Di perbatasan yang terletak di sebelah Desa Anumma.
Terlihat beberapa sosok siulet hitam bergerak dengan cepat di atas rumah penduduk.
Setiap sosok memakai topeng wajah yang bertujuan untuk menutupi indentitas mereka.
Mereka adalah sekelompok mata-mata dari sisi pihak musuh yang bertugas mengumpulkan informasi.
Mereka biasanya berpencar atau membaur dengan umat manusia. Tapi kali ini mereka terlihat berkumpul kembali seperti ada sesuatu yang mendesak mereka untuk kembali.
Gerombolan siulet bayangan hitam itu akhirnya menghilang kedalam hutan yang rindang.
Krasak. Krasak.
Suara langkah kaki dibarengi oleh dedaunan yang telah jatuh membuat derapan yang khas.
Sesosok pria berkulit coklat dengan tanduk mirip domba yang mencuat kedepan.
Pria itu mengenakan baju besi merah hitam dan memegang sepotong batu berwarna biru tua yang dijadikannya tongkat dengan bentuk lumayan kecil.
"Berhenti! Bersiaga disini.!" Kata pria sambil mengisyaratkan pasukan yang dia bawa.
Perlahan dia mulai berjalan sedikit jaih kedepan.
Lalu sosok bayangan hitam menyambutnya tepat dihadapnya.
"Jendral Shelba, kami memperoleh informasi mengenai Pahlawan beserta anggota partynya dan Kekaisaran Levianas"
"Cepat katakan padaku" Kata pria yang dipanggil Jendral Shelba.
"Pahlawan dan para partynya sedang menuju ke Desa perbatasan Benua Darkya. Desa Anumma. Sejauh ini diketahui hanya dia dan anggotanya saja yang menuju ke Anumma, untuk selebihnya kami belum mendapatkan apa-apa." Kata salah satu Bayangan hitam itu.
Sementara Shelba memegangi dagunya sambil memikirkan sesuatu,"Dan bagaimana dengan Kekaisaran Levianas seperti yang kau sebutkan tadi?"
Dengan pelan dan jelas. Sosok bayangan hitam menjelaskan dengan rinci informasi yang berhasil dikulik oleh mereka.
"Kekaisaran Levianas saat ini sedang kosong dan senggang. Kaisar Junsha beserta Permaisurinya dan Putra Mahkota telah berpergian untuk waktu yang cukup lama, sedangkan Selir dan anak-anak mereka tetap tinggal di Istana."
Wajah Shelba menunjukan ekspresi rasa senang. Dengan senyum sumringah, dia berkata dengan sedikit terkekeh."Heheh! Betapa cerobohnya membiarkan pemerintahanya seperti itu? Ini adalah kesempatan emas yang sangat-sangat disayangkan bila disia-siakan!"
"Sampai perintahku atas nama Dewa Iblis kepada seluruh Infantri yang bersiaga untuk bergerak dalam beberapa hari lagi!" Shelba sambil menunjuk bayangan hitam didepanya.
Tanpa menunggu lama, mereka mengerti dan segera menghilang dari tempat.
Sudah lama Dewa dan Kaisar Iblis ingin Shelba berencana menyerang Kekaisaran adikuasa satu ini. Juga Dewa Iblis telah memberkati Shelba, untuk mengambil alih Kekaisaran yang nantinya akan dijadikan Bangsa Iblis sebagai batu loncatan untuk memulai perjalanan dalam menaklukan seluruh benua.
Untuk itu Bangsa Iblis membidik Levianas dalam rencana besar mereka.
Hal ini telah berlangsung sangat lama, bahkan sebelum Ancient Triangel disepakati.
Prestasi kedua belah pihak saling meningkat karena adanya Ancient Triangel. Begitupun saat ini, keduanya sama-sama sedang ditengah perjalanan sebagai rangka untuk mewujudkan rencana dan ambisi mereka sendiri.
"Domio Sou Ulioz.."
"Pergilah, dan sasar apapun yang kau suka!" Pekik Shelba sambil menuding ke suatu Tempat.
Dan ada jejak bayangan besar di bawahnya yang langsung bergegas menuju arah yang ditunjuknya.
..
