Chereads / Soul Weapon / Chapter 4 - Pelepasan

Chapter 4 - Pelepasan

Di pedalaman hutan di negara Pratize, sebuah keluarga hidup dengan tenang. Keluarga tersebut tampak berasal dari golongan Eradic. Memang sebelum wilayah tersebut termasuk Negara Solith yang dahulu banyak Golongan Eradic tinggal, akan tetapi setelah pemberontakan, wilayah hutan tersebut menjadi wilayah Negara Pratize.

Dengan hidup di pedalaman hutan, informasi pun hampir tidak menjamah daerah tersebut. Tentang pemberontakan bahkan tidak sampai di telinga keluarga itu. Golongan Eradic memang terkenal dengan daya tahan hidup mereka di alam liar. Dalam hal berburu, bercocok tanam mereka adalah ahlinya. Apa lagi dengan Batu Keramat, bisa membuat lahan mereka begitu subur.

Akan tetapi mereka tetap tidak bisa membuat, pekerjaan yang dilakukan menjadi lebih mudah seperti golongan Carftman, mereka murni menggunakan kekuatan dalam hal mengurus dan memenuhi kegiatan sehari-hari. Keluarga kecil itu tinggal di sebuah rumah kayu yang tidak terlalu jauh dari sungai.

Di pagi hari, asap perapian telah keluar dari cerobong asap rumah tersebut, di musim dingin ini tentunya perapian akan terus menyala sepanjang hari untuk menghangatkan keluarga tersebut dan menjadi pusat aktivitas. Akan tetapi setelah pagi menjelang, aktifitas seperti biasanya pun tetap berlanjut. Aktifitas dari keluarga kecil Eradic. Sang ayah bernama Culas dan sang ibu bernama Farida. Sebuah keluarga yang murni berdarah Eradic tinggal di rumah tersebut dengan 3 orang anak.

Mereka telah menyadari bahwa, jika memiliki 3 anak, maka anak terakhir tidak akan menerima sebuah karunia dari Pencipta yaitu Suol Weapon. Akan tetapi mau bagaimana lagi, sebelum mereka tidak akan mengira bahwa kelahiran kedua akan menerima anak kembar yaitu 2 anak sekaligus. Hal memang harus di terima mereka berdua.

Anak pertama bernama Odent seorang laki-laki kuat berumur 12 tahun yang telah siap menerima Warisan dari keluarganya, seorang yang telah di tempa oleh alam sejak lahir. Memiliki tubuh dengan ketahan bak hewan buas. Keahlian bermain pedang besar miliknya, sudah sangat di banggakan di keluarga tersebut. Dengan mata yang tajam sudah selayaknya dia akan menerima Warisan Soul weapon keluarga kecil itu.

Anak Kedua dan ketiga atau bisa di sebut si kembar. Walaupun mereka di katakan kembar, akan tetapi mereka tidak kembar secara identik. Mereka memiliki muka bahkan warna rambut yang berbeda. Umur mereka telah berinjak 10 tahun, terlahir hanya terpaut beberapa menit, akan telah mengetahui dengan jelas, apa yang mereka terima di kemudian hari. Sang kakak bernama Theo dan si adik bernama Tobi.

Sang kakak, Theo memiliki mata berwana merah bak rubi yang di asah sampai mengkilap, kulit yang putih bak mutiara serta rambut merah panjang miliknya yang menghiasa punggung anak berusia 10 tahun tersebut. Terlihat suatu bentuk yang kokoh seperti dan pantang menyerah dari dalam dirinya

Sang adik, Tobi tidak terlalu berbeda dengan Theo mengenai kulit, tapi perbedaan jelas terdapat pada warna rambut, rambut potongan pendeknya yang berwarna biru layaknya seperti sebuah perhiasan yang memancarkan sinar kebanggaan dan terlebih lagi matanya yang mengkilap yang berwarna biru juga. Sebuah sifat yang misterius dan teguh bisa di lihat darinya.

