Part 5
Kemunculan Anak Indigo Di Sekolah
Part sebelumnya :
Hanes melihat seorang pria muda dengan wajah ganteng memakai sebuah tas ransel baru berada tepat di belakangnya. Yang membuat Hanes terkejut bukanlah sosok lelaki ini, tapi sesosok ular naga berwarna hitam dengan ekor yang sangat panjang berada di belakangnya. Ular naga hitam ini memiliki bola mata berwarna merah memancar. Tampaknya makhluk ini sadar, Hanes bisa melihatnya dan terus memandang sinis kepada Hanes.
***
Hanes sama sekali tidak mengenali lelaki ini. Baru pertama kali ini Hanes melihatnya berada di sekitar sini. Apakah ia murid baru? pikir Hanes. Tidak lama kemudian, sosok pria tampan ini pun mendekat ke arah Hanes dan berbicara, "Hmm ... boleh juga. Kau siswa kelas 3?" tanyanya pelan. "Iya aku kelas 3. Namaku Hanes," ucap Hanes cepat. "Hmm ... aku Raka. Kalau begitu bisakah kau tunjukkan di mana ruang kepala sekolah?" terlihat ia menanyakan ruang kepala sekolah kepada Hanes. "Baiklah mari ikut aku!" Hanes pun segera keluar dari arah Kantin dan menuju ke ruang kepala sekolah. Sosok ini hanya mengikuti Hanes dari belakang tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Hingga akhirnya Hanes sampai di depan ruang kepala sekolah tersebut dan berhenti di depannya. "Baiklah ini ruangan kepala sekolah. Ada lagi yang bisa aku bantu?" tanya Hanes pelan.
"Oke terima kasih atas bantuanmu. Tapi ... aku ingin berpesan kepadamu tentang suatu hal!" balasnya cepat. "Apa itu?" tanya Hanes. "Kau sudah melihat apa yang orang lain tidak lihat bukan? Aku harap kau tidak terlalu ceroboh untuk mengusik apa yang aku punya. Begitu pun aku yang tidak akan mengganggu hidupmu. Mengerti? Aku tidak ingin The Third Eye yang kau miliki harus berbenturan denganku," ucapnya sombong. "The Third Eye? Apa itu?" Hanes benar-benar tidak mengerti tentang apa yang diucapkan oleh laki-laki bernama Raka ini.
Terdengar suara dari arah belakang Raka. Di mana yang berbicara itu adalah ular naga besar yang Hanes lihat tadi. "Nanti kau juga akan tahu sendiri, Nak! Untuk sekarang terima kasih sudah membantu kami, cuma ada baiknya tidak usah saling menganggu sesama pemilik The Third Eye. Dari tadi, aku juga mengawasi sosok perempuan cantik yang mengawasimu dari kejauhan," terdengar suara berat nan parau itu keluar dari ular naga besar yang ada di hadapanku saat ini. "Kalau begitu sampai jumpa. Terima kasih atas bantuannya!"
Dengan cepat, Raka pun segera mengetuk pintu ruang kepala sekolah dan masuk ke dalam. Hanya tersisa Hanes yang mematung melihat ular naga besar setinggi 3 meter lebih itu menembus ruangan kepala sekolah yang hanya setinggi 2 meter lebih ini. Sebenarnya apa yang terjadi dengan hidupku, pikir Hanes. Dengan langkah gontai, Hanes pun pergi meninggalkan ruang kepala sekolah. Masih terbersit keanehan di otak Hanes saat ini. Menggapa ia selalu melihat apa yang orang lain tidak lihat? Dunia tak kasat mata itu benar-benar ada pikirnya. Selama ini, ia hanya mengetahui bahwa hantu, setan ataupun jin itu dari cerita orang-orang. Tapi kali ini, ia melihatnya sendiri bagaimana dunia itu ada. Hal ini pun terjadi setelah ia bertemu dengan Lysa. Tampaknya, ia masih harus bertanya kepada makhluk itu mengenai apa yang sudah terjadi sejauh ini. Karena perubahan diri Hanes begitu kentara terjadi semenjak ia bertemu dengan Lysa.
Hanes pun kini sampai ke dalam kelas. Terlihat Bu Silvy masih menjelaskan pelajaran hari ini. Hingga tidak terasa 1 jam kemudian, bel tanda istirahat pun berbunyi. Hal ini menandakan bahwa sekarang sudah jam 15.00 WIB. Sudah sepantasnya anak SMP seperti Hanes dan Theo pergi ke kantin untuk membeli makanan atau minuman, sekedar untuk mengganjal perut mereka yang lapar. Berjalanlah mereka berdua ke arah kantin dengan santainya. Hingga tiba-tiba sosok yang Hanes temui sebelum tadi baru saja keluar dari ruang kepala sekolah. Terlihat Raka menyalami kepala sekolah dan berlalu pergi. Hanes pikir, anak itu pasti lah murid baru yang akan bersekolah di sini.