Sementara itu. Jauh diatas tanah Alam bawah dan melampaui awan yang tak bisa dicapai dengan sihir biasa, yang disebut terdapat sebuah tempat yang bernama Tanah Suci.
Nama lain dari Tanah Suci adalah Lands Of God's atau Yulioses Gloar, tanah asal tempat tinggal para Dewa-Dewi dalam Mitologi Yulios.
Banyak bangunan seperti khayangan disini yang berdiri kokoh diatas awan.
Tanah Suci sendiri memiliki bentuk kesamaan yang hampir mirip Kota Manusia di Alam bawah.
Juga itu.
Seorang gadis tengah duduk bersandar di jendela. Matanya yang indah tampak sayu yang tak melepaskan pandanganya seinci pun dari Pilar-pilar besar yang tak jauh dari tempat dia berada.
"5 tahun. 20 musim, 8 bulan, 17 hari, 48 jam, 32 menit, 45 detik... setelah sekian lama, apakah aku masih pantas memiliki tempat di lubuk hatimu yang terdalam!!"
Gadis yang berpakaian serba putih yang tersibak dihembus angin adalah Dewi Kesuburan dan Kemakmuran, Gherhena.
Rambut keemasan cerah nan Mulianya yang tampak mempesona dengan Mahkota dari padi emas yang mengunt
Dalam hal kecantikan, dia juga tidak kalah cantik dengan para Dewi senior. Paras indah dengan tubuh proporsional, yang menjadikanya salah satu dari 10 Keindahan Terbesar yang dimiliki Yulios.
"Apakah ini rasanya 'Sempurna tapi dilanda Sengsara'?!" Ucap Gherhena memejamkan mata.
Jari lentiknya turun kebawah meraih liontin yang dikalungkan ke lehernya yang putih lalu mengusapnya dengan penuh emosi.
Mata biru lautan jernihnya menunjukan kerinduan akan sesosok yang mendalam.
"Untuk itu, akan ku dapatkan semuanya demi mu!!" Seru Gherhena menggenggam liontin dengan erat.
Tok,tok. " Gherhena! Apa kau didalam? Ini aku, Donatha? Ada beberap hal yang perlu kuberitahu!" Ketokan pintu disertai suara seorang gadis yang memanggil.
Gherhena sedikit tersentak kaget. Kemudian merubah kembali ekspresinya ke semula layaknya Dewi Bermartabat yang Anggun."Ahh, rupanya kau, Donatha! Masuklah, tidak apa-apa?!"
"Oke, aku masuk!"
Sesosok Dewi yang mirip Gherhena yang masuk kedalam ruanganya adalah kembaranya.
Ya, Dewi Pengetahuan, Donatha.
Donatha langsung menyambar pergelangan Gherhena dan menyeretnya ke sofa yang terletak di sebelah ruangan.
"Hei! Santai saja, tak usah tergesa-gesa?! Lagipula, apa yang sebenarnya ingin kau katakan, sih!?" Sahut Gherhena bersamaan menarik lengannya.
"Yang ingin kubicarakan padamu! Ini adalah perihal tentang pengaktifan singkat'Godly Pillars'. Juga persiapkan pasukanmu, Bangsa Iblis sebentar lagi akan memulai aksinya. Untuk lokasinya, Cryas yang akan memberitahumu, tetapi sebelum itu, bersiap-siaplah saat ini juga!!" Kata Dhonatha serius memandang tajam Gherhena.
"Wha--..!!??"
Tak bisa membantu, tetapi ucapan 2 informasi yang dilontarkan Donatha membuat ekspresi wajah cantik jelita Gherhena menegang, serta bibir merahnya dibuat membatu karenanya.
Disisi lain.
Jauh dari kawasan Perbatasan Antar Benua.
E-Crize, sebuah Kota dari Kerajaan yang berada di Kedaulatan, juga bagian dari Kekaisaran Levianas, E-Rezz. Karena dilindungi dengan 5 lapis dinding kota, membuat kota itu dijuluki Havox City.
Dinding terluar digunakan oleh Militer Gabungan, dan memiliki Persenjataan Militer Berat, selain itu arena ini memiliki gudang logistik yang dijaga ketat oleh Prajurit.