Sejak kecil sang adik telah mengetahui bahwa kelak, dia tidak akan menerima karunia dari sang pencipta dan akan menjadikannya seorang Eminen. Membuat setiap hari terus berjuang sebagai seorang Eradic yang tangguh, dia tidak mau hanya karena masalah tidak mempunyai Soul Weapon, membuatnya tidak bisa menjadi seorang Eradic yang tangguh seperti mimpinya. Sebuah mimpi seorang anak ber-umur 10 tahun

Di pagi hari itu, mereka telah di ajak ayahnya untuk berburu hewan buas. Sebuah test yang di lakukan untuk melihat perkembangan seorang Eradic pada usia 10 tahun. Sang kakak Odent telah lulus dan dapat membunuh hewan buas untuk pertama kali saat umur 9 tahun. Sebuah beruang setingga 2 meter dikalah anak 9 tahun dengan sebuah tombak. Dan masih tampak hiasan kepala beruang berada di atas perapian. Itu adalah hasil buruan Odent.

Tampak wajah Theo yang penuh dengan rasa gugup begitu terlihat oleh sang kakak saat itu, tapi di wajah Tobi malah tampak raut begitu menggebu-gebu untuk mendapatkan buruan pertamanya. Melihat hal ini Odent mencoba bertanya sesuatu kepada Theo.

"Theo, kamu gugup ya?"

Tampak Theo cukup lama untuk menjawab pertanyaan sang kakak

"Ya..sepertinya aku sangat gugup kak."

"Hahaha tidak apa-apa, tidak usah malu begitu. Kakak 3 tahun lalu juga sangat gugup, kalian masih mengingat hal itu bukan? Saat ayah mengajuk di pagi buta, bahkan aku belum punya persiapan sedikitpun sebelumnya."

"Ya, aku ingat kok, tapi itu wajar karena kakak secara tiba-tiba diajak oleh ayah untuk melakukan perburuan. Tapi berbeda dengan kami, walaupun kami sudah di beritahu 1 tahun lalu akan melakukannya di hari ini, tapi tetap saja aku masih gugup begini." Sembari melihat ke arah adiknya yaitu Tobi, yang berada di depan perapian sembar mengasah sabit miliknya.

Dengan arah pandang yang berlawanan, membuat Tobi tidak menyadari Theo telah melihat kearahnya.

"Itu wajar saja, pasti setiap manusia, entah itu Eradic, Craftman pasti akan gugup dalam menghadapi test. Yang penting dalam menjalankannya harus sekuat tenaga kita, entah hasil apa nanti yang kita dapat, itu sudah menjadi ketentuan dari sang Pencipta. Bukannya begitu?"

Theo melihat kearah kakaknya dengan mata yang berkaca-kaca, sebuah tatapan kebanggaan karena bisa mendengar kata-kata seperti dari sang kakak.

"Wahhh, aku bangga kakakku yang bodoh bisa berkata seperti itu."

"Apa kau bilang, kakak yang maha hebat ini bodoh."Sembari menekan tinju tangan kanan langsung kearah arah adiknya.

Teriakkan kesakitan langsung terlontar dari Theo walaupun hanya berupa cadaan. Dalam kondisi ini, yang melihatpun akan tertawa melihat polah kakak beradik ini. Tetapi di depan perapian senyum Tobi hanya bertahan beberapa detik saja, saat melihat tingkah ke- 2 kakaknya tersebut. Dia pun melanjut aktifitasnya di depan perapian yang begitu hangat pada saat itu.

Sedikit demi sedikit, suara tangis mulai terdengar, tetapi suara tersebut kalah, dengan kobaran api yang memakan kayu bakar, saking pelannya. Seperti menyimpan tangisan itu sendiri, Tobi tetap mencoba suaranya tidak akan terdengar saudaranya yang tidak terlalu jauh darinya. Sebuah tangisan yang tercurah akibat fantasi miliknya mengenai masa yang akan datang.