Melihat Hanes yang tidak fokus dengan bakso yang ada di hadapannya, membuat Theo penasaran dan bertanya kepada Hanes, "Apa yang kau perhatikan sih, Nes? Aku lihat kau memperhatikan anak itu terus!" sambil menunjuk ke arah Raka yang sedang berjalan ke arah ruang kelas. "Oh itu ... tampaknya ada anak baru di sekolah kita! Tadi aku bertemu dengannya waktu di kantin," balas Hanes polos. "Oh seperti itu! Baguslah berarti kita bisa menambah teman!" timpal Theo. Hanes hanya tersenyum sedangkan hati kecilnya berbicara, "Kau belum tahu saja, siapa sebenarnya anak itu. Aku sendiri pun malas berurusan dengannya."
Tidak terasa waktu cepat berlalu. Kini bel tanda masuk pun berbunyi dengan keras. Dengan cepat kedua anak ini pun segera menuju kelas untuk memulai pelajaran selanjutnya, mata pelajaran selanjutnya adalah Kebudayaan. Pak Guru yang mengajar mata pelajaran ini bernama Fanso. Ia adalah sosok tinggi besar dengan potongan rambut klimis. Tubuhnya tegap bagaikan seorang tentara. Tapi orang akan tertawa kalau mendengarkan ia berbicara. Setahu Hanes, jenis suara Pak Fanso ini adalah sopran berjenis tenor untuk seorang pria. Terkadang, Hanes sendiri pun tertawa, jika Pak Fanso sedang marah. Karena tidak terkesan, ia sedang marah malah seperti anak kecil yang merengek. Tapi walaupun begitu, dia adalah sosok guru yang baik di mata Hanes.
Pak Fanso hari ini tidak datang sendiri, ia ditemani seorang pria muda yang tadi Hanes lihat di Kantin. Sosok bermuka ganteng dan sedikit sombong itu pun masuk ke dalam kelas bersama Pak Fanso. Hingga kemudian, Pak Fanso pun mulai memperkenalkan anak ini kepada yang lain. "Selamat siang anak-anak! Hari ini kalian akan mendapatkan teman baru. Ia baru saja pindah dari Jakarta ke sekolah ini! Silahkan ucapkan selamat datang kepada teman yang lain dan silahkan juga perkenalkan dirimu di depan kelas!" perintah Pak Fanso kepada sosok yang bernama Raka tersebut.
Sosok itu pun maju ke arah depan dan mulai memperkenalkan dirinya di depan kelas, "Selamat siang, namaku Raka. Aku baru saja pindah dari Jakarta ke daerah sini dan memutuskan untuk bersekolah di tempat ini. Mohon bimbinganya dari teman-teman yang lain. Maaf bila ada salah-salah kata, sekian dan terima kasih!" Raka pun membungkuk tanda memberikan hormat. Karena tingkahnya yang sangat sopan tersebut, ia pun mendapatkan applause yang meriah dari seisi kelas terutama dari para wanita yang segera berbicara sambil berbisik-bisik mengenai wajah Raka yang tampan.
Setelah perkenalan selesai, Raka pun diberikan tempat duduk yang berada di sudut kiri dekat dengan jendela. Kebetulan meja nomor 3 ke belakang memang kosong. Jadilah, Raka pun duduk di sana sendiri. Hanes tidak terlalu memikirkan kehadiran Raka, apa lagi saat melihat ke arah jendela bagian luar, di sana sudah terdapat ular naga hitam yang sedari tadi mengikuti Raka. Hanes pikir itu adalah penjaga dari anak ini. Tapi yang masih mengganjal di hatinya adalah soal The Third Eye. Apa sebenarnya The Third Eye tersebut? Dan mengapa Raka selalu mengucapkannya kepada Hanes.
Tidak terasa pelajaran hari ini pun selesai. Jam sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB saat ini. Hal ini menandakan bahwa mereka harus segera pulang ke rumah masing-masing. Hanes dan Theo segera berjalan menuju rumah mereka yang tidak jauh dari sekolah. Di pintu gerbang terlihat Raka dijemput oleh seorang bodyguard berbadan besar dan segera menyuruhnya masuk ke dalam sebuah mobil mercy berwarna hitam. Satu hal yang dapat Hanes simpulkan dari Raka adalah ia anak seorang yang kaya raya. Hanes dan Theo hanya melongo iri dengan kehidupan Raka yang glamor dan terkesan sangat sempurna. Sepanjang jalan tidak henti-hentinya dua sahabat karib ini menceritakan tentang Raka.