Sedangkan 2 dari 5 dinding adalah area pemukiman penduduk padat. Terus, satu dinding lainya adalah area yang dimana para Bangsawan tinggal.
Di area pemukiman yang padat ini. Masih ada beberapa Plaza atau ruang publik di tengah-tengah area, yang terbesar disebut Central Zone. Banyak orang yang membuka lapak bisnis dan menjajakan dagangan mereka di tempat ini, mereka menjual segala barang yang dibutuhkan oleh penduduk Kota.
Di lain itu, dan di Penginapan reguler yang berada di Central Zone yang sangat ramai.
"Orobo! Kenapa akhir-akhir ini kau sering murung? Apa yang sebenarnya kau pikirkan?! Apakah itu mengganggumu!"
Di dalam kamar dengan nomor 201, Olivia tengah berbaring dan menggunakan lengan Orobo sebagai bantalan kepala yang menimbulkan rasa nyaman baginya.
Sedangkan di sisi sebrang Abysal tengah memainkan jari lentiknya disekitar dadanya dan memandangi Orobo dengan tatapan lembut penuh hasrat kasih sayang yang tulus.
"Hmm! Beberapa waktu lalu. Kau bilang kepada kami, kalau Prasasti Kuno jatuh di tangan seorang Dewi, bukan? Terus terang, darimana kau mengetahuinya!" Bibir basah Abysal meliuk indah,"Setelah sadar, aku sempat melihatmu berbicara dengan seseorang? Apa itu pedang barumu!"
Dengan lirih, Orobo menjawab sambil memejamkan matanya,"Tentu saja Pedang itu yang memberitahuku! Lagian, dia bisa seperti ini karena memiliki kesadaran sendiri yang membuatnya seakan tampak bernyawa, dengan kehendak memilih Tuannya sendiri!?"
Olivia dan Abysal tertegun mendengar jawaban Orobo.
Mau tak mau, percaya tak percaya mereka akan tetap seperti itu.
Orobo mendadak mendekap tubuh molek indah yang tanpa sehelai benang pun disana, dan membawanya dua wanita cantik mendekati pelukanya." Aku punya sebuah rencana! Bahwa kitaita bertiga, akan berpencar ke kota setelah ini, mengumpulkan informasi?"
"Mmn? Informasi??" Olivia bergumam.
"Yep. Informasi mengenai Prasasti Kuno, dan Dewi yang memegangnya sekarang!" Kata Orobo sambil memainkan Rambut pirang Abysal."setelah itu, dalam waktu 10 hari. Kita akan berkumpul kembali di tempat ini! Adapun selepas ini, aku akan mendaftar ke Guild Petualang. Karena menurutku, disanalah tempatnya berbagai informasi mengalir, kalau kalian?!"
Dengan malas, Olivia dan Abysal mendongakan wajah indah mereka mereka dari dekapan Orobo, dan saling melirik,"Baiklah, kami setuju! Kami akan memikirkannya nanti, tetapi, di bandingkan dengan menjadi Petualang, kami lebih baik membuat identias lain yang mirip seperti itu. Misalnya menjadi Archmage bayaran? Itu terdengar hampir sama, mau dari sudut mana pun, akan tetap sama? "
"Itu terserah kalian, sih. Tetapi sebelum itu..." Berkata begitu, Orobo mengaktifkan sihir pengetahuan dan melemparkannya pada mereka berdua.
Sihir Pengetahuan yang dilemparkannya sudah jelas berisi informasi mengenai arah dan denah kota mereka menetap saat ini. Di bandingkan dengan sihir biasa. Sihir tipe ini lumayan mennguras energi mental karena penggunanya membagikan ilmu mereka secara langsung.
Tanpa menunggu lama setelah perapalan sihir, Orobo berserta Abysal dan Olivia langsung keluar dari penginapan, lalu berpencar seperti yang mereka janjikan.
Sebelum perpisahan, Olivia dan Abysal sempat mengucapkan sepatah kalimat untuk yang akan terus diingat Orobo. Mereka juga tak lupa memberinya ciuman perpisahaan yang sangat dalam untuknya.
Orobo berjalan kaki menuju Guild Petualang yang di kota yang tak jauh dari tempat dia menginap tadi. Alasan dia bisa tau arah dan tata letak Havox City, serta mampu membagikanya kepada mereka berdua, karena Intuisi yang diberikan Blasnage beberapa waktu yang lalu.
