihat keadaan di depannya, tapi tidak ada guru, teman atau pun Theo di sini. Bahkan Lysa yang gemar meneror dirinya pun tidak ada saat ini. Hanya tersisa wanita pucat dengan tubuh penuh luka dan darah yang menetes-netes yang ada di hadapannya. Wanita ini pun tersenyum dan berkata,
"Tampaknya kau tersesat dari alammu. Kau belum mati kan?" Hanes pun tersentak kaget dengan ucapan tersebut. "Mati? Yang aku ingat aku tertidur di kelas. Kenapa kau bisa menyebutkan mati? Di mana ini sebenarnya?" Hanes benar-benar binggung dengan apa yang terjadi pada dirinya saat itu.
"Kau berada di dunia lain. Ini adalah alam gaib. Aku pikir kau adalah orang yang akan menjadi temanku. Aku kesepian berada di sini! Maukah kau menemaniku bermain?" tanya wanita ini dengan raut muka tanpa ekspresi. Hanes mulai berpikir, kalau memang ini alam gaib, kenapa bisa ia sampai di tempat ini? Padahal ia belum meninggal. Apakah ini yang dinamakan mati suri? Pertanyaan-pertanyaan itu kian berkecamuk di kepala Hanes saat ini. Hanes terpaksa mengikuti kemauan wanita ini, karena hanya wanita ini yang tampaknya baik. Wanita ini mengajak Hanes berkeliling di area yang mirip dengan sekolah Hanes. Koridor kelas ini begitu kotor dan dipenuhi tumpukan daun. Langit tempat ini pun berwarna ungu temaram tanpa bintang ataupun bulan. Hanya langit berwarna ungu yang dapat Hanes lihat saat ini. Di sekeliling tempat ini terdapat banyak sekali pohon-pohon tinggi dan terdapat sebuah taman kecil di tengahnya. Wanita bermuka pucat ini pun mengajak Hanes duduk di sana. Bagaikan kerbau dicucuk hidungnya, Hanes ikut ke sana tanpa menolak sedikit pun. Sedangkan dari kejauhan terlihat Lysa berkeliling di atas tempat ini sembari terbang melesat. Ia mencari-cari sosok Hanes yang menghilang dan masuk ke alam lain.
"Ke mana sebenarnya anak itu? Bisa-bisanya ia masuk ke alam seperti ini," ucap Lysa sembari menghela nafas panjang. Tidak lama kemudian, ia pun menyadari ada seorang wanita bermuka rusak sedang bersama Hanes. Sosok wanita itu sungguh mengerikan, memiliki rambut panjang yang menjuntai sampai ke tanah, juga muka yang rusak. Dengan bola mata yang sangat besar, ditambah dengan kuku-kuku yang sangat panjang, dan payudara yang sangat besar menjuntai ke tanah. Melihat hal ini, Lysa pun berkata, "Ternyata wewe gombel itu tertarik juga dengan anak ini! Dasar! Membuatku repot saja."
Dengan cepat, Lysa pun melesat ke arah bawah. Ia harus segera menyelamatkan Hanes pikirnya.Atau jika tidak, anak ini bisa saja tidak bisa kembali lagi ke alam manusia. Hanes hanya terdiam, ketika makhluk yang berada di depan matanya ini seperti ingin menciumnya. Yang Hanes lihat sekarang adalah wanita muda dengan paras sangat cantik. Wanita ini memaksa ingin mencium dirinya. Tanpa penolakan Hanes hanya terdiam mematung pada saat itu. Hingga suatu kejadian aneh pun muncul di hadapannya. Dengan cepat terlihat Lysa melesat dari arah atas dan menabrak wanita cantik yang ada di depannya. Karena pengaruh sihir dari wanita tadi Hanes tetap mematung sedangkan Lysa kini berteriak dengan keras ke arah wanita cantik tersebut.
