Wildan menghentikan langkahnya tertegun menatap dua keindahan yang bersujud di depanya membuat seringai Wildan berganti ke senyum masam.
"Heh.. jadi kalian menyadari siapa aku. Biar kutebak, kalau kalian tahu sebelumnya, kalian pasti tak akan bersekutu dengan Anjing merah itu. Terlebih. Apa tujuan utama kalian berdua kemari ada kaitanya dengan kepentingan Klan Naga Iblis kalian.!!"
Lightning Silver Snowy membulatkan tekad keberanianya menatap Wildan. Sementara Kakaknya, Golden Bowie masih tetap meringkuk gemetaran tanpa daya.
"Bukan.. Kami datang kesini tepat ketika melihat Inhertie Calamity dalam kekuatan penuhnya terbang lalu bergegas kesini. Kami berdua sebenarnya menjadi utusan Klan Naga Iblis, untuk mendapatkan 'Prasasti Kuno' guna menolong Klan Naga Iblis kami dari Bencana Darah yang disebabkan karena hilangnya Patung Naga yang diwariskan oleh Klan kami selama Perang melawan Naga Langit??", Lightning Silver Snowy bercerita sambil memejamkan mata.
Memang beberapa saat lalu. Mereka berdua sedang dalam perjalanan ke Reruntuhan Relief yang dimana Prasati Kuno tertimbun disana.
Kebetulan mereka berdua merasakan Aura Inhertie Calamity Dragon tak jauh dari mana mereka sebelumnya.
Mendengar kisah yang diceritakan Lightning Silver. Wildan memegang dagunya merenenungkan tentang Prasasti Kuno, Kondisi Klan Naga Iblis, Naga Langit, dengan pikiran mendalam.
Setelah periode waktu yang tak diketahui. Wildan akhirnya selesai dengan kecewa karena tak berhasil mengingat tentang Prasati Kuno yang tertimbun Reruntuhan Relief sama sekalipun. Wildan hanya ingat rute tercepat menuju Reruntuhan Relief.
Lalu dia memandangi kedua Gadis itu dengan penasaran,"Apa kalian tahu jalan menuju Reruntuhan itu??"
"Tidak? Tapi Ayah kami mengatakan kalau Reruntuhan Relief berada di ujung Hutan Miasma. Itu seharusnya tidak jauh dari sini. Hanya akan memakan waktu 4 hari terbang?", Tangan kanan Lightning Silver Snowy menunjuk kebelakang Wildan.
Kakaknya, Golden Bowie yang saat ini telah duduk bersimpuh setelah meringkuk seperti bola bulu sepanjang waktu. Ia memerhatikan Wildan dengan seksama dari kepala sampai ujung kaki. Serta memandangi Adik dengan heran karena bisa mengatasi ketakutanya.
Meskipun tadi Golden Bowie meringkuk sepanjang waktu. Namun ia juga mendengar dan paham kemana arah pembicaraan mereka. Walau begitu, tetap saja ia masih tampak linglung.
Golden Bowie tersenyum tak berdaya. Merapikan pita merah di tanduk imutnya. Suara yang merdu keluar dari bibir merah muda indahnya,"Sebenarnya kami berencana bergegas kesana secepat mungkin. Namun adikku malah merengek minta kesini karena melihat teman lamanya yang telah berubah berbeda dari yang diketahuinya. Klan kami sedang sangat membutuhkan bantuan. Kami harap Yang Mulia Oroboros, mau menolong Klan kami. Sebagai gantinya, saya akan memberikan apapun itu kepada Yang Mulia?"
"Hhm! Apapun itu kau bilang!!!", Jantung Wildan berdegup kencang sedikit ragu.
"Kakak. Apa kau berencana melakukan 'itu'-???"