Juga sebagai alasan agar lebih mengenal orang-orang di dunia ini.
Walaupun begitu, ada alasan lain mengapa Orobo memilih Guild Petualang adalah pribadi. Bisa dilihat kalau kondisi Pasar di Central Zone, saat ini tengah ramai lebih dari biasanya.
Jalan-jalan dipenuhi oleh penduduk kota yang sedang mencari apa yang mereka butuhkan, dan juga banyak kereta barang yang ditarik oleh kuda berlalu-lalang di tengah-tengah kerumunan.
Setelah berjalan berdesak-desakan dengan waktu yang cukup membuat kaki pegal. Matanya tertuju pada sebuah papan nama besar yang tergantung dipinggir jalan, sehingga mampu dilihat dari kejauhan dengan jelas.
"Guild Axenom..."
Dengan mantap, Dia melangkahkan kakinya masuk kedalam Guild dengan keyakinan yang kuat.
Sedikit kilatan cahaya yang menyilaukan mata muncul ketika Orobo membuka pintu depan Guild.
Setelahnya, ada banyak sekali manusia dan demihuman yang membentuk sebuah kelompok petualang, atau yang biasa disebut Party.
Di tengah-tengah itu. Ada sebuah meja besar yang mirip sekali dengan meja yang dimiliki oleh Resepsionis perhotelan di dunia asalnya dulu.
Juga sebuah papan pengumuman yang seperti Baliho iklan yang berdimensi 3x2 M, yang ditempeli berbagai macam 'Quest' atau permintaan.
Dibawah tatapan asing yang menyelimutinya. Orobo perlahan pergi ke meja Resepsionis, dan mengetuk bel yang ada berulang kali.
'Kring, kring, kring'. "Sebentar??"
Terdengar suara seseorang yang menyahut ketila Orobo membunyikan bel yang ada di meja resepsionis.
Setelah itu semua, sepasang demihuman kecil muncul dari balik tirai dan mendekati Orobo yang mengetukan bel secara berulang-ulang.
"Selamat siang? Ada yang bisa kami bantu. Apakah anda ingin menggelar Quest, atau ingin mengambil Quest!!" Kata seorang Demihuman.
Demihuman yang datang menyambut Orobo diketahui berasal dari sub-spesies Warewolf, Kobold.
Kobold yang bersama partnernya itu mengibaskan ekor seperti sedang mencari perhatian yang mirip dengan yang dilakukan Ras Anjing.
Beda halnya dengan Kobold jantan disampingnya, matanya memandang Orobo dengan rasa keingintahuan yang sangat besar. Tetapi Orobo mengabaikannya dan malah memulai mengkonsentrasikan diri.
"Ah! Bukan, aku kesini bukan untuk mendaftarkan Quest. Tujuanku kemari adalah untuk menjadi Petualang. Namaku.. um.. Arista Orobo Wildan, aku seorang Pemgembara yang tertarik dengan pekerjaan Worker??" Gumam Orobo sambil menggaruk pipinya.
Mendadak suasana di Guild berubah diselimuti keheningan. Tak ada satu pun orang yang bergerak sama sekali, mereka diam seribu kata.
Mungkin saja penyebabnya adalah ucapan yang dilontarkan Orobo barusan mungkin terdengar asing bagi mereka. Tetapi itulah yang direncanakan Orobo untuk menggunakan nama aslinya dengan tambahan namanya saat ini.
Namun kemudian, suasana yang sunyi itu perlahan berganti dan dipenuhi candaan.
"Hei, bocah!! Kau bilang tadi kau seorang pengembara? Mengapa pengembara sepertimu tertarik dengan pekerjaan Worker!"
Suara misterius terdengar dari mbelakangnya saat Orobo hendak menandatangani surat persetujuan.
Mengenai asalnya, suara itu terdengar tak jauh dari sini, dimana tempat dia berdiri sekarang.
Seorang pria yang memiliki badan kekar berotot layaknya pegulat MMA. Bahkan saat berjalan pun lantai yang terbuat dari kayu berderit-derit karena langkahnya, dan pergi menghampirinya.
