Author POV
Dihari senin yang cerah, Amel bangun dari tidurnya dan mulai bersiap siap untuk berangkat ke sekolah, mulai dari merapikan tempat tidur, mandi, dan lain sebagainya.
"Baiklah aku siap" ujar Amel
Tak lama kemudia ada Nana memanggil Amel
"Amel, di panggil bunda tuh" ucap Nana kepada Amel
"Na aku di..." belum sempat Amel menyelesaikan ucapannya, Nana langsung pergi
"Sebaiknya aku segera ke sana saja" ujar Amel.
Setelah sampai di ruang tengah, Amel bertemu bunda
"Ada apa bunda, kenapa memanggilku?" tanya Amel
"Inikan hari senin, sebaiknya kamu sarapan dulu bersama adik-adik mu di ruang makan" ujar bunda Elen
"Tak usah bunda, nanti mereka malah gak makan, merekakan tak mau makan bersama ku, sebaiknya aku saja yang tak makan" ucap Amel sambil tersenyum
"Baiklah, kalau begitu kamu ambil uang ini dan belilah makanan di jalan, oke?" ucap bunda
"Baiklah bunda" jawab Amel dan mengambil uang itu.
Sesampainya di sekolah, Amel hanya membeli sebuah roti dan air putih lalu berjalan menuju kelasnya, sesampainya di kelas, Amel langsung duduk di kursinya yang berada di ujung kanan paling belakang.
Sebenarnya Amel duduk di kursi ujung kiri paling depan dekat pintu masuk kelas, namun karena semua temannya tidak suka pada Amel akhirnya dia duduk di kursi paling belakang sebelah kanan.
Amel juga selalu mengerjakan tugas sendirian, karena tidak ada yang mau satu kelompok dengan Amel.
Beberapa saat kemudia, upacara penaikan bendera pun di mulai, Amel lagi lagi berdiri paling belakang. Setelah upacara selesai, Amel langsung masuk kekelasnya dan duduk di kursinya.
Tak lama kemudian, guru masuk kelas dan memulai pelajaran
"Pagi anak-anak"
"Pagi bu"
"Kita mulai pelajaran hari ini yah" ujar guru itu.
Beberapa saat setelah pelajaran mulai
"Anak-anak bentuk kelompok, maksimal 3 orang"
"Baik bu" jawab murid serempak.
Namun lagi-lagi Amel sendiri, tidak ada yang ingin berkolompok dengan dia
"Hei, boleh gak aku satu kelompok dengan mu?" tanya Amel kepada salah satu temannya di kelas
"Maaf tapi kami sudah 6 orang, kalau tambah lagi nanti terlalu banyak" jawab teman Amel
"Oh baiklah"
Amel menanyakan beberapa temannya yang lain, namun semua tidak ada yang ingin berkelompok dengan dia, dan menolak dengan berbagai alasan.
"Tak apalah aku sendiri saja, akukan memang selalu sendiri" ujar Amel dan mulai mengerjakan tugas yang di berikan.
Setelah semua selesai mengerjakan tugas, guru menyuruh murid mempresentasekan hasil kerja kelompoknya
"Anak-anak, pilih satu anggota untuk mewakili kelompok kalian mempresentasekan hasil kerja kelompok kalian"
"Baik bu"
Semua sudah mempresentasekan hasil kerja kelompok mereka
"Amel, kelompok kamu mana?" tanya ibu Ani (guru bahasa indonesia Amel)
"Saya sendiri bu, biar saya yang presentasekan hasil kerja saya"
"Baiklah silahkan" ujar ibu Ani.
Setelah mempresentasekan hasil kerja kelompok
"Baiklah ibu akan mengungumkan hasil kerja kelompok kalian"
"Yah bu, gak usah bu" ujar salah seorang murid
"Iya bu, masa di umumkan sih bu" kata murid yang lain menyetujui pernyataan temannya
"Tidak, ibu akan tetap mengungumkan hasil kerja kelompok kalian" ujar bu Ani
"Baiklah ibu akan mulai, yang berada di urutan ke-6 ada kelompok Elis, urutan ke-5 ada kelompok Shani, di urutan ke-4 ada kelompok Clara, di urutan ke-3 ada kelompok Lolita, kelompok ke-2 ada kelompok Kamila, dan di urutan pertama ada Amel yang tidak memiliki anggota dan bekerja sendiri" ujar
"Ih, Amel carper(cari perhatian) banget sih, mentang-mentang pintar"
"Iya kan" bisik teman kelas Amel kepada temannya yang lain
Amel tidak begitu memperdulikan mereka.
Bel istirahatpun berbunyi, Amel langsung kekantin sendirian
"Amel!!" teriak itu terdengar tidak asing bagi Amel
"Violet, ku pikir kamu gak mau ke kantin" ucap Amel
"Huh... Aku tuh dari tadi manggil-manggil kamu, tapi kamu malah jalan terus"
"Hahahaha maaf deh, aku gak dengar kamu"
"Yaudah, yuk ke kantin aku udah lapar nih"
"Ayo"
Violet adalah satu satunya teman yang Amel miliki, namun karena berbeda kelas mereka terkadang sulit untuk bertemu.