Golden Bowie mengabaikan adiknya. Ia menatap mata serius Wildan, ada sedikit jejak manis muncul dihatinya. Bahkan tanpa sedikitpun keraguan atau malu dengan apa yang dikatakanya kepada Wildan, seolah mengerti maksud dan arti tatapan buasnya pada Tubuh indah dengan kulit putih susu.
Perlahan, Golden Bowie dipenuhi oleh tekad yang kuat, dia dengan berani menarik sabuk merah yang melilit pinggangnya yang ramping. Lalu, Gaun hitam elegan yang Ia kenakan meluncur bebas kebawah. Sementara adiknya malu melihat Kakaknya begini, jadi dia menutupi wajah merahnya dengan tangan.
GLUGP.
Meneguk ludah karena terpana dengan apa yang dilakukan Golden Bowie. Mata buas Wildan melotot menatap sepasang Puncak Kembar putih salju dengan dua Ceri merah muda yang menyembul dengan imut.
Pandanganya lalu segera beralih meluncur ke sebuah tempat dibawah perut langsing Golden Bowie. Wildan menatap tajam di tengah Area yang hanya ditumbuhi sedikit rambut.
Pemandangan ini membuat Hasrat buas didalam dirinya terbangun dan membara, entah mengapa membuat Wildan merasa ditekan oleh ini.
Menggertakan giginya. Wildan menggelengkan kepalanya berusaha menekan hasrat buasnya. Walaupu ada sedikit penyesalan di hatinya.
Wildan berjalan menghampiri Golden Bowie yang membuang muka merah padam kesamping. Tapi ketika ia melihat mata buas Wildan yang telah menekan hasrat. Hatinya dipenuhi sedikit kekecewaan pahit.
"Gadis bodoh. Walau aku setuju denganmu. Kau tidak perlu begitu antusias sekali, kita baru saja pertama kali bertemu... juga sebelumnya, Aku ingin tahu, apakah Nama asli kalian Benar-benar Golden Bowie, dan Lightning Silver Snowy??" Kata Wildan dengan santai menutupi Tubuh sempurna Golden Bowie dengan jubahnya.
Wildan mengatakan ini karena ia merasa kalau kedua gadis ini masih menyembunyikan sesuatu.
Mendengar ucapan Wildan bagaikan Guntur di siang bolong. Golden Bowie mencengkram jubah Wildan yang menutupi dirinya, Sebelum menjawab, Golden Bow berusaha menenangkan diri menjawab dengan lemas,"Dimengerti.. Kami akan memperkenalkan diri dengan benar kali ini.."
"Abysal Karma menyapa Yang Mulia Oroboros."
"Adik, Olivia Karma Menyapa Yang Mulia Oroboros."
Sepasang Kakak beradik Karma membungkuk hormat. jantung mereka berdegup kencang seperti bom ketika Wildan tahu kalau mereka menyembunyikan sesuatu darinya, jadi membiarkan Wildan tahu nama asli mereka adalah langkah tepat karena mereka tak bisa lahi berbohong, karena mereka berdua tidak punya pilihan lain, tentu saja itu demi kelangsungan hidup Klan Naga Iblis, juga hidup mereka sendiri yang saat ini jatuh kedalam situasi genting. Meskipun mereka memohon kepada Wildan. Sebagai sesama Naga, mereka juga tahu ada yang lebih memilih menyendiri daripada berbaur dengan sejenisnya. Walaupun begitu, Naga yang memiliki kebiasan itu digolongkan sebagai Naga yang lebih Badas dan kejam daripada Naga yang berafilasi dengan Klan.
Waktu mengalir begitu cepat. Sedangkan terik Matahari semakin panas menyengat. Sudah lama sejak kelompok Wildan pergi meninggalkan Area sekitar Danau Kaca yang mengalami kerusakan berat, lalu melangkah kearah Selatan menuju Hutan Miasma.
Mereka berjalan sehari penuh tanpa henti keluar Hutan. Wildan telah mengatakannya kepada mereka, kalau jalan tercepat ini tidak bisa dilewati dengan cara terbang.