"Baru pertama kali ini aku mendengar seorang Pengembara ingin menjadi Worker! Biasanya mereka memilih untuk hidup sendiri atau menyatu dengan Alam, dengan menjadi Pengelana atau semacamnya.. tetapi kau sepertinya sama sekali berbeda.. aneh malahan..." Kata pria berotot itu sambil mengunci padangannya ke Orobo.
Orobo awalnya sedikit bingung darimana pria ini muncul. Bagaimana bisa dia yang akan meregristrasikan job petualangnya bakal berurusan dengan orang semacam ini.
Juga seorang pengembara atau pengelana yang biasanya di kaitkan dengan orang aneh yang mencari jati diri dengan cara mencintai kedamaian dan ketentraman oleh orang-orang di dunia ini.
Hal ini justru mendapat pertentangan dengan dirinya yang memiliki sudut pandang sendiri mengenai aspek Kedamaian dan Ketentraman yang lebih condong kearah Kebebasan.
Diliputi sedikit keraguan dalam benaknya, Orobo berkata dengan hati-hati. "Siapapun berhak mendapatkan kebebasanya masing-masing, dan itu adalah Hak Independen seseorang, entah itu Pengelana, Prajurit, Bahkan Dewa sekalipun?! Walaupun begitu, kami para Pengembara masih memiliki hak Kebebasan yang sama seperti mereka, bukan... jadi jangan sebutkan hal-hal aneh tentang Pengembara?!"
Orobo sangat yakin bahwa ucapanya barusan bisa membuat pria berotot ini sedikit encer wawasanya. Tetapi senyum dan raut wajahnya berbeda dari apa yang dia bayangkan.
"Heh! Berani-beraninya kau menghina seniormu!!? Padahal kau itu cuma Pengembara, yang bahkan belum menjadi Worker pemula!!"
Pria berotot itu meraung keras kepada Orobo, sampai-sampai membuat Plate tembaga dilehernya terpampang diudara.
Sementara itu, pria berotot melancarkan tangan kananya yang besar dan hitam meraih kerah Orobo lalu mencengkramnya dengan erat.
"Heh!Aku akan mengampunimu hidupmu, jika kau berlutut di kaki ku, dan menjilati sepatu sampai mengkilap!!" Pria berotot itu mendengus sambil mengalungi leher Orang didepanya dengan senjata tangan yang berkesan bagi Orobo.
"Gghh..senjata di tangannya ini mengingatkan ku pada Koleksi pribadi yang juga masih favoritku juga tentunya.." gumam Orobo lirih.
Orobo tiba-tiba teringat dengan Pisau Gurkha dan Karambit yang menempati posisi pertama dalam lemari koleksi pribadinya dulu dan itu bahkan masih terfavorit baginya sampai saat ini.
Beda halnya dengan pria berotot yang berupaya mencekiknya saat ini. Serta keserakahan mulai muncul dan itu bisa dilihat dari matanya yang menatap sebuah benda yang diselipakan Orobo didekat pinggangnya.
Seketika, pria berotot itu langsung melucuti seranganya sendiri yang dimana sampai membuat Orobo terheran-heran dengan sikapnya ini dan langsung menatap balik yang seakan bilang,"Apa kau bodoh".
"Heh! Aku akan sangat bermurah hati kali ini, juga aku mungkin bisa melepaskanmu dengan sedikit luka. Jika kau patuh menyerahkan pedangmu!!"
Cengkraman pada kerahnya perlahan mengendur, dan menyuruhnya supaya agar Orobo mau melepaskan Blasnage kepada pria itu sebagai bentuk pengampunan dan kemurahan hatinya.
Sementara disisi lain Orobo tetap tak bergeming sama sekali.
Pria berotot itu menjadi marah dan kesal karena merasa bahwa Orobo tak menghiraukan kemurahan yang dia tunjukan kepadanya.
Saat-saat seperti ini sedang disaksikan langsung oleh seisi Guild, dan menganggapnya sebagai bentuk hiburan yang jarang terjadi, karena Pengembara muda ini tak bergeming sedikitpun saat diancam.
Bahkan mereka memulai menyorakkan kata-kata yang provokatif seperti," Habisi...Bunuh...Rampas..."