Teriakan tersebut terdengar begitu keras. "Arghh!!!! Arghhh!!!!"suara melengking itu keluar dari mulut Lysa dan seketika itu juga, wanita cantik yang ingin mencium Hanes tadi berubah bentuk. Hilang sudah muka cantik yang Hanes lihat. Kini berganti dengan sosok berpayudara besar, bermuka rusak dan memiliki kuku-kuku hitam yang sangat panjang. Terlihat darah keluar dari telinga makhluk ini. Hingga terdengar teriakan susulan "Arghhhh!!!" dan tak lama kemudian, wanita yang dilihat oleh Hanes tadi melesat pergi sambil menjerit kesakitan.
Melihat Hanes terdiam mematung seperti itu, Lysa kembali mendesah pelan,
"Hmmm ... ternyata dia terkena sihir dari makhluk itu tadi. Pantas saja ia hanya berdiam mematung seperti ini." Kemudian, Lysa pun mengusap muka Hanes dengan tangannya untuk menghilangkan sihir tersebut. Beberapa detik kemudian, Hanes pun sadar berada di mana dirinya sekarang. Dengan setengah terkejut, ia pun berkata, "Lysa? Di mana aku sekarang? Kenapa langit ini sangat gelap?" ketika Hanes sadar, ia langsung memberi Lysa banyak pertanyaan.
"Baru saja sadar, tapi kau sudah memberiku banyak pertanyaan. Jika tidak aku selamatkan, mungkin kau akan selamanya berada di tempat ini. Sekarang ikut aku. Bisa-bisanya kau masuk ke alam lain," ucap Lysa dengan segera menarik tangan Hanes. Entah mengapa di dalam dunia ini Lysa dapat memegang tangan Hanes. Padahal sebelumnya hanya udara dingin yang menembus tubuh Hanes ketika Lysa berusaha memegangnya.
Dengan cepat Lysa menarik tangan Hanes dan meluncur ke udara. Terdapat sebuah lubang besar berwarna hitam yang berada di sana. Hanes yang takut akan ketinggian hanya bisa menutup matanya, sembari merasa tubuhnya tersengat aliran listrik. Tubuh Hanes dan Lysa pun memasuki lubang besar tersebut. Sesaat kemudian terasa tubuh Hanes diguncang-guncang oleh seseorang. "Bangun kamu Hanes! Oi ... bangun! Mau Ibu hukum kamu?" terdengar suara yang tidak asing bagi Hanes. Ya, itu adalah suara Bu Silvy, guru killer yang mengajar Hanes. Ketika Hanes membuka matanya yang ada di hadapannya kini adalah banyak pasang mata yang tertawa melihatnya, di tambah dengan sosok Bu Silvy yang mendelik ngeri ke arah Hanes. Dengan menunduk, Hanes pun meminta maaf karena menyadari apa yang telah terjadi, "Maaf bu ... saya masih letih. Saya izin dulu untuk cuci muka, Bu," ucap Hanes mengiba. "Ya sudah ... sekarang pergi ke Toilet dan cuci muka kamu. Jangan diulangi lagi tertidur di dalam kelas! Harusnya kamu itu jadi contoh yang baik untuk teman-temanmu! Mengerti?" terlihat Bu Silvy memarahi Hanes di depan anak-anak yang lain. "Mengerti Bu!" jawab Hanes singkat. Dengan cepat, ia pun keluar dari dalam kelas, masih terdengar sayup-sayup suara tawa dari teman-temannya yang senang karena Hanes dimarahi oleh Bu Silvy.
Hanes pun berjalan dengan cepat ke arah toilet, sambil mengutuk dirinya sendiri bagaimana bisa ia sampai tertidur di dalam kelas. Sesaat kemudian ia pun ingat dengan kejadian yang terjadi sebelumnya. "Apakah itu tadi mimpi ya?" pikir Hanes, sembari menghidupkan keran air dan mengusap wajahnya dengan air yang keluar dari wastafel tersebut. Hanes pun memperhatikan wajahnya yang biasa-biasa saja tersebut dari kaca yang kini ada di hadapannya, terlihat mukanya sangat lelah saat itu. Ia pun memutuskan akan membeli minuman dingin setelah ini sebelum kembali ke kelas. Kebetulan di kantin tersedia berbagai macam minuman dingin yang bisa ia nikmati.