Walau sudah serharian berjalan kaki terus. Seperti yang diharapkan dari Mahkluk yang bernama Naga. Selain memiliki kekuatan fisik diluar akal, Stamina mereka juga luar biasa. Wajar saja kalau Wildan tidak merasakan keleahan sedikitpun, bahkan setelah melakukan pertarungan berat.
Sambil berjalan, ketiganya saling bertukar kata mengobrol. Perlahan, hubungan Wildan sudah semakin erat dengan Abysal dan Olivia, tetap saja sedekat apapun itu, dalam Kasta Naga baik kedudukanya dan kekuatan puncak, Wildan menempati urutan puncak teratas dengan nama Kaisar Dewa Naga Purba, Oroboros.
Jadi mereka tidak berani bahkan sekali saja tidak menghormati Naga yang dipuja-puja oleh seluruh Bangsa Naga, termasuk Dewa Naga sekali pun.
Tanpa sadar. Saking asiknya mereka mengobrol sampai lupa langit mulai gelap. Wildan berserta kelompoknya mempercepat langkah mereka yang hampir seperti berlari. Awalnya Wildan berniat menyelesaikan perjalan dalam 2 hari. Namun itu tidak terjadi karena Medan yang dilaluinya terlalu terjal dan curam, salah jalan sedikit mereka akan terperosok ke jurang disamping, kalau itu terjadi, justru akan memakan waktu 3 hari untuk keluar.
Disaat sedang asyiknya lari marathon. Olivia tiba-tiba bertanya kepada Wildan,"Yang Mulia Oroboros. Kenapa anda melarang kami untuk terbang, bukanya dengan itu kita bisa sampai lebih cepat???"
"Adik bodoh, jelas kalau Yang Mulia, tahu cara yang terbaik untuk cepat sampai. Kenapa kau bisa begitu bodoh?" Kata Abysal dengan galak memarahi adiknya.
Dengan kesal, Olivia menggerutu dengan cara yang manis,"Apa yang kau katakan Kakak sialan. Aku tidak bertanya padamu. Tapi kenapa malah kau yang sewot sih."
Melihat pertengkaran kecil mereka, Wildan terkekeh yang malah justru membuat mereka menghentikan ketidak sopanan mereka.
"Di daerah sekitar sini, kalian tidak bisa terbang begitu . Itu akan sia-sia saja kalau kalian mencobanya, hanya ada awan tebal yang akan membatasi jarak pandangan. Jadi jalan satu-satunya adalah berjalan atau berlari.?"
Mendengar penjelasan Wildan. Abysal dan Olivia hanya mengangguk kecil. Walau Naga memiliki penglihatan yang sangat baik, bahkan melihat di dalam gelap sama saja seperti melihat di siang hari. Awan tebal tetaplah awan tebal, kalau kalian masih saja nekat. Rasakan sendiri akibatnya.
GRUUUUGGG.
Di tengah kesunyian Malam. Tiba-tiba suara perut keroncongan berbunyi dengan sangat keras. Bahkan telinga manusia biasa bisa mendengar itu dalam radius 50 meter.
Wildan dan Olivia juga mendengar itu, jadi mereka saling padang sebelum akhirnya tatapan mereka jatuh kepada Abysal yang berada di tengah.
Merasakan tatapan aneh Olivia dan Wildan diarahkan padanya. Abysal tidak bisa membantu tapi menutupi wajahnya yang memerah karena saking malunya dia, dengan kedua tanganya.
"Baiklah. Ayo kita beristirahat sebentar.?"
"Dimengerti.."
"B-Baik..."
Wildan mengisyaratkan mereka untuk berhenti di tengah Hutan yang gelap gulita. Alasan kenapa Wildan begitu karena ia juga merasakan sedikit kelaparan menyerang perutnya.