Akhirnya waktu yang di tunggu pun tiba, sang ayah yaitu Culas, telah mempersiapan perlengakpan berburu pada musim dingin. Setelah semua di anggap siap, Culas pun memanggil Theo dan Tobi. Tak butuh waktu lama mereka berdua telah berada di depan ayahnya yaitu tempat berada di depan rumah. Tidak ketinggalan sang kakak Odent dan sang ibu, Farida juga mengantar mereka berdua sampai di depan pintu.

Memang Ritual seperti ini sangat di percaya bagi golongan Eradic untuk menuju kedewasaan, walaupun mereka berumur 9 tahun sudah menyelesaikan test ini, mereka yang menyelesaikan akan dianggap telah mencapai kedewasaan. Sebuah test untuk menguji daya bertarung di golongan Eradic.

Walaupun memang test ini seperti hal sepele akan tetapi test ini adalah hidup dan mati bagi yang melakukannya karena mereka tidak akan mendapatkan bantuan dari orang lain, kecuali mereka di bantu oleh alam itu sendiri dalam bertahan hidup. Memang tidak ada kriteria seperti hewan buas apa yang harus mereka bunuh, tapi cuma satu syarat penting yaitu mereka harus lebih kuat dari manusia. Entah itu pemakan tumbuhan, daging atau omnivora dan tentunya memiliki soul di dalam dirinya.

Terlepas dari itu semua, hal ini juga berat bagi keluarga karena mereka harus membiarkan anaknya yang berumur maksimal 10 tahun untuk berburu hewan buas. Ini bisa saja menjadi hari terakhir bertemu anak mereka, menjadikan moment saat ini pada dasar begitu dramatis. Tetapi di dalam urat syaraf mereka, mengalir darah Eradic yang tidak memperbolehkan rasa takut dan cemas itu tampak di depan anak mereka.

Walaupun hati ingin menjerit saat anak mereka meninggalkan rumah, tapi hanya sedikit hal yang bisa mereka lakukan untuk membantu yaitu hanya beberapa peralatan yang mereka bawa. Dengan hati penuh rasa risau, mereka tetap berupaya tegar dalam melepas anaknya untuk melakukan test berburu hewan buas ini, test ini mempunyai nama yaitu Hunter.

"Kalian sudah siap?" Tanya Culas cukup berat.

"Siap ayah." Jawab mereka berdua dengan serempak.

Melihat kedua anaknya telah menetapkan tekad dan keberaniannya, membuat culas merasa lebih lega dengan apa yang dia rasakan sebelumnya.

"Baiklah kalian sudah tahu, hewan buas apa yang harus kalian buru."

"Ya kami sudah mengerti."Jawab mereka berdua dengan kompak sekali lagi.

"Baiklah, kalian harus memburu hewan buas yang sudah memiliki soul lebih dari 2."

Memang hewan yang di buru oleh mereka berdua, bukanlah hewan buas biasa, tapi adalah hewan buas yang pernah membunuh setan. Dengan membunuh 1 setan maka makhluk hidup akan mendapatkan 1 buah Soul yang tersimpan pada dirinya.

Dalam hal ini, setiap manusia bisa melihat perolehan soul satu sama lain, dengan berkonsentrasi saat melihat sesuatu, entah itu barang, makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan dan yang lain. Dengan begitu melakukannya, maka jumlah soul akan terlihat di atas kepala orang atau hewan yang dia lihat. Sejumlah angka yang menunjukan Soul di dalamnya.

Walaupun setan berada di bawah tanah yaitu neraka, akan tetapi ada beberapa setan yang berhasil keluar dan berada di permukaan bumi, dan yang mengalami konflik dengan setan pun tidak hanya manusia melainkan hewan pun juga. Dan ada beberapa hewan yang berhasil mengalahkan setan akan mendapatkan Soul, dengan mendapatkan soul tersebut maka kekuatan hewan bertambah seiring dengan jumlah soul yang dimilikinya. Manusia pun akan bertambah kuat seiring jumlah soul yang di miliki dalam Soul Weapon.