Hingga akhirnya, Theo pun pulang ke rumahnya sedangkan Hanes segera masuk ke dalam kamar di rumahnya. Ia segera menyiapkan alat-alat untuk memasak dan bahan makanan lain yang masih ada di dalam kulkas. Ia berniat untuk membuat nasi goreng untuk makan malam. Karena memang terasa perutnya sudah mulai terasa lapar. Setelah acara masak selesai, ia pun segera mandi dan kemudian menunaikan kewajibannya. Setelah semua selesai, ia segera makan malam dan kemudian menonton acara televisi.
Sedang asik-asiknya menonton televisi, tiba-tiba aura dingin pun tersebar di sekeliling Hanes. Disusul dengan kemunculan Lysa yang tiba-tiba dari jendela sebelah kanan. Kontan Hanes segera meloncat karena terkejut melihat hal tersebut. "Sial ... ternyata kau Lysa! Tidak bisakah kau tidak mengejutkan aku setiap kali muncul?" bentak Hanes kesal. "Hihihi ... hihiih ... ternyata kau bisa terkejut juga, bocah?" balas Lysa sengit. "Sekarang apa lagi maumu?" timpal Hanes. "Hmm ... aku ke sini hanya untuk menjawab pertanyaan yang ada di otakmu itu! Kalau kau tidak butuh jawaban ya ... aku akan segera pergi," balas Lysa ketus. "Hmm ... darimana kau tahu? Kalau aku memiliki pertanyaan untukmu?" tanya Hanes penasaran. "Bukankah, aku sudah pernah memberikan pengalaman masa laluku kepadamu? Lewat situ aku bisa melihat apa yang kau pikirkan sampai sekarang!"
"Kau ini benar-benar berbahaya," timpal Hanes tidak senang. "Sudah ... kau ingin jawaban bukan? Soal Raka?" balas Lysa. "Iya, soal Raka. Kenapa dengan anak itu? Lalu semua ini yang terjadi begitu kacau. Mengapa aku bisa melihat dunia lain?" Lysa hanya tersenyum dan berkata. "Karena kau berinteraksi denganku, otomatis kau menjadi anak Indigo atau boleh dibilang sebagai seorang anak yang memiliki kemampuan mata ketiga atau The Third Eye. Anggap saja kau sebagai anak yang terpilih," timpal Lysa acuh tak acuh. "Lalu ... apakah Raka sama denganku?" tanya Hanes sekali lagi. "Tidak kusangka ... kau ini hanya pintar di pelajaran saja! Mencerna hal seperti ini otakmu itu terlalu lambat! Sudah pasti kalian sama! Bukankah kau sudah melihat ular naga yang menjaga dirinya? Lalu buat apa lagi kau bertanya hal serupa?" balas Lysa ketus. "Lalu sekarang apa yang harus aku lakukan? Raka bilang bahwa aku tidak harus mencampuri urusannya. Tampaknya anak itu tidak ingin berteman denganku," ucap Hanes polos. "Hal itu sudah pasti. Karena dia memiliki The Third Eye. Ia tidak ingin ada pertempuran di antara kalian. Ular naga itu belum tentu bisa bersahabat denganku begitu juga sebaliknya. Aku menjadi penjagamu sekarang hal sama juga berlaku dengan ular naga tersebut. Apa kau sudah mengerti?" tanya Lysa sembari mendelik ke arah Hanes. "Ya ya ya ... aku paham semuanya. Tapi kenapa yang menjadi penjagaku harus seperti ini? Kau hanyalah seorang wanita yang mirip kuntilanak dengan pakaian serba hitam, bahkan tidak terlihat kuat sama sekali. Sungguh berbeda sekali dengan penjaga milik Raka," tutur Hanes polos.
Tiba-tiba saja sebuah vas bunga yang berada di sudut ruangan terjatuh ke semen dan lalu pecah, terlihat Lysa hanya mengibaskan jemarinya ke arah vas tersebut. "Kau membuatku kesal!" balas Lysa acuh. Kemudian, ia pun segera meninggalkan rumah Hanes tersebut. Hanya tersisa Hanes yang terpaku melihat kekuatan Lysa dan memperhatikan vas bunga yang hancur berkeping-keping.
Bersambung