Sementara Olivia menyiapkan api. Wildan pergi mencari sesuatu untuk dimakan. Sedangkan Abysal tidak tahu harus begaimana. Jadi dia hanya diam linglung dengan perut kelaparan.
Hati Olivia tertawa riang. Melihat Kakaknya yang biasanya Galak dan Anggun. Serta selalu tampil dipublik dengan Aura Naga Bangsawan dengan keindahan yang bahkan mampu membuat Para Dewi Yulios cemburu setengah mati. Kini wajah indahnya dipenuhi kebingungan.
"Hehehe, Kakakku yang biasanya galak, kini berubah sangat menggelikan ketika sedang lapar. Kalau saja para Generasi Muda di Klan melihat ini, apa yang akan terjadi..." Kata Olivia menggoda Abysal.
Abysal merasa kalau adiknya berusaha menggodanya. Emosi Abysal melonjak drastis membentak Olivia,"Adik sialan!!!"
"Heh, walaupun aku memang lapar. Itu tidak masalah bukan. Terlebih, sudak 200 tahun aku tidak makan.. jadi ini adalah keadaan yang Kritis. Walau begitu, aku tidak sudi memakan makanan rendahan yang tidak pantas untuk seorang Putri Naga!!!"
Abysal mengelak mengakui didepan adiknya. Jadi dia hanya membantah godaan Olivia.
Olivia tertawa nakal, ia menggumamkan sesuatu yang menusuk kepala Abysal. Dengan nada menggoda, Olivia berkata,"Hehe, Kakak. Kita adalah Naga, juga Putri Naga. Kakak tahu bukan kalau setiap Naga memiliki jumlah makan yang banyak. Mengingat keadaan saat ini. Mendapatkan makanan lebih untuk 3 Naga bukanlah hal yang mudah. Tapi aku memiliki pemikiran kalau Yang Mulia, mungkin akan mengepaskan dengan jumlah kita. Tentu saja itu belum bisa disebut kenyang...??"
Senyum bak Dewi Olivia berubah menjadi sedikit nakal, Lalu dia melanjutkan dengan nada yang lebih lebih centil,"Tapi, apakah Kakak'ku tersayang ini akan segera kenyang hanya kalau yang menyuapi Kakak adalah Yang Mulia Oroboros, dengan tanganya sendiri??."
"Kamu...Kamu berani menggodaku!!!"
Begitu Olivia menyelesaikan kalimatnya. Itu seperti Bom yang dilemparkan ke wajah Abysal, mata Birunya memelototi Olivia, serta napasnya juga ikut tersedak. Di Pipinya yang tirus, dengan sangat cepat munculah semburat merah cerah. Dia bahkan menutupi wajahnya lagi, seakan merasa ingin mencari sebuah lubang untuk menguburkan dirinya kedalam.
Olivia tertawa terbahak-bahak melihat reaksi Abysal yang seperti gadis remaja yang tengah merindukan jatuh cinta.
Menarik napas lalu membuangnya, Olivia memasang ekspresi serius diwajahnya."Kakak. Dilihat dari reaksimu, bahkan orang bodoh sekalipun bisa melihat itu. Kau benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama dengan 'Dia', bukan.?
Tentu Abysal tahu siapa yang dimaksud dengan 'dia'. Bahkan Abysal tidak membiarkan Olivia meneruskan kalimatnya. Abysal duduk memutar memunggungi Olivia. Dengan jari lentiknya, Dia menutupi telinganya seolah tidak mendengar apa yang dikatakan Olivia barusan.
Sementara itu Abysal bergumam lirih yang hanya didengarnya,"Adik sialan. Lihat saja nanti pembalasan ku. Kau pasti akan menyesal dikemudian hari!!"
Abysal tidak akan membiarkan siapapun menggertak dia. Adapun dengan kejahilan adiknya. Jika bukan karena kenyataan bahwa dia sedang shock berat juga kelaparan. Abysal pasti akan menghukum adik kecilnya.