Hanes pun sekali lagi melihat ke arah kaca dan kini yang ada di belakangnya adalah sosok Lysa yang sedang tersenyum. Dengan ekspresi terkejut, Hanes pun berbalik ke arah belakang.
"Kenapa lagi kau terus menghantuiku Lysa? Apa urusanmu sebenarnya denganku?" terlihat Hanes mulai lelah dengan perlakuan Lysa kepada Hanes. "Hmm ... kau bisa berbicara seperti itu ya? Jika tidak aku selamatkan bisa-bisa kau itu mati suri bodoh," ucap Lysa cepat. "Mati suri? Jangan bilang, kau tadi juga masuk ke dalam mimpiku?" balas Hanes dengan penuh selidik. "Dasar anak bodoh! Kau tadi masuk ke alam gaib. Untung aku masih bisa menyelamatkanmu. Entah apa yang akan terjadi jika sampai kau digigit oleh Wewe Gombel itu tadi. Bisa-bisa sekarang nyawamu itu sudah pindah ke alam sana," terang Lysa.
"Ini sungguhan?" terlihat Hanes masih tidak percaya dengan apa yang telah terjadi. "Kau pikir ada gunanya aku berbohong kepada anak lemah sepertimu? Tertimpa masalah bukannya diselesaikan malah berpikir ingin bunuh diri. Dasar lelaki lemah!" terlihat Lysa kembali mengolok-olok Hanes dengan ucapannya yang kasar. "Ternyata walau kau ini hantu, mulutmu itu sama saja kasarnya dengan wanita-wanita jaman sekarang." terlihat Hanes yang kini mendesah pelan. "Ya sudah cepat kembali ke kelas atau kau masih ingin dimarahi oleh gurumu yang bengis itu?" balas Lysa sembari tertawa ngeri. "Bisakah kalau kau tertawa tidak mengerikan seperti itu? Jujur saja bulu kudukku berdiri setiap kau tertawa seperti itu. Kau benar-benar ingin aku mati ya?" balas Hanes. "Jika memang aku ingin kau mati, sudah dari waktu saat kau mencoba bunuh diri pada waktu itu aku biarkan kau bunuh diri. Dasar tidak tahu balas budi," ucapan kasar kembali terucap dari mulut Lysa.
Hanes pun menutup kupingnya rapat-rapat atas perkataan Lysa tersebut. Ia pun segera keluar dari toilet dan menuju ke arah kantin. Ia segera membuka kulkas mini yang terdapat di sudut ruangan, kemudian mengambil air mineral dingin dari dalam kulkas tersebut dan segera meminumnya. Ia lalu menyerahkan sejumlah uang kepada Ibu kantin, "Ini uangnya, Bu!" ucap Hanes pelan. "Oh, Nak Hanes toh. Ia sama-sama, Nak! Ini kembaliannya!" sembari menyerahkan beberapa koin 500-an kepada Hanes. Hanes pun tanpa sadar merasakan tekanan yang sangat berat di sekitarnya. Tekanan ini terasa seperti gaya gravitasi yang sangat besar mengarah ke arah bawah. Hanes pun menoleh ke arah belakang karena penasaran apa yang sebenarnya terjadi.
Hanes melihat seorang pria muda dengan wajah ganteng memakai sebuah tas ransel baru berada tepat di belakangnya. Yang membuat Hanes terkejut bukanlah sosok lelaki ini, tapi sesosok ular naga berwarna hitam dengan ekor yang sangat panjang berada di belakangnya. Ular naga hitam ini memiliki bola mata berwarna merah memancar. Tampaknya makhluk ini sadar, Hanes bisa melihatnya dan terus memandang sinis kepada Hanes.
Bersambung