"Ayo, tunggu apa lagi. Habisi dia dan rampas semua yang ia miliki..."
"Bunuh dia sekarang. Beri dia pelajaran karena beraninya menentang kebebasan Worker.."
"Ya, betul itu. Hamburkan rampasanyaa!!"
Seisi Guild riuh mendukung aksi penindasan pria itu. Mereka bahkan menutup mata untuk melihat secercah cahaya dalam ucapan Orobo.
Berkat dukungan sekitarnya, pria itu semakin ingin mempermainkan lebih jauh. Mereka juga tak peduli dengan nasib yang akan menimpa Orobo.
Malang nian nasibnya Orobo. Bahkan tak ada yang bisa melihat secercah cahayanya tadi.
Akan tetapi, begitu tangannya hendak mencapai Blasnage. Orobo dengan cepat langsung meraih pergelangan tangan pria itu dan mencengkramnya dengan sangat kuat sehingga menimbulkan bunyi 'Kreess', seperti tulang yang digiling.
"Ahhhhhgg!!!" Pria itu meraung kesakitan, suaranya terdengar seperti akan robek.
"Hei, gosong!!! Siapa yang menyuruhmu untuk mencoba menyentuh pedangku dengan tangan kotormu!! Apa kau punya kualifikasi untuk melakukan itu!?" Kata Orobo sambil meremas tulangnya dengan geram.
"Sialan kau bocah...ahhhgg!!"
Pria itu menggerakan tangannya yang lain, dan berusaha melawan Orobo dengan sekuat tenaga.
Tetapi yang terjadi berikutnya, adalah serangan yang dilancarkanya menjadi sia-sia tak berguna. Itu sepenuhnya ditahan Orobo barusan.
Pria berotot itu mencoba melawan balik, namun dia tak bisa lepas dari Cengkramannya.
Disini terlihat dengan jelas Perbedaan kekuatan secara fisik. Juga pikirannya tak menerima kalau orang sekecil Orobo memiliki kekuatan yang jauh lebih besar darinya.
"Aahhhhgg.. ghhu... ampuni aku... aku tak akan mengganggumu lagi.. tolong.. lepaskan.. siapapun.. tolong..."
Jeritan lain teedengar saat Orobo meremas kedua tanganya.
"Berisik sekali...ada baiknya DIAM"
DHUOOG.
tanpa sepatah kata lagi, Orobo langsung menendang pria berotot itu ke arah yang acak secara keras sampai melesat menabrak beberapa meja yang dipenuhi orang.
Walaupun dia cuma menggunakan sedikit kekuatan pada tendangan tadi. Hasilnya tetap sama saja, sama-sama mengerikan bagi orang normal.
"Sekarang, siapa yang tadi mengucapkan tiga kata barusan!!" Ucap Orobo sambil melirik para Worker seisi Guild.
Sekali lagi Guild menjadi sepi karena pertanyaan yang diajukannya, jadi, tidak ada yang menyahut jawaban sekalipun.
Cuma terdengar rengekan seperti keledai yang disembelih.
Tanpa pikir panjang, Orobo tak memperdulikan mereka, asal tidak mengusiknya seperti yang di lakukan Worker barusan yang kini terkapar dilantai dengan mulut penuh busa dan wajah serta kedua pergelangan tangannya yang lebam membekas ungu.
Setelah itu, Orobo kembali melakukan registrasi yang sempat tertunda karena gangguan, dan mengikuti arahan Resepsionis Guild ke sebuah ruangan yang hanya ditutup tirai besar.
"Pertama-tama, Tuan, tolong anda teteskan darah anda di atas kartu ini, karena data anda akan segera terisi secara otomatis pada kartu?" Kata Female Kobold sambil menunjukan kartu yang mirip seperti CC yang dibawa Male Kobold.
Orobo langsung menggigit telunjuknya tanpa jejak keraguan sedikitpun dan menempelkan jari beserta darahnya dipermukaan kartu.
Secara ajaib, begitu selesai kartu itu menyerap darah Orobo seketika seakan kartu itu hidup dan menunjukan sedikit cahaya berwarna biru cerah.