Olivia juga sebenarnya takut dengan kepribadian galak Kakaknya. Jika bukan karena keadaan ini. Pasti dia tidak akan berani menggoda Kakaknya.
Olivia menghela napas melihat Kakaknya yang sudah berubah dengan bingung.
Dia tak menyangka Abysal akan menjadi sesuatu seperti ini. Di masa lalu, Abysal selalu menjadi Bunga Mawar yang menarik kawanan Lebah. Banyak pria yang menjadikan Abysal sebagai acuan 'pasangan idaman' karena keindahan tiada taranya. Tapi sayang, bukan hanya reputasinya sebagai Putri dari Kepala Klan serta kepribadianya yang galak dan judes. Tapi fakta bahwa dia juga adalah Pemimpin Generasi Muda, dengan Kelasnya sebagai Utmost Exalted Dragon.
Banyak Pria jadi minder ketika berhadapan dengan semua yang ia miliki, tentu mereka tidak akan memiliki kualifikasi untuk itu.
Kalau saja Generasi Muda mengetahui kalau Bunga mereka jatuh cinta dengan Pria yang entah asalnya tak jelas, juga tak berKlan. Bukankah kemarahan besar Pria akan diarahkan pada Wildan.
KRETAK.
Suara ranting diinjak dengan tiba-tiba mengejutkan mereka berdua. Mereka berdua lantas mencari asal suara itu. Ketika melihat kesamping yang tak jauh darinya. Mata mereka melihat Wildan yang berjalan sambil membawa sesuatu ditanganya.
Dengan langkah berat. Wildan mengangkat 5 Monster buas dengan satu tangan.
Monster buas yang dibawanya mirip dengan Bison di kehidupan sebelumnya. Tapi Bison ini 2x lipat jauh lebih besar dari dunianya.
Ketika Wildan menaruh buruanya. Dia merasa kalau sesutau telah terjadi dengan mereka saat dia pergi berburu.
Wildan lantas hanya menghela napas. Sepanjang perjalan mereka telah menunjukan kebiasan mereka berdua.
Bukan hobinya ikut campur urusan orang lain. Jadi Wildan membiarkan mereka tetap seperti itu, mengabaikan mereka berdua.
Dengan tangan besarnya, Wildan meraih satu Bison di sisinya. Menjulurkan jari telunjuknya. Sebuah kuku hitam seperti cakar elang dengan cepat menembus menyayat kulit keras berbulu itu dengan sangat mudah seperti halnya memotong kertas.
Dalam waktu singkat. Kelima Bison itu telah sepenuhnya di kuliti dan dibersihkan di sungai yang tak jauh dari mereka berada sekarang.
Wildan memanggang kelima Bison itu dengan api yang dibuat Olivia.
Tentu saja Wildan menambahkan rempah-rempah yang ditemuinya selama berburu.
Wildan bisa bertahan dihutan seperti ini karena dia sering melakukan Survival saat masih di Keanggotaan Pramuka.
Dengan api besar yang dinyalakan dengan napas Naga. Tak butuh waktu lama untuk matang.
Bau harum yang menggugah selera segera tercium oleh tiga hidung orang yang kelaparan.
Tanpa diduga. Yang bergerak pertama kali menyaut daging panggang itu adalah Olivia. Sementara Abysal dan Wildan terpana karena betapa gesitnya dia dalam urusan makanan. Olivia melahap daging Bison panggang dengan gigitan besar.
Mulutnya penuh dengan makanan sampai dia berbalik dengan pipi gendut."Kwakak. Mhuakan inhi Lezwat Sekali. Mwaskhan Yang Mwulia emwang Top??"
Wildan tertawa geli melihat Olivia makan sampai mulutnya ikut mengerucut. Wildan pun mengambil dua potong daging besar lalu memberikan satunya kepada Abysal yang sudah ngiler menetes.