Mereka saling kenal pada saat kelas X, Violet mengajak Amel bergabung di kelompoknya karena Amel terlihat sendirian saja, dan dari situlah mereka akrab. Namun di kelas XII mereka terpisah karena ada perolingan kelas.
Bel masukpun berbunyi, dan pelajaran berlangsung seperti biasanya. Amel terus fokus pada pelajaran, walau teman mereka ribut.
Pelajaran berlanjut, sampai akhirnya bel pulangpun berbunyi.
Amel langsung membereskan bukunya dan keluar dari kelas dan pulang ke rumah.
Amel POV
Setelah aku sampai di rumah, aku langsung masuk ke kamar dan melihat nilai ku yang tadi
"Wah, ternyata jawaban ku benar semua. Seandainya ada ayah dan ibu, pasti mereka bangga, huft seandainya ayah dan ibu masih ada, aku pasti tidak akan kesepian dan juga aku bisa merasakan pelukan hangat dari mereka"
Tanpa ku sadari air mataku jatuh
"Huh aku sangat merindukan ayah dan ibu, apa ayah dan ibu juga rindu padaku? Aku ingin merasakan pelukan kalian walau hanya sekali saja" ujar ku
"Mereka yang mempunyai orang tua pasti bahagia, bisa bersama dengan ayah dan ibu mereka, bisa merasakan hangatnya pelukan seorang ibu dan ayah, bisa merasakan masakan ibu mereka, aku jadi iri dengan mereka" pikir ku.
Setelah beberapa saat, akupun mengganti pakaian dan menuju dapur untuk membantu bunda
"Bunda ada yang bisa ku bantu di sini?" ujar ku sambil menghampiri bunda
"Oh kebetulan sekali kau datang, tolong kau goreng ayam itu dan tolong ambil piring dari rak di bawah situ" ujar bunda
Aku segera mengambil piring dan menggoreng ayam.
Setelah semuanya matang, aku menyiapkan meja makan dan peralatan makan untuk adik adik ku. Di panti akulah yang paling tua, jadi bunda mempercayaiku untuk menjaga adik adik di sini, namun mereka selalu mengatakan aku aneh.
Yah mungkin memang aku ini sedikit aneh, rambut bagian atas ku berwarna biru laut, sendangkan yang di bagian bawah berwarna abu-abu, mataku berwarna kuning keemasan, itu semua ku dapatkan dari ibu ku, kata bunda ibuku punya keturunan bangsa romawi namun aku tidak begitu percaya.
Setelah semua adik ku makan aku pun makan sisa daging ayam yang ada
"Sampai kapan kau mau makan sisa makanan adik-adik mu"
"Hehehe, nantilah bunda jika mereka sudah mau makan bersamaku"
"Amel kamu terlalu baik nak"
"Hehehehe"
Setelah makan, aku kembali ke kamarku, jika aku membaca buku sejarah, aku pasti ingat ibu karena kata bunda, ibu paling suka dengan pelajaran sejarah, jadi itu mengingatkanku pada ibu.
Jika saja ibu dan ayah masih hidup, pasti aku tidak akan kesepian, aku pasti bisa merasakan yang namanya keluarga yang bahagia, aku ingin merasakan tumbuh dengan sebuah bimbingan orang tua, merasakan kebahagian sebuah keluarga.
"Aku rindu dengan kalian, ayah ibu. Apakah aku akan melihat keajaiban dan bisa bertemu dengan kalian" ujar ku
Tanpa ku sadari aku tertidur
Author POV
Amelpun tertidur pulas, bunda yang masuk kekamarnya hanya tersenyum dan menutup pintu kamar amel.
"Aliza kau memiliki anak yang luar biasa pintar dan luar biasa sabarnya" ujar bunda elen setelah menutup pintu.
Bunda elenpun pergi ke teras panti asuhan, setelah beberapa saat bunda masuk, tanpa sengaja bunda melihat tanggal dan bunda tersadar bahwa besok adalah ulang tahun amel
"Ternyata besok aku akan memberikan surat wasiat kepada amel, aku harus meletakkannya di dalam amplop" ucap bunda dan bergegas ke toko
Bunda elen POV
Setelah malam tiba, aku melihat amel berjalan menuju gudang sambil mengendap endap, akupun mengikutinya
Sebenarnya aku sudah tau dia akan ke gudang untuk merayakan ulang tahunnya seperti biasa, tapi aku akan memberikan surat wasiatnya malam ini juga, jadi aku mengikutinya.
Note:
Hargailah kedua orang tuamu selagi mereka masih ada, karena banyak orang yang ingin merasakan mempunyai orang tua namun sudah tak memiliki orang tua.
Jangan sesekali menyakiti hati orang tuamu, karena merekalah yang merawat dan membesarkan mu