"Anda tidak perlu khawatir, data dan informasi yang ada di kartu tidak bisa dibaca orang lain, kecuali Pemilik dan Staf Guild. Soal itu kerahasianya tetap terjaga karena kami memiliki Slogan ' Ra nde Det Is Namba Mumet' dan atau 'Privasi aman Terkendali bersama kami'.." Kata Female Kobold dengan senyum secerah bunga.
Tapi Orobo menyipitkan alisnya dan berpikir keras ketika mendengar slogan Guild Axenom, dan berkata dalam hati," Ini tuh slogan apa plesetan? Tapi sepertinya aku tau- ah bodoamat. Lagian bahasa disini dan maknanya pasti beda dari duniaku sebelumnya??" Begitulah yang dibatinnya.
Dengan begitu, Orobo menyelesaikan langkah terakhir yang diintruksikan Female Kobold, yaitu penandaan dengan Mana.
Setelah rampung, Orobo lalu mengambilnya dan mulai membaca dengan teliti, sampai-sampai celotehan Female Kobold tak dihiraukan lagi.
Orobo tiba-tiba mengerutkan dahinya saat mulai membaca sebuah bagian.
Namun Female Kobold langsung mengambilnya dan berkata,"Mohon maaf, Tuan. Saya akan melakukan pengaktifkan Hak Guild. Untuk biaya pendaftaran dan pemrosesan kartu 50 Asper, juga bisa hasil Quest pertama dipotong untuk pembayaranya.?"
Female Kobold langsung merapal sebuah mantra tak dikenal dan sempat melihat beberapa larik kata dalam statistik kartu yang membuatnya kaget setengah mati dan kejang-kejang.
AXENOM GUILD WOKER|
Nama• Ariesta Orobo Wildan
Ras• Dragon Race (True Dragon God)
Pekerjaan• Worker (Pemula)
Asal• Anc D'gocth Myth
Rank• Wood
Hit point• ∞
Mana point•∞
Physic• ∞
Strenght•∞
•Equipment•
•Ancient Blasnage (Longinus)
•Kemampuan•
•∞?
•∞?
•∞?
Dikenal sebagai•
• Divine Beast Ancestor
•Ouroboros
•Note•
Dalam bentuk Humanoidnya. Semua output kemampuanya dikompresi menjadi 30% kekuatan dari aslinya, selain fisik.
Female Kobold menatap Orobo dengan tubuh yang gemetaran hebat. Mulutnya yang tadinya terkunci kini hampir bisa mengeluarkan suara, tapi sempat dicegat Orobo dengan menyekap mulutnya.
"Hhhssst?! Jangan kaget, santai saja.." Serunya sambil mengisyaratkan jarinya agar diam.
Kejadian ini membuat Female Kobold shok, jadi dia butuh waktu untuk menenangkan diri agar bisa menerima semua ini.
Seblaiknya, Orobo menarik napas kelegaan ketika situasi di kendalinya. Lalu mendekati Female Kobold dan membisikan sesuatu ke telinganya," Aku akan memberikan setengah Questku, jika kamu mau tutup mulut soal ini. Sebaiknya diingat, ya?!"
Female Kobold yang tadinya ceria dan berseri kini seperti bunga layu yang merindukan hujan deras.
Orobo memilih bergegas meninggalkan ruangan menuju Aula Guild dan langsung menghampiri papan Quest untuk memilih Quest yang sesuai kelasnya saat ini dan terus sibuk mencari sampai akhirnya ada seseorang yang seperti sedang kerasukan, datang masuk ke Guild.
"Bahayaaa!!!! 9 Domio Sou Ulioz muncul di Alun-alun kotaaaahg!!" Ujar seorang pria lusuh dengan panik.
"Huh, apaa kau bilang??"
"Kau t-tak bercanda bukan..."
"I-ini gawaat.. Hero-sama tidak disini??"
Begitulah, para Worker di Aula mulai resah dan menjadi ribut berkat pria yang berpakaian lusuh tersebut.
Namun bedahalnya bagi Orobo. Tentu saja dia langsung berbalik kebelakang dan mendapati situasi telah menjadi kacau.
Orobo juga merasakan Blasnage berkedut terus dari tadi. Ini pasti hal buruk sedang terjadi.
Dengan cepat, dia membuka jembatan kesadaranya.
Dan lambat laun menuju lautan kesadaran Blasnage.