Akhirnya mereka makan bersama-sama. Dalam setengah jam, 5 Bison panggang sudah ludes dimakan ketiganya. Hanya menyisakan tulang-tulang yang dilemparkan ke perapian.
Abysal dan Olivia tidak banyak bicara sehabis makan. Dengan segera suasana sunyi menyelimuti sekitar mereka. Wildan membuka beberapa kata guna memecahkah kesunyian malah,"Kita akan berangkat sebelum Fajar tiba. Jika ada yang mengantuk, kalian bisa tidur. Sementara aku akan berjaga di sekitar.."
"Kami mengerti, Yang Mulia Oroboros."Kata Abysal dengan percaya diri.
"Tapi sebelum itu, aku minta kalian jangan memanggilku dengan sebutan Yang Mulia. Panggil aku Orobo saja, paham."
Sebenarnya, Kakak beradik itu tidak berani untuk lancang memanggil Wildan tanpa sebutan Yang Mulia begitu saja. Mungkin itu karena hukum alam masih berlaku bahkan di dunia ini sekalipun, dimana yang terkuat dialah yang berkuasa. Dan yang besar, dialah yang bertahan.
Sehinga, sebagai jawabannya mereka hanya mengangguk setuju kemudian berbicara serempak,"Baik. Kami mengerti, Yang-... Orobo."
"Baguss!"
Perlahan. Akibat kekenyangan, rasa kantuk menyerang mereka bedua. Abysal dan Olivia berjalan dengan mata lengket dan tidur bersandar pada sebuah pohon besar.
Dalam waktu singkat, mereka berdua sudah tertidur lelap akibat kekenyangan. Suara dengkuran halus keluar dari bibir seksi mereka.
Setelah tenang. Wildan menarik napas panjang dan menghembusnya seperti melepas semua beban hari ini. Setelah hari ini, Wildan memutuskan untuk memakai nama baru yang sudah dipikirkan ketika sampai didunia ini. Ia memutuskan mengganti nama lamanya dengan nama barunya, Orobo.
Melihat tidur pulas mereka. Orobo merasa iba melihat mereka tidur tanpa alas dan selimut. Hanya dengan sebatang pohon sebagai sandaran. Dia membuat sebuah selimut tebal dari Api Hitamnya, lalu menutupi tubuh indah mereka.
Saat menyelimuti mereka berdua. Orobo tanpa sadar menatap dalam-dalam wajah cantik kedua Kakak Adik itu. Mengulurkan tangan besarnya, Orobo mengelus pipi mereka berdua. Sensasi kulit lembut mereka membuat jarinya terasa kebas. Perlahan, Orobo menyentuh sudut bibir mereka membuatnya teringat dengan Tunanganya di kehidupan sebelumnya yang hilang 5 tahun lalu secara misterius.
Orobo juga merasakan perasaan khusus yang mereka miliki untuknya. Ketika mengetahui itu. Ia tidak bisa menyembunyikan sedikit kebahagian di hati kecilnya yang kosong.
Mana ada Pria di dunia manapun yang akan sanggup menolak pesona seorang Gadis. Apalagi itu seorang Puteri.
Tanpa sadar. Waktu sudah mengalir jauh. Sedangkan dengan malam semakin gelap yang ditemani oleh cahaya Api redup.
Orobo merasa kalau dia terlalu lama membelai wajah mereka. Jadi dia menarik tanganya kembali sambil mengucapkan "Slamat malam..", lalu pergi menjauh ke suatu tempat agar tak mengganggu bobo cantik mereka.
Sementara itu. Tiba-tiba saja, mata indah Abysal dan Olivia yang hanya berpura pura dan belum tertidur. Menatap banyangan Orobo yang mulai samar menjauh dengan tatapan hangat dengan sudut bibir membentuk senyum manis seribu arti.
,"Selamat malam juga, Kaisar Dewa, ku~...."